ANALISIS
KUANTITATIF MIKROORGANISME
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS
PADJADJARAN
Yoga Jati Pratama
(240210140003)
Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran,
Jatinangor
Jalan Raya
Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022) 7798844, 779570 Fax.
(022) 7795780 Email: yoga.jpratama1@gmail.com
ABSTRAK
Jumlah mikroorganisme
yang berada dalam suatu sampel atau bahan sangat bervariasi, tergantung dari
jenis bahan itu sendiri dan kondisi lingkungannya. Pada individu multiseluler,
bila sel-selnya membelah, maka individunya bertambah banyak, pada
mikroorganisme uniseluler pembelahannya
bakteri multiplikasi. Bakteri bermultiplikasi secara seksual dengan cara pembelahan
menjadi dua, dua menjadi empat, empat menjadi delapan, dan seterusnya. Jumlah
mikroorganisme dalam suatu sampel dapat dihitung dengan menggunakan beberapa
metode yaitu analisa secara langsung dengan metode petrauf houser, serta
menggunakan analisa tidak langsung dengan menggunakan metode MPN dan metode
hitung cawan. Karena itu praktikum ini dilakukan untuk mengetahui dan memahami
jumlah atau kualitas suatu mikroba dalam suatu sampel serta metode mana yang
paling sesuai untuk pengujian analisis kuantitatif ini. Praktikum dilakukan di
Laboratorium mikrobiologi pangan FTIP UNPAD.
Kata kunci
: Metode
Petrauf Houser, metode cawan, analisis langsung dan tidak langsung.
PENDAHULUAN
Analisis kuantitatif mikrobiologi
pada bahan pangan penting dilakukan untuk mengetahui mutu bahan pangan dan
menghitung proses pengawetan yang akan diterapkan pada bahan pangan tersebut.
Beberapa cara dapat digunakan untuk menghitung atau mengukur jumlah jasad renik
di dalam suatu suspensi atau bahan yang dapat dibedakan atas beberapa kelompok,
yaitu berdasarkan perhitungan jumlah sel yang terdiri atas hitungan
mikroskopik, hitungan cawan, dan MPN (Most Probable Number), berdasarkan
perhitungan massa sel secara langsung yang terdiri atas volumetrik,
gravimetrik, dan kekeruhan (turbidimetri), dan berdasarkan perhitungan massa
sel secara tidak langsung yang terdiri atas analisis komponen sel (protein,
DNA, ATP, dan sebagainya), analisis produk katabolisme (metabolit primer atau
sekunder, panas), dan analisis konsumsi nutrient (karbon, nitrogen, oksigen,
asam amino, dan sebagainya) (Buckle, 1987).
Jumlah mikroorganisme
dalam suatu sampel dapat dihitung dengan menggunakan beberapa metode pada tiap
perhitungan bakteri ketepatan berkurang dengan meningkatnya konsentrasi
sel-sel. Begitu halnya bila jumlah yang dihitung terlalu kecil. Bahan yang
mengandung sejumlah bakteri (kira-kira lebih dari 104/ml) biasanya diencerkan
dari 1:105 atau lebih tergantung pada bahan pemeriksaan atau metode hitung,
sehingga hasil hitungan yang diperoleh dapat diandalkan dan memudahkan
perhitungan. Perhitungan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu perhitungan
secara langsung dan perhitungan secara tidak langsung.
Perhitungan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu:
1. Penentuan volume total
Cara ini adalah semacam modifikasi penentuan hematokrit pada
pengukuran volume total butir-butir darah, misalnya 10 ml biakan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi khusus (tabung hopklins) yang bagian bawahnya berupa
silinder dan bergaris ukuran.
2. Metode turbidometri
Teknik ini sudah dipakai sebagai cara mengukur keker han
suspensi atas dasar penyerapan dan pemencaran cahaya yang dilintaskan, sehingga
yang mengandung lebih dari 107 - 108 sel/ml, tampak lebih keruh oleh mata telanjang.
