Tuesday, March 28, 2017

Laporan praktikum 8 ANALISIS PANGAN (ANALISIS KUANTITATIF MIKROORGANISME)

ANALISIS KUANTITATIF MIKROORGANISME
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN

Yoga Jati Pratama (240210140003)

Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor
Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022) 7798844, 779570 Fax. (022) 7795780 Email: yoga.jpratama1@gmail.com

ABSTRAK
      Jumlah mikroorganisme yang berada dalam suatu sampel atau bahan sangat bervariasi, tergantung dari jenis bahan itu sendiri dan kondisi lingkungannya. Pada individu multiseluler, bila sel-selnya membelah, maka individunya bertambah banyak, pada mikroorganisme uniseluler  pembelahannya bakteri multiplikasi. Bakteri bermultiplikasi secara seksual dengan cara pembelahan menjadi dua, dua menjadi empat, empat menjadi delapan, dan seterusnya. Jumlah mikroorganisme dalam suatu sampel dapat dihitung dengan menggunakan beberapa metode yaitu analisa secara langsung dengan metode petrauf houser, serta menggunakan analisa tidak langsung dengan menggunakan metode MPN dan metode hitung cawan. Karena itu praktikum ini dilakukan untuk mengetahui dan memahami jumlah atau kualitas suatu mikroba dalam suatu sampel serta metode mana yang paling sesuai untuk pengujian analisis kuantitatif ini. Praktikum dilakukan di Laboratorium mikrobiologi pangan FTIP UNPAD.  

Kata kunci : Metode Petrauf Houser, metode cawan, analisis langsung dan tidak langsung.






PENDAHULUAN

            Analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan penting dilakukan untuk mengetahui mutu bahan pangan dan menghitung proses pengawetan yang akan diterapkan pada bahan pangan tersebut. Beberapa cara dapat digunakan untuk menghitung atau mengukur jumlah jasad renik di dalam suatu suspensi atau bahan yang dapat dibedakan atas beberapa kelompok, yaitu berdasarkan perhitungan jumlah sel yang terdiri atas hitungan mikroskopik, hitungan cawan, dan MPN (Most Probable Number), berdasarkan perhitungan massa sel secara langsung yang terdiri atas volumetrik, gravimetrik, dan kekeruhan (turbidimetri), dan berdasarkan perhitungan massa sel secara tidak langsung yang terdiri atas analisis komponen sel (protein, DNA, ATP, dan sebagainya), analisis produk katabolisme (metabolit primer atau sekunder, panas), dan analisis konsumsi nutrient (karbon, nitrogen, oksigen, asam amino, dan sebagainya) (Buckle, 1987).
Jumlah mikroorganisme dalam suatu sampel dapat dihitung dengan menggunakan beberapa metode pada tiap perhitungan bakteri ketepatan berkurang dengan meningkatnya konsentrasi sel-sel. Begitu halnya bila jumlah yang dihitung terlalu kecil. Bahan yang mengandung sejumlah bakteri (kira-kira lebih dari 104/ml) biasanya diencerkan dari 1:105 atau lebih tergantung pada bahan pemeriksaan atau metode hitung, sehingga hasil hitungan yang diperoleh dapat diandalkan dan memudahkan perhitungan. Perhitungan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu perhitungan secara langsung dan perhitungan secara tidak langsung.
            Perhitungan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

1.    Penentuan volume total
Cara ini adalah semacam modifikasi penentuan hematokrit pada pengukuran volume total butir-butir darah, misalnya 10 ml biakan dimasukkan ke dalam tabung reaksi khusus (tabung hopklins) yang bagian bawahnya berupa silinder dan bergaris ukuran.

