Tuesday, March 28, 2017

Laporan praktikum 9 ANALISIS PANGAN (ANALISIS SIFAT REOLOGI BAHAN PANGAN)

ANALISIS SIFAT REOLOGI BAHAN PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN

Yoga Jati Pratama (240210140003)

Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor
Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022) 7798844, 779570 Fax. (022) 7795780 Email: yoga.jpratama1@gmail.com

ABSTRAK
            Produk pangan atau produk antara dalam proses pengolahan memiliki bentuk dan tekstur yang bermacam-macam. Ada produk pangan yang berbentuk cair, padat, semi padat, dan juga yang memiliki sifat elastik dan kental. Produk pangan yang berbeda-beda tekstur tersebut memiliki respon yang berbeda apabila dikenakan gaya. Suatu jenis produk pangan dapat berubah sifat reologinya setelah diolah kembali. Dengan perubahan sifat tersebut maka pengukuran mutu tekstur   pun   akan   berbeda.   Parameter   penting   mutu   pada   produk   pangan   diantaranya kekenyalan, kelengketan, dan elastisitas. Perubahan bentuk (deformasi) suatu benda padat, semi padat, plastis atau cair dapat terjadi apabila ada gaya yang mengenainya.  Gaya yang diberikan dapat berupa gaya tekan (compression), gaya tarik (tensile) atau gaya geser (shearing). Pengujian Reologi Bahan Pangan yang dilakukan yaitu dengan Rotational Viskometer Analyzer (RVA) dan Glass Capillary Viscometer. Praktikum ini dilakukan di lab pendidikan 1 dan 2 gedung 4 FTIP UNPAD.

Kata kunci :Reologi, Rotational Viskometer Analyzer, Glass Capillary Viscometer.