Suatu volume biakan yang telah ditakar ditempatkan dalam tabung khusus yang
jernih dengan diameter tertentu
Perhitungan langsung dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
1. Perhitungan sel langsung
Cara ini menggunakan bilik hitung (hemoci tometer) yang
menghasilkan hitungan total, karena semua sel terhitung, baik sel yang hidup
maupun sel yang mati. Karena bakteri itu kecil, maka perhitungan yang dilakukan
secara statistik dapat diterima, namun harus dibuat suspensi sekurang-kurangnya
107 / ml.
2.
Menghitung dengan alat penghitung elektronik
Dengan alat ini dapat dihitung beribu-ribu bakteri dalam
beberapa detik. Penggunaan alat ini banyak didasarkan atas kerja dengan lobang
pengintai elektronik (dapat disamakan dengan mata elektronik) kerjanya
tergantung pada interupsi dari berkas cahaya elektronik yang melintasi suatu
ruang antara dua ruang elektron yang berdekatan letaknya. Tiap partikel yang
karena perbedaan kkonduktivitas sel dan cairan. Interupsi ini dicetak oleh
suatu alat secara elektris.
3. Menghitung dengan filter membran
Contoh cairan yang disaring dan ditakar dengan filter steril
yang terbuat dari membran berpori. Bakteri yang tertahan oleh filter itu
kemudian dihitung langsung. Dalam hal ini banyak bakteri dalam cairan tersebut
tidak boleh terlalu banyak dan tersebar rata.
Ada dua Metode plate count yang sering digunakan, yaitu
metode sebaran dan metode tuang. Asumsi digunakannya metode ini adalah bahwa
setiap satu sel mikroba dapat tumbuh dan akhirnya membentuk satu koloni yang
dapat dilihat dengan kasat mata. Pada metode sebaran, volume yang dibutuhkan
adalah 0.1 ml agar sampel tersebut sapat tersebar, terendam, dan teresap.
Karena jika lebih, maka sampel akan mengendap dan mengumpul sehingga
menyulitkan dalam perhitungan.
Salah satu metode cepat yang digunakan untuk menghitung
massal sel adalah melalui perhitungan kekeruhan (turbidity). Kekeruhan dapat
diukur dengan menggunakan fotometer atau spertofotometer. Pengukuran kekeruhan
ini didasarkan atas pertikel-pertikel kecil yang menyebarkan cahaya lengsung
secara propisional (sampai batas-batas tertentu) dengan konsentrtasinya. Zat
cahaya melewati tabung yang berisi suspensi mikroba, maka cahaya akan
dihamburkan.
Metode perhitungan cawan didasarkan pada anggapan bahwa
setiap sel yang hidup dapat berkembang menjadi koloni. Jadi jumlah koloni yang
muncul pada cawan adalah indeks bagi jumlah mikroorganisme yang terkandung
dalam sampel. Teknik yang harus dikuasai dari metode ini adalah mengencerkan
sampel dan mencawankan hasil pengenceran tersebut. Setelah inkubasi, jumlah
semua koloni diamati untuk memenuhi persyaratan statistik. Cawan yang dipilih
untuk menghitung koloni adalah cawan yang mengandung antara 30 sampai 300
koloni. Organisme yang terdapat dalam sampel asal ditentukan dengan mengalikan
jumlah koloni yang terbentuk dengan faktor pengenceran pada cawan yang
bersangkutan.
Pada perhitunngan cawan standar, setelah sampel diletakkan
pada cawan, maka dilakukan hitungan koloni. Sampel yang berkualitas baik
diharapkan menunjukkan hitungan total yang rendah, yaitu kurang dari 100/ml.
metode hitungan cawan didasarkan atas anggapan bahwa setiap sel yang dapat
hidup akan berkembang menjadi satu koloni. Teknik yang harus dikuasai dalam
metode ini ialah pengenceran sampel dan mencawankan hasil-hasil pengenceran
tersebut.