2.    Metode turbidometri
Teknik ini sudah dipakai sebagai cara mengukur keker han suspensi atas dasar penyerapan dan pemencaran cahaya yang dilintaskan, sehingga yang mengandung lebih dari 107 - 108 sel/ml, tampak lebih keruh oleh mata telanjang. Suatu volume biakan yang telah ditakar ditempatkan dalam tabung khusus yang jernih dengan diameter tertentu
Perhitungan langsung dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1.    Perhitungan sel langsung
Cara ini menggunakan bilik hitung (hemoci tometer) yang menghasilkan hitungan total, karena semua sel terhitung, baik sel yang hidup maupun sel yang mati. Karena bakteri itu kecil, maka perhitungan yang dilakukan secara statistik dapat diterima, namun harus dibuat suspensi sekurang-kurangnya 107 / ml.

2. Menghitung dengan alat penghitung elektronik
Dengan alat ini dapat dihitung beribu-ribu bakteri dalam beberapa detik. Penggunaan alat ini banyak didasarkan atas kerja dengan lobang pengintai elektronik (dapat disamakan dengan mata elektronik) kerjanya tergantung pada interupsi dari berkas cahaya elektronik yang melintasi suatu ruang antara dua ruang elektron yang berdekatan letaknya. Tiap partikel yang karena perbedaan kkonduktivitas sel dan cairan. Interupsi ini dicetak oleh suatu alat secara elektris.
3.    Menghitung dengan filter membran
Contoh cairan yang disaring dan ditakar dengan filter steril yang terbuat dari membran berpori. Bakteri yang tertahan oleh filter itu kemudian dihitung langsung. Dalam hal ini banyak bakteri dalam cairan tersebut tidak boleh terlalu banyak dan tersebar rata.
Ada dua Metode plate count yang sering digunakan, yaitu metode sebaran dan metode tuang. Asumsi digunakannya metode ini adalah bahwa setiap satu sel mikroba dapat tumbuh dan akhirnya membentuk satu koloni yang dapat dilihat dengan kasat mata. Pada metode sebaran, volume yang dibutuhkan adalah 0.1 ml agar sampel tersebut sapat tersebar, terendam, dan teresap. Karena jika lebih, maka sampel akan mengendap dan mengumpul sehingga menyulitkan dalam perhitungan.
Salah satu metode cepat yang digunakan untuk menghitung massal sel adalah melalui perhitungan kekeruhan (turbidity). Kekeruhan dapat diukur dengan menggunakan fotometer atau spertofotometer. Pengukuran kekeruhan ini didasarkan atas pertikel-pertikel kecil yang menyebarkan cahaya lengsung secara propisional (sampai batas-batas tertentu) dengan konsentrtasinya. Zat cahaya melewati tabung yang berisi suspensi mikroba, maka cahaya akan dihamburkan.
Metode perhitungan cawan didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang hidup dapat berkembang menjadi koloni. Jadi jumlah koloni yang muncul pada cawan adalah indeks bagi jumlah mikroorganisme yang terkandung dalam sampel. Teknik yang harus dikuasai dari metode ini adalah mengencerkan sampel dan mencawankan hasil pengenceran tersebut. Setelah inkubasi, jumlah semua koloni diamati untuk memenuhi persyaratan statistik. Cawan yang dipilih untuk menghitung koloni adalah cawan yang mengandung antara 30 sampai 300 koloni. Organisme yang terdapat dalam sampel asal ditentukan dengan mengalikan jumlah koloni yang terbentuk dengan faktor pengenceran pada cawan yang bersangkutan.
Pada perhitunngan cawan standar, setelah sampel diletakkan pada cawan, maka dilakukan hitungan koloni. Sampel yang berkualitas baik diharapkan menunjukkan hitungan total yang rendah, yaitu kurang dari 100/ml. metode hitungan cawan didasarkan atas anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan berkembang menjadi satu koloni. Teknik yang harus dikuasai dalam metode ini ialah pengenceran sampel dan mencawankan hasil-hasil pengenceran tersebut.
Prinsip dari perhitungan metode hitungan cawan adalah bila sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium, maka mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan kemudian dapat dihitung tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitungan cawan dibedakan atas dua cara, yaitu metode tuang (pour plate) dan metode permukaan (surfacelspread plate). Pada metode tuang, sejumlah sampel (1 ml atau 0,1 ml) dari pengenceran yang dikehendaki dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian ditambhkan agar-agar cair yang steril yang telah didinginkan (47-50oC) sebanyak 15-20 ml dan digoyangkan supaya sampelnya menyebar. Metode ini merupakan cara yang paling sensitif untuk menentukan jumlah jasad renik, dengan alasan :
1.Hanya sel mikroba yang hidup yang dapat dihitung
2.Beberapa jasad renik dapat dihitung sekaligus
3.Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba, karena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari mikroba yang mempunyai penampakan spesifik.
Selain keuntungan-keuntungan tersebut di atas, metode hitungan cawan juga memiliki kelemahan sebagai berikut :
1. Hasil perhitungan tidak menunjukkan hasil yang sebenarnya, karena beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk koloni.
2. Medium dan kondisi inkubasi yang berbeda mungkin menghasilkan jumlah yang berbeda pula.
3.  Mikroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan membentuk koloni yang kompak, jelas, dan tidak mnyebar.
4. Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi relatif lama sehingga pertumbuhan koloni dapat dihitung.
Berdasarkan teori tersebut maka perlu untuk dilakukan percobaan ini untuk dapat mengetahui secara langsung percobaan yang akan dilakukan.   