PENDAHULUAN

            Setiap makanan atau produk pangan pasti memiliki warna, bau dan rasa. Demikian pula mereka masing-masing memiliki sifat mekanis yang unik, bisa keras atau lunak, liat atau empuk, lembut atau kasar, rapuh, renyah, mudah dan tidak mudah mengalir, dan seterusnya.
Ada dua cara yang bisa dilakukan untuk menguji sifat mekanis produk pangan. Pertama, menggunakan indera manusia, dengan cara menyentuh, memijit, menggigit, mengunyah, dan sebagainya, selanjutnya kita sampaikan apa yang kita rasakan. Ini yang disebut dengan analisa sensori. Karena reaksi kita sebagai manusia yang menguji berbeda-beda, maka diperlukan analisa statistik untuk menyimpulkan skala perbedaan ataupun tingkat kesukaan penguji terhadap produk tersebut. Cara uji kedua dengan pendekatan fisik, menggunakan instrument atau peralatan tertentu, hasilnya dinyatakan dengan unit satuan meter (m), kilogram (kg) dan detik (dt). Pendekatan fisik untuk mempelajari sifat mekanis bahan disebut rheology. RHEOLOGY adalah suatu cabang ilmu fisik yang didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari perubahan bentuk suatu material. Gesekan antara bahan padat, sifat alir material bentuk tepung, bahkan pengecilan ukuran suatu partikel seperti pada proses penggilingan, proses emulsifikasi dan atomisasi juga termasuk.
Ada beberapa alasan utama kenapa kita mempelajari sifat reologi suatu bahan. Pertama, Kita bisa melihat lebih dalam struktur suatu bahan. misalnya hubungan antara ukuran molekul dan bentuknya dalam suatu larutan terhadap kekentalan, hubungan antara tingkat cross-linkage polymers dengan elastisitasnya. Kedua, test reologi sering diterapkan untuk mengontrol bahan dasar dan mengontrol proses suatu pengolahan. Contohnya: sifat reologi adonan tepung gandum pada pengolahan roti. Ketiga, pengetahuan reologi diperlukan didalam mendesain alat tertentu seperti pompa, pipa-pipa aliran. dan lainnya. Desain akan lebih efektif bila reologi bahan yang menggunakan pompa atau melalui pipa alir tersebut diketahui. Keempat, Penerimaan konsumen terhadap suatu produk dipengaruhi oleh sifat reologinya. Misalnya, mudah tidaknya jam atau selai dioleskan, liat dan empuknya daging , dan sebagainya.
Kendala dalam mempelajari reologi suatu produk pangan secara garis besar disebabkan oleh: pertama, sangat bervariasinya produk pangan, ada yang bersifat padat, cair atau gas, dan ada yang dalam bentuk-bentuk antaranya. Kedua, disebabkan karena masing-masing produk tersebut mempunyai sifat berbeda pada kondisi yang berbeda. Contohnya, sebuah batu bersifat sebagai bahan padat, tapi kumpulan batu bisa dikatagorikan bersifat sebagai bahan cair.
Karena bervariasinya sifat reologi bahan, maka ahli reologi mendefinisikan bentuk-bentuk bahan ideal. Bahan padat ideal dan bahan cair ideal. Artinya kalaupun ada bahan-bahan padat yang pada kondisi tertentu bisa bersifat sebagai bahan cair yang bisa mengalir, tidak demikian halnya bahan padat ideal, yang selalu sebagai bahan padat, tidak pernah tidak. Bahan padat ideal disebut juga Hooked Solid atau Hookean untuk mengenang Robert Hooke (1635-1705) pencetusnya, seorang arsitek dari Inggris. Bahan cair ideal disebut Newton Liquid atau sering juga disebut Newtonian untuk mengenang pencetusnya Sir Isaac Newton (1642-1726) seorang ahli matematik dari Inggris. Jadi didunia ini tidak ada bahan yang lebih padat dari pada Hooked Solid dan tidak ada yang pernah lebih cair dari pada Newton Liquid. Kedua bahan ini tidak mempunyai struktur dan bersifat isotropik, artinya bersifat sama kesemua arah, dan mengikuti hukumnya sebagai bahan padat dan bahan cair. Tentu saja kedua bahan ideal ini tidak pernah ada nyata didunia ini.
Dengan mengkombinasi kedua model reologi ideal ini dikenal Bingham Model yang mewakili material ideal plastik. Model Maxwell merupakan model ideal visco-elastic liquid dan model Kevin-Voigt mewakili suatu bahan padat.
Dalam mempelajari reologi bahan pangan padat kita perlu mempelajari konsep mendasar tentang stress dan strain.
STRESS
1 . Force adalah suatu beban atau gaya yang dikenakan pada suatu benda yang mengakibatkan terjadinya deformasi, biasanya tercatat berunit g, kg atau Newton (1 kg f = 9.807 N).
2. Stress adalah intensitas beban force pada suatu luas permukaan.
stress = (beban force)/luas lintang permukaan
artinya beban force yang sama dikenakan pada luas lintang permukaan yang lebih kecil akan memberikan stress yang lebih besar. Contoh: sebuah balok segi empat dengan ukuran tinggi 2 cm, tebal 1 cm, panjang balok 4 cm, ditekan dengan beban force 4 N pada salah satu ujungnya, maka stress pada setiap titik didalam balok tersebut adalah sebesar:
s = ( 4 N) / (0.02 m x 0.01 m) = 20 000 N/m 2 = 20 000 Pa = 20 kPa
3. Satuan Stress. Stress didefinisikan sebagai beban force per satuan luasan, seperti halnya tekanan. Tekanan hidrostatik pada kenyataannya adalah satu contoh bentuk stress, satuannya pun sama dengan satuan stress.
4. Compressive Stress. Contoh terapan compressive stress bila kita menekan bola atau suatu adonan roti misalnya dengan kedua telapak tangan kita.
5. Tensile Stress.Contoh terapan tensile stress terjadi bila kita menarik atau meregang karet gelang.
6. Normal Stress. Didalam perhitungan, baik compressive maupun tensile stress yang arah sumbu force nya tegak lurus atau bersudut 90 derajat terhadap lintang permukaannya disebut dengan normal stress.
7. Shear Stress Didalam perhitungan, shear stress ini disebut sebagai tangential stress
8. Isotropic Stress adalah stress yang seragam pada semua arah, seperti halnya pada tekanan hidrostatis.

Setiap makanan atau produk pangan pasti memiliki warna, bau dan rasa. Demikian pula mereka masing-masing memiliki sifat mekanis yang unik, bisa keras atau lunak, liat atau empuk, lembut atau kasar, rapuh, renyah, mudah dan tidak mudah mengalir, dan seterusnya.

STRAIN
1. Deformasi. Bila suatu bahan padat dikenakan beban stress, maka satu atau lebih dimensinya akan berubah. Perubahan dimensi ini mengakibatkan apa yang disebut dengan deformasi.
2. Strain . Strain adalah perubahan dimensi relatif terhadap dimensi awal.
3. Satuan Strain . Strain merupakan perbandingan antara dua dimensi panjang, karenanya tidak memiliki satuan.
4. Axial Strain dan Lateral Strain .
5. Poisson's ratio adalah perbandingan antara lateral strain dan axial strain .
6. Volumetric Strain
7. Shear Strain