Prinsip dari perhitungan metode hitungan cawan adalah bila
sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium, maka mikroba tersebut
akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan
kemudian dapat dihitung tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitungan cawan
dibedakan atas dua cara, yaitu metode tuang (pour plate) dan metode permukaan
(surfacelspread plate). Pada metode tuang, sejumlah sampel (1 ml atau 0,1 ml)
dari pengenceran yang dikehendaki dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian
ditambhkan agar-agar cair yang steril yang telah didinginkan (47-50oC) sebanyak
15-20 ml dan digoyangkan supaya sampelnya menyebar. Metode ini merupakan cara
yang paling sensitif untuk menentukan jumlah jasad renik, dengan alasan :
1.Hanya sel mikroba yang hidup yang dapat dihitung
2.Beberapa jasad renik dapat dihitung sekaligus
3.Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba,
karena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari mikroba yang mempunyai
penampakan spesifik.
Selain
keuntungan-keuntungan tersebut di atas, metode hitungan cawan juga memiliki
kelemahan sebagai berikut :
1. Hasil perhitungan tidak menunjukkan hasil yang
sebenarnya, karena beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk koloni.
2. Medium dan kondisi inkubasi yang berbeda mungkin
menghasilkan jumlah yang berbeda pula.
3. Mikroba yang
ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan membentuk koloni yang
kompak, jelas, dan tidak mnyebar.
4. Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi relatif lama
sehingga pertumbuhan koloni dapat dihitung.
Berdasarkan teori tersebut maka perlu untuk dilakukan
percobaan ini untuk dapat mengetahui secara langsung percobaan yang akan
dilakukan.
Metodologi
Bahan dan alat
Sampel yang digunakan yaitu air
tahu dan air keran. aquades, media agar PCA (Plate Count Agar), Lactosa
Broth Single Strengh (LBSS), Lactosa
Broth Double Strengh (LBDS),susu segar, tahu. Alat
yang digunakan yaitu tabung reaksi, cawan petri, ose, bunsen, tabel MPN,
mikroskop, beaker glass, bulb pipet, cawan petri, cover
gelas, inkubator, jarum suntik, mikroskop cahaya, pettroff hauser chamber, pipet ukur, tabung reaksi, dan tabung durham.
1. Prosedur pembuatan
LBDS dan LBSS.
Larutan untuk LBSS (Lactosa Broth
Single Strengh) dibuat dengan cara 3,9 gram LBSS dilarutkan
dengan 150 ml akuades di dalam gelas beaker,
kemudian dipanaskan selama 5 menit dan didinginkan. Setelah itu ditambahkan
netral red sampai berwarna merah.
Sedangkan, LBDS (Lactosa Broth Double
Strengh) dibuat dengan 3,25 gram LBDS dilarutkan dengan 250 ml akuades di
dalam gelas beaker, kemudian
dipanaskan selama 5 menit dan ditambahkan netral red sampai berwarna merah.
2.Prosedur Perhitungan
Mikroorganisme dengan Metode MPN (Most Probable Number)
Disediakan 9 tabung reaksi yang
mana 3 seri tabung reaksi yang besar
berisi LB-DS dan 6 seri tabung sedang berisi LB-SS kemudian LB-DS sebanyak 101
atau 10 ml dimasukkan ke dalam 3 seri tabung reaksi besar dan LB-SS juga
diisikan ke dalam 3 tabung reaksi
sebanyak 100 atau 1 ml dan 3 tabung reaksi berikutnya sebanyak 10-1 atau
0,1 ml kemudian seluruh tabung tersebut diinkubasi pada suhu 37°C selama 2 hari sampai terbentuknya
kekeruhan dan gas dalam tabung durham setelah itu amati jumlah tabung positif