Metodologi

Bahan dan alat
            Sampel yang digunakan yaitu air tahu dan air keran. aquades, media agar PCA (Plate Count Agar), Lactosa Broth Single Strengh (LBSS), Lactosa Broth Double Strengh (LBDS),susu segar, tahu. Alat yang digunakan yaitu tabung reaksi, cawan petri, ose, bunsen, tabel MPN, mikroskop, beaker glass, bulb pipet, cawan petri, cover gelas, inkubator, jarum suntik, mikroskop cahaya,  pettroff hauser chamber, pipet ukur, tabung reaksi, dan tabung durham.

1. Prosedur pembuatan LBDS dan LBSS.
Larutan untuk LBSS (Lactosa Broth Single Strengh) dibuat dengan cara 3,9 gram LBSS dilarutkan dengan 150 ml akuades di dalam gelas beaker, kemudian dipanaskan selama 5 menit dan didinginkan. Setelah itu ditambahkan netral red sampai berwarna merah. Sedangkan, LBDS (Lactosa Broth Double Strengh) dibuat dengan 3,25 gram LBDS dilarutkan dengan 250 ml akuades di dalam gelas beaker, kemudian dipanaskan selama 5 menit dan ditambahkan netral red sampai berwarna merah.

2.Prosedur Perhitungan Mikroorganisme dengan Metode MPN (Most Probable   Number)
Disediakan 9 tabung reaksi yang mana  3 seri tabung reaksi yang besar berisi LB-DS dan 6 seri tabung sedang berisi LB-SS kemudian LB-DS sebanyak 101 atau 10 ml dimasukkan ke dalam 3 seri tabung reaksi besar dan LB-SS juga diisikan ke dalam 3 tabung reaksi  sebanyak 100 atau 1 ml dan 3 tabung reaksi berikutnya sebanyak 10-1 atau 0,1 ml kemudian seluruh tabung tersebut diinkubasi pada suhu 37°C selama 2 hari sampai terbentuknya kekeruhan dan gas dalam tabung durham setelah itu amati jumlah tabung positif dari masing-masing pengenceran dicatat lalu cocokkan dengan tabel yang menunjukkan nilai MPN (untuk tabel 3 seri) hitung nilai MPN sampel