dari masing-masing pengenceran dicatat lalu cocokkan dengan tabel yang menunjukkan
nilai MPN (untuk tabel 3 seri) hitung nilai MPN sampel
3. Prosedur
Perhitungan Jumlah Bakteri dengan Petroff Hauser
Pertama-tama objek gelas dibersihkan
secara aseptic diambil 1 loop kultur bakteri, diletakkan pada kotak Petroff
Hauser yang diletakkan pada objek glass. Objek glass ditutup dengan cover
penutup kemudian diamati dengan menggunakan mikroskop pada pembesaran 1000x
dengan minyak imersi. Jumlah bakteri rata-rata dihitung dan 25 kotak untuk menghitung
jumlah bakteri tiap ml bahan
Rata-rata koloni =
Jumlah koloni/ml =
Berikut
ini adalah perhitungan kelompok 1A
21
|
|
19
|
|
130
|
|
1
|
|
2
|
Rata-rata
koloni = jumlah koloni / 5
= (21+19+130+1+2) / 5
= 173/ 5
=
37,6 koloni bakteri
Diketahui:
Volume kotak
= 4 x 10-6 ml
Jumlah
bakteri/ ml = rata-rata koloni / volume
kotak
= 37,6 / 4 x 10-6
=8,65
x 106 bakteri/ ml
4. Prosedur Metode Cawan
Tahapan berikutnya adalah
dilakukan metode cawan dengan prinsip pengenceran. Sampel air atau tahu yang
telah dihancurkan di dalam gelas beaker
dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukan ke dalam tabung reaksi pertama yang sudah
berisi 9 ml NaCl fis sebagai pengenceran 10-1, dari tabung
pengenceran 10-1 diambil 1 ml dengan pipet yang berbeda, dimasukan
ke dalam tabung kedua sebagai pengenceran 10-2, begitu seterusnya
sampai pengenceran 10-5. Setelah pengenceran selesai dilakukan,
masing-masing pengenceran 10-3, 10-4 dan 10-5
dimasukan ke dalam masing-masing cawan petri steril dengan cara metode
tuang, kemudian ditambahkan media agar PCA (Plate
Count Agar) ke dalam cawan petri tersebut. Sampel dan media agar
dihomogenkan dan ditunggu sampai membeku / memadat kemudia diinkubasi selama 2
hari 48 (jam) suhu 35-37oC.
Hasil dan Pembahasan
Perhitungan mikroorganisme
analisis kuantitatif bakteri pada bahan pangan dengan berdasarkan perhitungan
jumlah sel. Metode analisis kuantitatif mikroorganisme yang dilakukan pada
praktikum ini yaitu metode Pettroff Hauser, metode hitungan cawan, dan metode
Most Probable Number (MPN).
Metode MPN (Most
probable Number)
Berbeda dengan metode agar cawan
yang menggunakan medium agar, dalam metode MPN digunakan metode cair di dalam
tabung reaksi, dimana perhitungan yang dilakukan merupakan tahap pendekatan
secara statistik. Pada umumnya untuk setiap pengenceran digunakan 3 atau 5 seri
tabung. Semakin banyak tabung reaksi yang digunakan akan menunjukkan ketelitian
yang semakin tinggi. Pengenceran harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
beberapa tabung yang berisi medium cair yang diinokulasikan dengan larutan
hasil pengenceran tersebut mengandung satu sel mikroba, sedangkan tabung
lainnya tidak mengandung sel. Setelah diinkubasi, diharapkan pada beberapa
tanbung terjadi pertumbuhan (positif), sedangkan tabung lainnya tidak
terjadi pertumbuhan (negatif).
Media
yang digunakan adalah LB (Lactose Broth), baik itu LBDS dan LBSS
yang diberi indikator perubahan pH yaitu NR (Neutral Red) dan dimasukkan
tabung durham. Tabung durham yang dipakai diletakkan pada posisis terbalik,
sebagai indikator untuk jasad renik pembentuk gas (Fardiaz, 1992). Perlu
diperhatikan ketika menyuntikkan media pada tabung durham tidak boleh terbentuk
gas karena akan mengganggu hasil pengamatan.
Pengamatan
tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan,
perubahan warna, atau terbentuknya gas di dalam tabung durham. Namun, bila dalam suatu tabung hanya
terjadi kekeruhan atau perubahan warna tanpa adanya gelembung gas, tabung
tersebut dinyatakan negatif. Gelembung udara yang dihasilkan pada tabung durham
disebabkan oleh adanya aktivitas respirasi mikroorganisme. Kekeruhan dan perubahan warna yang terdapat pada tabung reaksi juga disebabkan karena adanya aktivitas
dari suatu mikroorganisme. Kekeruhan yang terjadi pada setiap tabung reaksi
tersebut berbeda-beda, ada yang mengalami kekeruhan pada bagian permukaannya saja
dan ada juga yang mengalami kekeruhan
secara merata. Tetapi untuk pengamatan yang lebih akurat, tabung reaksi
dinyatakan positif bila terdapat gelembung udara pada tabung durhamnya saja
karena kekeruhan atau perubahan warna yang terjadi bisa saja disebabkan oleh
efek sampel yang digunakan, ketidaksterilan pelaksanaan praktikum sehingga
sampel terkontaminasi ataupun karena proses pemanasan dalam autoklaf.
Metode MPN ini umumnya digunakan untuk menghitung
jumlah bakteri pada sampel cairan/air khususnya untuk mendeteksi adanya bakteri
koliform yang merupakan kontaminan utama sumber air minum. Ciri-ciri utamanya
yaitu bakteri gram negatif, batang pendek, tidak membentuk spora, memfermentasi
laktosa menjadi asam dan gas yang dideteksi dalam waktu 24 jam inkubasi pada
37ยบ C (Fardiaz,
S. 1992).
Koliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai
bakteri berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, aerob dan
anaerob fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas
dalam waktu 48 jam pada suhu 35oC.
Adanya bakteri koliform di dalam makanan/minuman
akan menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik atau
toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan (Widyanti dan Ristianti, 2004).
Koliform adalah golongan bakteri
yang merupakan campuran antara bakteri fekal dan non fekal. Prinsip penentuan
angka bakteri koliform yang ditandai dengan terbentuknya gas pada tabung
durham, setelah diinkubasikan pada media yang sesuai (Harmita, dan Radji ,
2008).
Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan No. 416 Tahun 1990 tentang “ Syarat – syarat dan Pengawasan Kualitas
Air”, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Metode MPN merupakan salah satu
metode perhitungan secara tidak langsung. Metode MPN terdiri dari tiga tahap,
yaitu uji penduga, uji konfirmasi, dan uji kelengkapan. Praktikum kali ini
hanya sampai uji penduga, dalam uji tahap pertama ini keberadaan koliform masih dalam probabilitas rendah, masih dalam
dugaan. Uji ini mendeteksi sifat fermentatif koliform dalam sampel (Lim,1998)
Uji penduga ini mendeteksi sifat
permentatif coliform dalam sampel.
Karena beberapa jenis bakteri selain coliform
juga memiliki sifat permentatif, dimana uji ini menggunakan media Lactosa Broth yang dibuat dalam bentuk Lactosa Broth Double Strength (LBDS) dan Lactosa Broth Single Strength (LBSS).
Media LB dibuat dalam bentuk LBDS dan LBSS karena jumlah sampel yang
diinokulasikan ke dalam media akan berbeda, yaitu untuk LBDS jumlah sampel
diinokulasikan akan lebih banyak dibandingkan pada LBSS.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Perhitungan Mikroorganisme Metode MPN
Keterangan:
A = 3 Tabung LBSS 0,1 ml sampel
B = 3 Tabung LBSS 1 ml sampel
C = 3 Tabung LBDS 10 ml sampel
Berdasarkan tabel hasil pengamatan dari hasil
pengamatan di atas, nilai A B dan C diperoleh dari jumlah tabung yang positif,
yang ditandai dengan adanya kekeruhan dan gas pada tabung durham. Berdasarkan
jurnal Uji kandungan bakteri coliform, jurnal ilmu pertanian maulita cut nuria
Uji dinyatakan positif bila terbentuk gas dalam tabung durham dan bersifat asam
jika warna media menjadi kuning, dan jika basa menjadi warna pink.