3. Prosedur Perhitungan Jumlah Bakteri dengan Petroff Hauser
Pertama-tama objek gelas dibersihkan secara aseptic diambil 1 loop kultur bakteri, diletakkan pada kotak Petroff Hauser yang diletakkan pada objek glass. Objek glass ditutup dengan cover penutup kemudian diamati dengan menggunakan mikroskop pada pembesaran 1000x dengan minyak imersi. Jumlah bakteri rata-rata dihitung dan 25 kotak untuk menghitung jumlah bakteri tiap ml bahan
 


Rata-rata koloni =

     
Jumlah koloni/ml =

Berikut ini adalah perhitungan kelompok 1A
21

19

130

1

2







Rata-rata koloni = jumlah koloni / 5
                        = (21+19+130+1+2) / 5
                        = 173/ 5
= 37,6 koloni bakteri
Diketahui: Volume kotak = 4 x 10-6 ml

Jumlah bakteri/ ml = rata-rata koloni / volume kotak
= 37,6 / 4 x 10-6
=8,65 x 106 bakteri/ ml

4.  Prosedur Metode Cawan
            Tahapan berikutnya adalah dilakukan metode cawan dengan prinsip pengenceran. Sampel air atau tahu yang telah dihancurkan di dalam gelas beaker dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukan ke dalam tabung reaksi pertama yang sudah berisi 9 ml NaCl fis sebagai pengenceran 10-1, dari tabung pengenceran 10-1 diambil 1 ml dengan pipet yang berbeda, dimasukan ke dalam tabung kedua sebagai pengenceran 10-2, begitu seterusnya sampai pengenceran 10-5. Setelah pengenceran selesai dilakukan, masing-masing pengenceran 10-3, 10-4 dan 10-5 dimasukan ke dalam masing-masing cawan petri steril dengan cara metode tuang, kemudian ditambahkan media agar PCA (Plate Count Agar) ke dalam cawan petri tersebut. Sampel dan media agar dihomogenkan dan ditunggu sampai membeku / memadat kemudia diinkubasi selama 2 hari 48 (jam) suhu 35-37oC.

Hasil dan Pembahasan
           
            Perhitungan mikroorganisme analisis kuantitatif bakteri pada bahan pangan dengan berdasarkan perhitungan jumlah sel. Metode analisis kuantitatif mikroorganisme yang dilakukan pada praktikum ini yaitu metode Pettroff Hauser, metode hitungan cawan, dan metode Most Probable Number (MPN).