Pendapat Entjang (2003), jika semakin tinggi
kontaminasi bakteri koliform, semakin tinggi pula risiko kehadiran
bakteri-bakteri patogen lainnya yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan
hewan. Salah satu contoh bakteri patogen yang kemungkinan terdapat air terkontaminasi
kotoran manusia atau hewan berdarah panas ialah bakteri Escherichia coli, yaitu mikroba penyebab gejala diare, demam, keram
perut, dan muntah-muntah.
Berdasarkan hasil data di atas menunjukan jumlah
mikroba yang terkandung dalam sampel air kran yang digunakan adalah 24000 mikroba/ml dan 11.000 mikroba/ml. Pendapat
Depkes RI dalam Purnawijayanti (2001), jika jumlah koliform/100 ml (dalam MPN) adalah
0 – 50.000 bakteri, maka diklasifikasikan mutu bakteri yang memerlukan
cara-cara penanganan konvensional
penggumpalan, penyaringan, penyucihamaan.
Berdasarkan
Permenkes No 416 / Menkes / Per / IX /
1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air menyebutkan bahwa
syarat-syarat mikrobiologis untuk air minum adalah MPN Koliform/100 cc sampel =
0. Sedangkan untuk air bersih = 10 ( untuk air perpipaan ) dan 50 ( untuk air
bukan perpipaan ) ( Permenkes
No. 416 Tahun 1990 Tentang ”Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air “, dalam
Anoname,Tt).
Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan No.416 Tahun 1990 tentang Syarat – Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air, nilai ambang batas untuk jumlah coliform pada air
bersih perpipaan adalah 10 per 100 ml. Hal tersebut menjadi acuan bahwa data
pada tabel di atas menunjukan sampel air kran gedung 4 tercemar mengandung bakteri
koliform karena melebihi ambang batas, dalam 1 ml air kran terdapat 24000
mikroba merupakan jumlah yang besar serta tidak menutup kemungkinan air di
gedung 4 juga terdapat banyak sekali by product yang diakibatkan dari
pembuangan hasil reaksi-reaksi kimia atau bahan pangan lain yang dibuang serta
mengandung kaporit.
Pendapan Chandra (2002), air yang tercemar bila
mengandung bibit penyakit, parasit, bahan-bahan kimia dan sampah atau limbah
industri.
Bakteri-bakteri indikator sanitasi
umumnya adalah bakteri yang lazim terdapat dan hidup pada usus manusia. Jadi,
adanya bakteri tersebut pada air atau makanan menunjukkan bahwa dalam satu atau
lebih tahap pengolahan air atau makanan pernah mengalami kontak dengan feses
yang berasal dari usus manusia dan oleh karenanya mungkin mengandung bakteri
patogen lain yang berbahaya (Widyanti dan Ristianti, 2004).
Petroff
Hauser
Perhitungan secara langsung dapat dilakukan secara
mikroskopis yaitu dengan menghitung jumlah bakteri dalam satuan isi yang sangat
kecil. Alat yang digunakan adalah Petroff-Hauser Chamber atau Haemocytometer.
Jumlah cairan yang terdapat antar cover glass dan alat ini mempunyai
volume tertentu sehingga satuan isi yang terdapat dalam satu bujur sangkar juga
tertentu (Pelczar,2005).
Ruang hitung terdiri dari satu kotak besar yang dibagi
menjadi 25 kotak sedang. Setiap kotak sedang dibagi menjadi 16 kotak kecil. Sel
bakteri yang tersuspensi akan memenuhi volume ruang hitung tersebut sehingga
jumlah bakteri per satuan volume dapat diketahui.
Bahan yang digunakan oleh semua kelompok adalah susu
cair segar dan kemungkinan bakteri yang akan terlihat di bawah mikroskop adalah
bakteri Lactobacillus bulgaricus yang sering terdapat pada produk susu.
(Sukarminah, Een., Debby M., In-In Hanidah 2010)
Berdasarkan SNI Susu segar nomor 01-3141-1998, susu
segar adalah susu murni yang tidak mendapatkan perlakuan apapun kecuali proses
pendinginan dan tanpa mempengaruhi kemurniannya. Agar aman dikonsumsi dan
digunakan untuk proses pengolahan selanjutnya, maka susu segar harus memenuhi
syarat-syarat tertentu.