Metode MPN (Most probable Number)
              Berbeda dengan metode agar cawan yang menggunakan medium agar, dalam metode MPN digunakan metode cair di dalam tabung reaksi, dimana perhitungan yang dilakukan merupakan tahap pendekatan secara statistik. Pada umumnya untuk setiap pengenceran digunakan 3 atau 5 seri tabung. Semakin banyak tabung reaksi yang digunakan akan menunjukkan ketelitian yang semakin tinggi. Pengenceran harus dilakukan sedemikian rupa sehingga beberapa tabung yang berisi medium cair yang diinokulasikan dengan larutan hasil pengenceran tersebut mengandung satu sel mikroba, sedangkan tabung lainnya tidak mengandung sel. Setelah diinkubasi, diharapkan pada beberapa tanbung terjadi pertumbuhan (positif), sedangkan tabung lainnya  tidak terjadi pertumbuhan (negatif).
Media yang digunakan adalah LB (Lactose Broth), baik itu LBDS dan LBSS yang diberi indikator perubahan pH yaitu NR (Neutral Red) dan dimasukkan tabung durham. Tabung durham yang dipakai diletakkan pada posisis terbalik, sebagai indikator untuk jasad renik pembentuk gas (Fardiaz, 1992). Perlu diperhatikan ketika menyuntikkan media pada tabung durham tidak boleh terbentuk gas karena akan mengganggu hasil pengamatan.
Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan, perubahan warna, atau terbentuknya gas di dalam tabung durham. Namun, bila dalam suatu tabung hanya terjadi kekeruhan atau perubahan warna tanpa adanya gelembung gas, tabung tersebut dinyatakan negatif. Gelembung udara yang dihasilkan pada tabung durham disebabkan oleh adanya aktivitas respirasi mikroorganisme. Kekeruhan dan perubahan warna yang terdapat pada tabung reaksi juga disebabkan karena adanya aktivitas dari suatu mikroorganisme. Kekeruhan yang terjadi pada setiap tabung reaksi tersebut berbeda-beda, ada yang mengalami kekeruhan pada bagian permukaannya saja dan ada juga yang mengalami kekeruhan secara merata. Tetapi untuk pengamatan yang lebih akurat, tabung reaksi dinyatakan positif bila terdapat gelembung udara pada tabung durhamnya saja karena kekeruhan atau perubahan warna yang terjadi bisa saja disebabkan oleh efek sampel yang digunakan, ketidaksterilan pelaksanaan praktikum sehingga sampel terkontaminasi ataupun karena proses pemanasan dalam autoklaf.
Metode MPN ini umumnya digunakan untuk menghitung jumlah bakteri pada sampel cairan/air khususnya untuk mendeteksi adanya bakteri koliform yang merupakan kontaminan utama sumber air minum. Ciri-ciri utamanya yaitu bakteri gram negatif, batang pendek, tidak membentuk spora, memfermentasi laktosa menjadi asam dan gas yang dideteksi dalam waktu 24 jam inkubasi pada 37ยบ C (Fardiaz, S. 1992).
Koliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, aerob dan anaerob fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam  pada suhu 35oC.
Adanya bakteri koliform di dalam makanan/minuman akan menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan (Widyanti dan Ristianti, 2004).
Koliform adalah golongan bakteri yang merupakan campuran antara bakteri fekal dan non fekal. Prinsip penentuan angka bakteri koliform yang ditandai dengan terbentuknya gas pada tabung durham, setelah diinkubasikan pada media yang sesuai (Harmita, dan Radji , 2008).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 tentang “ Syarat – syarat dan Pengawasan Kualitas Air”, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Metode MPN merupakan salah satu metode perhitungan secara tidak langsung. Metode MPN terdiri dari tiga tahap, yaitu uji penduga, uji konfirmasi, dan uji kelengkapan. Praktikum kali ini hanya sampai uji penduga, dalam uji tahap pertama ini keberadaan koliform  masih dalam probabilitas rendah, masih dalam dugaan. Uji ini mendeteksi sifat fermentatif koliform dalam sampel (Lim,1998)
Uji penduga ini mendeteksi sifat permentatif coliform dalam sampel. Karena beberapa jenis bakteri selain coliform juga memiliki sifat permentatif, dimana uji ini menggunakan media Lactosa Broth yang dibuat dalam bentuk Lactosa Broth Double Strength (LBDS) dan Lactosa Broth Single Strength (LBSS). Media LB dibuat dalam bentuk LBDS dan LBSS karena jumlah sampel yang diinokulasikan ke dalam media akan berbeda, yaitu untuk LBDS jumlah sampel diinokulasikan akan lebih banyak dibandingkan pada LBSS.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Perhitungan Mikroorganisme Metode MPN
Keterangan:
A = 3 Tabung LBSS 0,1 ml sampel
B = 3 Tabung LBSS 1 ml sampel
C = 3 Tabung LBDS 10 ml sampel
Berdasarkan tabel hasil pengamatan dari hasil pengamatan di atas, nilai A B dan C diperoleh dari jumlah tabung yang positif, yang ditandai dengan adanya kekeruhan dan gas pada tabung durham. Berdasarkan jurnal Uji kandungan bakteri coliform, jurnal ilmu pertanian maulita cut nuria Uji dinyatakan positif bila terbentuk gas dalam tabung durham dan bersifat asam jika warna media menjadi kuning, dan jika basa menjadi warna pink.
Pendapat Entjang (2003), jika semakin tinggi kontaminasi bakteri koliform, semakin tinggi pula risiko kehadiran bakteri-bakteri patogen lainnya yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan hewan. Salah satu contoh bakteri patogen yang kemungkinan terdapat air terkontaminasi kotoran manusia atau hewan berdarah panas ialah bakteri Escherichia coli, yaitu mikroba penyebab gejala diare, demam, keram perut, dan muntah-muntah.
Berdasarkan hasil data di atas menunjukan jumlah mikroba yang terkandung dalam sampel air kran yang digunakan adalah 24000  mikroba/ml dan 11.000 mikroba/ml. Pendapat Depkes RI dalam Purnawijayanti (2001), jika jumlah koliform/100 ml (dalam MPN) adalah 0 – 50.000 bakteri, maka diklasifikasikan mutu bakteri yang memerlukan cara-cara penanganan  konvensional penggumpalan, penyaringan, penyucihamaan.
Berdasarkan Permenkes No 416 / Menkes  / Per / IX / 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air menyebutkan bahwa syarat-syarat mikrobiologis untuk air minum adalah MPN Koliform/100 cc sampel = 0. Sedangkan untuk air bersih = 10 ( untuk air perpipaan ) dan 50 ( untuk air bukan perpipaan ) ( Permenkes No. 416 Tahun 1990 Tentang ”Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air “, dalam Anoname,Tt).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.416 Tahun 1990 tentang Syarat – Syarat dan Pengawasan Kualitas Air, nilai ambang batas untuk jumlah coliform pada air bersih perpipaan adalah 10 per 100 ml. Hal tersebut menjadi acuan bahwa data pada tabel di atas menunjukan sampel air kran gedung 4 tercemar mengandung bakteri koliform karena melebihi ambang batas, dalam 1 ml air kran terdapat 24000 mikroba merupakan jumlah yang besar serta tidak menutup kemungkinan air di gedung 4 juga terdapat banyak sekali by product yang diakibatkan dari pembuangan hasil reaksi-reaksi kimia atau bahan pangan lain yang dibuang serta mengandung kaporit.
Pendapan Chandra (2002), air yang tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahan-bahan kimia dan sampah atau limbah industri.
        Bakteri-bakteri indikator sanitasi umumnya adalah bakteri yang lazim terdapat dan hidup pada usus manusia. Jadi, adanya bakteri tersebut pada air atau makanan menunjukkan bahwa dalam satu atau lebih tahap pengolahan air atau makanan pernah mengalami kontak dengan feses yang berasal dari usus manusia dan oleh karenanya mungkin mengandung bakteri patogen lain yang berbahaya (Widyanti dan Ristianti, 2004).