Berikut ini adalah hasil pengamatan secara mikroskopis, dan hasil perhitungannya.
Berdasarkan hasil pengamatan di
atas, jumlah koloni yang diperoleh menunjukan hasil yang berbeda-beda walaupun
menggunakan sampel susu segar yang sama. Hal ini dapat disebabkan oleh
ketidakakuratan jumlah mikroba dan perhitungan yang dilakukan secara
mikroskopis, selain itu, sulit untuk menemukan koloni bakteri di antara
kotak-kotak pada pettroff-hauser sehingga
dimungkinkan ada bakteri yang tidak terhitung. Ketidakakuratan data bisa
disebabkan oleh perhitungan mikroba yang manual.
Jumlah bakteri yang paling sedikit
ditemukan adalah 1,85 x 106 bakteri/ml, sedangkan jumlah bakteri
terbanyak pada susu segar diperoleh 93,7 x 106 bakteri/ml.
Cemaran mikroba yang biasa mengkontaminasi susu segar
berdasarkan SNI nomor 01-3141-1998 yaitu, Salmonella
sp., Escherichia coli (patogen),
Coliform, Sterptococcus group B, dan
Staphylococcus aureus. Sedangkan syarat mutu susu segar adalah negatif terhadap
Salmonella sp., E. coli patogen, dan Streptococcus sp. Cemaran Staphylococcus aureus mak. 100 CFU/ml,
sedangkan koliform mak. 20 CFU/ml.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 7388:2009,
pada kategori pangan susu segar (susu yang tidak dipasteurisasi) untuk konsumsi
langsung, (susu sapi, kuda, kambing, dan kerbau) batas maksimum yang
diperkenankan pada jenis cemaran ALT (Analisis Lempeng Total) yakni
jumlah 1 x 106 koloni/ml, koliform yaitu, 2 x 101
koloni/ml, APM (Angka Paling Mungkin) Escherichia
coli yaitu, <3/ml, Salmonella sp.
yaitu, negatif / 25 ml, dan Staphylococcus
aureus yaitu, 1 x 102 koloni/ml, Listeria monocytogenes yaitu, negatif/25 ml, dan Campylobacter sp. yaitu, negatif/ 25 ml.
Metode Cawan
Prinsip
dari metode hitungan cawan adalah jika sel jasad renik yang masih hidup
ditumbuhkan pada medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan berkembang
biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata
tanpa menggunakan mikroskop. Koloni yang tumbuh tidak selalau berasal dari satu
sel mikroorganisme karena beberapa mikroorganisme cenderung membentuk kelompok
atau rantai. Berdasarkan hal tersebut digunakan istilah Coloni Forming Units
(CFU’s) per ml. Koloni yang tumbuh berasal dari suspensi yang diperoleh
menggunakan pengenceran bertingkat dari sebuah sampek yang ingin diketahui
jumlah bakterinya (Fardiaz, 1992). Cara menghitung sel relatif atau CFU’s per
ml adalah :
CFU/ml
= jumlah koloni x faktor pengenceran
Sebelum
melakukan perhitungan terhadap mikroorganisme, terlebih dahulu dilakukan
pemupukan mikroorganisme pada media PCA dengan suatu sampel.
Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel
mikroorganisme karena beberapa mikroorganisme cenderung membentuk kelompok atau
rantai. Koloni yang tumbuh berasal dari suspensi yang diperoleh menggunakan
pengenceran bertingkat dari sebuah bahan yang ingin diketahui jumlah bakterinya
(Fardiaz, 1992).
Tabel 3.
Hasil Pengamatan dan Perhitungan Mikroorganisme Metode Cawan
Tabel 4. Hasil
Pengamatan dan Perhitungan Mikroorganisme Metode Cawan
Berdasarkan hasil
pengamatan di atas, sampel kelompok 1 dan 6 adalah tahu. Hasil SPC diambil dari
pengenceran terendah yaitu 10‑3. Jumlah koloni tahu kelompok 1
adalah 1,6 x 104 CFU/gram, sedangkan jumlah koloni pada sampel tahu
kelomok 6 adalah 2,5 x 105 CFU/gram. Keduanya menghasilkan data yang
berbeda jauh, hal ini dapat disebabkan dari kehiginiesan sampel tahu setiap
kelompok, bisa saja sampel tahu kelompok 6 lebih banyak terkontaminasi,
sehingga menghasilkan koloni yang lebih banyak pada medium PCA.
Berdasarkan SNI 01-3142-1998
mengenai syarat mutu tahu, cemaran mikroorganisme tahu berupa E.coli maksimal
10, dan negatif Salmonella sp. dengan satuan APM/g/25g. APM adalah Angka Paling
Mungkin atau bisa disebut juga MPN.
Sedangkan pada sampel air kran
pun sama menunjukan hasil yang tidak sama. Jumlah koloni pada sampel air paling
sedikit nol (tidak ditemukan koloni bakteri), paling banyak adalah 4,0 x 103
CFU/ml. Sisanya menunjukan jumlah koloni yang sama yaitu, 2,0 x 103
CFU/ml.
Beberapa mikroorganisme patogen yang menkontaminasi
air adalah Salmonella typhi, Clostridium
prefringen, Escherichia coli, Leptospira, Shigella dysentriae, Vibrio comm. (Dwijoseputro,
1976)
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan perhitungan
mikroorganisme yang dilakukan dengan berbagai macam analisis dan metode dapat
disimpulkan bahwa,
jumlah mikroba yang terkandung dalam air kran adalah 11.000 dan 24.000
mikroba/ml berdasarkan metode MPN sebagai uji koliform untuk indikator kualitas
air. Hasil tersbut menunjukan bahwa air kran tersebut mengandung bakteri
koliform seperti E.coli. Jumlah bakteri dalam
susu segar yang paling sedikit pada metode petroff hauser adalah 1,85 x 106
bakteri/ml, sedangkan jumlah bakteri terbanyak adalah 93,7 x 106 bakteri/ml. Menurut SNI
01-3141-1998,
mikroba yang mengkontaminasi susu segar adalah Salmonella sp., Escherichia coli (patogen), Coliform. Jumlah
koloni tahu berdasarkan metode hitungan cawan menunjukan hasil yang berbeda.
Jumlah koloni tahu kelompok adalah 1,6 x 104 CFU/gram, dan jumlah koloni pada sampel tahu kelompok 6
adalah 2,5 x 105 CFU/gram. Sedangkan, jumlah koloni pada sampel air
paling sedikit nol (tidak ditemukan koloni bakteri), paling banyak adalah 4,0 x
103 CFU/ml. Sisanya menunjukan jumlah koloni yang sama yaitu, 2,0 x
103 CFU/ml.
DAFTAR PUSTAKA
Entjang, I. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi
Keperawatan dan Sekolah Tenaga Kesehatan yang Sederajat. Bandung: Citra Adtya Bakti
Dwijoseputro, D. 1976. Dasar-Dasar
Mikrobiologi. UI Pres: Jakarta.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka
Utama : Jakarta
Fardiaz, Srikandi.
1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Peraturan
Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 tentang “Syarat – syarat dan Pengawasan
Kualitas Air”
Prasetyo, Dwi, 2009, Uji Most Probable Number (Mpn) Coliform Pada
Pengelolaan Air Mpsdh “Tirto Darmo” Di Desa Genilangit Poncol Magetan,
Akademi Analis Farmasi Dan Makanan (Akafarma) Sunan Giri Ponorogo
Radji
M. 2006, Penuntun Praktikum Mikrobiologi
Farmasi, Edisi 2, Departemen Farmasi FMIPAUI,
Depok.
SNI.
1998. Syarat Mutu
Susu Segar.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3141-1998, Badan Standarisasi Nasional
SNI.
1998. Syarat Mutu
Tahu.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3142-1998,
Badan Standarisasi Nasional
Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang. Penerbitan
Universitas Muhammadiyah Malang , hal 157.
No comments:
Post a Comment