Petroff Hauser
Perhitungan secara langsung dapat dilakukan secara mikroskopis yaitu dengan menghitung jumlah bakteri dalam satuan isi yang sangat kecil. Alat yang digunakan adalah Petroff-Hauser Chamber atau Haemocytometer. Jumlah cairan yang terdapat antar cover glass dan alat ini mempunyai volume tertentu sehingga satuan isi yang terdapat dalam satu bujur sangkar juga tertentu (Pelczar,2005).
Ruang hitung terdiri dari satu kotak besar yang dibagi menjadi 25 kotak sedang. Setiap kotak sedang dibagi menjadi 16 kotak kecil. Sel bakteri yang tersuspensi akan memenuhi volume ruang hitung tersebut sehingga jumlah bakteri per satuan volume dapat diketahui.

Bahan yang digunakan oleh semua kelompok adalah susu cair segar dan kemungkinan bakteri yang akan terlihat di bawah mikroskop adalah bakteri Lactobacillus bulgaricus yang sering terdapat pada produk susu. (Sukarminah, Een., Debby M., In-In Hanidah 2010)
Berdasarkan SNI Susu segar nomor 01-3141-1998, susu segar adalah susu murni yang tidak mendapatkan perlakuan apapun kecuali proses pendinginan dan tanpa mempengaruhi kemurniannya. Agar aman dikonsumsi dan digunakan untuk proses pengolahan selanjutnya, maka susu segar harus memenuhi syarat-syarat tertentu.

Berikut ini adalah hasil pengamatan secara mikroskopis, dan hasil perhitungannya.
Berdasarkan hasil pengamatan di atas, jumlah koloni yang diperoleh menunjukan hasil yang berbeda-beda walaupun menggunakan sampel susu segar yang sama. Hal ini dapat disebabkan oleh ketidakakuratan jumlah mikroba dan perhitungan yang dilakukan secara mikroskopis, selain itu, sulit untuk menemukan koloni bakteri di antara kotak-kotak pada pettroff-hauser sehingga  dimungkinkan ada bakteri yang tidak terhitung. Ketidakakuratan data bisa disebabkan oleh perhitungan mikroba yang manual.
            Jumlah bakteri yang paling sedikit ditemukan adalah 1,85 x 106 bakteri/ml, sedangkan jumlah bakteri terbanyak pada susu segar diperoleh 93,7 x 106 bakteri/ml.
Cemaran mikroba yang biasa mengkontaminasi susu segar berdasarkan SNI nomor 01-3141-1998 yaitu, Salmonella sp., Escherichia coli (patogen), Coliform, Sterptococcus group B, dan Staphylococcus aureus. Sedangkan syarat mutu susu segar adalah negatif terhadap Salmonella sp., E. coli patogen,  dan Streptococcus sp. Cemaran Staphylococcus aureus mak. 100 CFU/ml, sedangkan koliform mak. 20 CFU/ml.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 7388:2009, pada kategori pangan susu segar (susu yang tidak dipasteurisasi) untuk konsumsi langsung, (susu sapi, kuda, kambing, dan kerbau) batas maksimum yang diperkenankan pada jenis cemaran ALT (Analisis Lempeng Total) yakni jumlah 1 x 106 koloni/ml, koliform yaitu, 2 x 101 koloni/ml, APM (Angka Paling Mungkin) Escherichia coli yaitu, <3/ml, Salmonella sp. yaitu, negatif / 25 ml, dan Staphylococcus aureus yaitu, 1 x 102 koloni/ml, Listeria monocytogenes yaitu, negatif/25 ml, dan Campylobacter sp. yaitu, negatif/ 25 ml.

Metode Cawan
Prinsip dari metode hitungan cawan adalah jika sel jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Koloni yang tumbuh tidak selalau berasal dari satu sel mikroorganisme karena beberapa mikroorganisme cenderung membentuk kelompok atau rantai. Berdasarkan hal tersebut digunakan istilah Coloni Forming Units (CFU’s) per ml. Koloni yang tumbuh berasal dari suspensi yang diperoleh menggunakan pengenceran bertingkat dari sebuah sampek yang ingin diketahui jumlah bakterinya (Fardiaz, 1992). Cara menghitung sel relatif atau CFU’s per ml adalah :
CFU/ml = jumlah koloni x faktor pengenceran

Sebelum melakukan perhitungan terhadap mikroorganisme, terlebih dahulu dilakukan pemupukan mikroorganisme pada media PCA dengan suatu sampel.
Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel mikroorganisme karena beberapa mikroorganisme cenderung membentuk kelompok atau rantai. Koloni yang tumbuh berasal dari suspensi yang diperoleh menggunakan pengenceran bertingkat dari sebuah bahan yang ingin diketahui jumlah bakterinya (Fardiaz, 1992).
Tabel 3. Hasil Pengamatan dan Perhitungan Mikroorganisme Metode Cawan


Tabel 4. Hasil Pengamatan dan Perhitungan Mikroorganisme Metode Cawan
Berdasarkan hasil pengamatan di atas, sampel kelompok 1 dan 6 adalah tahu. Hasil SPC diambil dari pengenceran terendah yaitu 10‑3. Jumlah koloni tahu kelompok 1 adalah 1,6 x 104 CFU/gram, sedangkan jumlah koloni pada sampel tahu kelomok 6 adalah 2,5 x 105 CFU/gram. Keduanya menghasilkan data yang berbeda jauh, hal ini dapat disebabkan dari kehiginiesan sampel tahu setiap kelompok, bisa saja sampel tahu kelompok 6 lebih banyak terkontaminasi, sehingga menghasilkan koloni yang lebih banyak pada medium PCA.
Berdasarkan SNI 01-3142-1998 mengenai syarat mutu tahu, cemaran mikroorganisme tahu berupa E.coli maksimal 10, dan negatif Salmonella sp. dengan satuan APM/g/25g. APM adalah Angka Paling Mungkin atau bisa disebut juga MPN.
Sedangkan pada sampel air kran pun sama menunjukan hasil yang tidak sama. Jumlah koloni pada sampel air paling sedikit nol (tidak ditemukan koloni bakteri), paling banyak adalah 4,0 x 103 CFU/ml. Sisanya menunjukan jumlah koloni yang sama yaitu, 2,0 x 103 CFU/ml.
Beberapa  mikroorganisme patogen yang menkontaminasi air adalah Salmonella typhi, Clostridium prefringen, Escherichia coli, Leptospira, Shigella dysentriae, Vibrio comm. (Dwijoseputro, 1976)

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan perhitungan mikroorganisme yang dilakukan dengan berbagai macam analisis dan metode dapat disimpulkan bahwa, jumlah mikroba yang terkandung dalam air kran adalah 11.000 dan 24.000 mikroba/ml berdasarkan metode MPN sebagai uji koliform untuk indikator kualitas air. Hasil tersbut menunjukan bahwa air kran tersebut mengandung bakteri koliform seperti E.coli. Jumlah bakteri dalam susu segar yang paling sedikit pada metode petroff hauser adalah 1,85 x 106 bakteri/ml, sedangkan jumlah bakteri terbanyak adalah  93,7 x 106 bakteri/ml. Menurut SNI 01-3141-1998, mikroba yang mengkontaminasi susu segar adalah Salmonella sp., Escherichia coli (patogen), Coliform. Jumlah koloni tahu berdasarkan metode hitungan cawan menunjukan hasil yang berbeda. Jumlah koloni tahu kelompok adalah 1,6 x 104 CFU/gram, dan  jumlah koloni pada sampel tahu kelompok 6 adalah 2,5 x 105 CFU/gram. Sedangkan, jumlah koloni pada sampel air paling sedikit nol (tidak ditemukan koloni bakteri), paling banyak adalah 4,0 x 103 CFU/ml. Sisanya menunjukan jumlah koloni yang sama yaitu, 2,0 x 103 CFU/ml.

DAFTAR PUSTAKA

Entjang, I. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi Keperawatan dan Sekolah Tenaga Kesehatan yang Sederajat. Bandung: Citra Adtya Bakti

Dwijoseputro, D. 1976. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Pres: Jakarta.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
Fardiaz, Srikandi. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 tentang “Syarat – syarat dan Pengawasan Kualitas Air”
Prasetyo, Dwi, 2009, Uji Most Probable Number (Mpn) Coliform Pada Pengelolaan Air Mpsdh “Tirto Darmo”  Di Desa Genilangit Poncol Magetan, Akademi Analis Farmasi Dan Makanan (Akafarma) Sunan Giri Ponorogo
Radji M. 2006, Penuntun Praktikum Mikrobiologi Farmasi, Edisi 2, Departemen Farmasi FMIPAUI,
Depok.
SNI. 1998. Syarat Mutu Susu Segar. Standar Nasional Indonesia (SNI)  01-3141-1998, Badan Standarisasi Nasional
SNI. 1998. Syarat Mutu Tahu. Standar Nasional Indonesia (SNI)  01-3142-1998, Badan Standarisasi Nasional
Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang. Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang , hal 157.


No comments:

Post a Comment