HUBUNGAN STRESS and STRAIN

1. Bahan Elastik. Objek padat yang dikenai stress akan mengalami deformasi. Bila stress tersebut dihilangkan bahan kemungkinan akan kembali atau mungkin tidak akan kembali kepada kekeadaan atau bentuk semula. Bila kembali ke bentuk atau kekeadaan semula, maka objek padat tersebut merupakan bahan elastik ideal.
2. Hooked's Law. Hukum Hooked ini mengatakan bahwa strain yang terjadi berbanding langsung dengan stress yang dikenakan.
RUMUS
3. Modulus Young ( E ) Konstanta E pada Hukum Hooked disebut dengan Modulus Young, yang merupakan ketahanan material terhadap deformasi.
4. Bulk modulus ( K )
5. Shear modulus ( G ) adalah ratio antara shear stress dan shear strain.
Jadi sifat reologi bahan padat dikaraterisasikan oleh 4 konstanta yaitu Modulus Young ( E ), Modulus Shear (G ), Poisson's ratio ( µ ) dan Bulk Modulus ( K ). Keempat konstanta ini dihubungkan dengan persamaan
E = 3K(1-2 µ) = 2(1 + µ)G

Artinya, hanya 2 konstanta yang perlu ditentukan melalui percobaan. Untuk bahan padat dengan nilau µ = 0,5 maka persamaan bisa disederhanakan menjadi :
E = 3 G
Reologi Bahan Pangan Likuid dan Bahan Pangan Semi Padat
Bahan pangan likuid seperti susu, madu, sari buah dan minuman lainnya serta minyak sayur menunjukkan sifat alir yang sederhana. Bahan pangan likuid yang leih kental seperti saus salad, saus tomat dan mayonais mempunyai sifat yang lebih rumit. Bahan pangan semipadat seperti selai kacang dan margarin beraksi diantara bahan padat dan likuid, Hampir semua bahan pangan ini dialirkan dengan pompa pada suatu tahap pengolahan ataupun pengemasannya, oleh karena itu karakteristik sifat alirnya penting untuk menentukan kebutuhan tenaga pada proses pemompaan, untuk menentukan ukuran pipa yang digunakan. Pengangkutan bahan pangan likuid dengan pemompaan ini ditentukan oleh massa jenis dan viskositasnya.
FLUIDA NEWTONIAN IDEAL

Untuk fluida newtonian ideal shear stress merupakan fungsi linear shear rate, dengan konstanta µ merupakan dynamic viscosity.
 = - µ (dv/dy)

Beberapa bahan pangan likuid seperti susu, jus apel, jus jeruk, bir dan wine menunjukkan bahwa mereka adalah bahan pangan likuid Newtonian. Satuan viskositas likuid adalah Poise.
1 P = 100 cP (centiPoise) 1cP = 1 mPa.s

FLUIDA NON-NEWTONIAN

Bahan pangan fluida non-newtonian seperti krim, larutan gula, sirup, madu, saus salad mempunyai karakteristik hubungan shear stress dan shear rate yang tidak linear. Bahkan beberapa bahan pangan tipe ini memiliki yield stress yang harus dicapai sebelum mulai mengalir. Bahan ini dikelompokan kedalam fluida tipe plastik Bingham , contohnya saus tomat dan pasta tomat.



Metodologi

Bahan dan alat
            Sampel yang digunakan yaitu air keran, susu segar, susu pasteurisasi, dan yogurt alat yang digunakain yaitu Rotational Viskometer, dan tube kapiler viscometer.
1. Prosedur Penentuan Sifat Reologi Bahan Pangan dengan Rotational Viskometer Analyzer (RVA).
            Alat RVA dirangkai dengan memasang spindle dan menempatkan wadah sample. Jumlah putaran permenit (rpm) ditentukan dan disesuaikan dengan karakteristik fisik sampel (komposisi) serta proses pembuatan sampel. Sampel dituangkan kedalam wadah hingga spindle yang terpasang terendam dan volume sampel dicatat.
            Spindel yang diarahkan tegak lurus ke dalam wadah sampel sampai tanda batas RVA dicatat data-data yang tertera pada RVA.
            Penentuan dilakukan terhadap n (flow behavior index), nilai k, nilai Rb (jari-jari spindel), Rb (jari-jari wadah), dan µapparent (viskositas apparent). Penentuan lainnya dilakukan terhadap time dependent behavior (Newtonian dan non newtonian) dan jenis gap (norrow atau wide)
Rumus perhitungan µapparent
µapparent =
σ= Shear stress
Y = Shear rate

2.Prosedur sifat rheologi Bahan Pangan dengan Glass Capillary Viscometer
            Sampel dipipet dengan bulp pipet sampai memenuhi seluruh bagian dalam Glass Capillary Viscometer dan perhatikan dua garis putih yang terdapat pada Glass Capillary Viscometer tersebut.
            Sampel diturunkan dan dihitung waktu untuk mengalir dari garis pertama pada bagian atas menuju garis kedua pada bagian bawah Glass Capillary Viscometer viskositas fluida dapat dihitung dan dibandingkan dengan viskositas air.
*        = kux ts
µ  = Viskositas
p  = massa jenis
k    = Indeks konsistensi
ts    = waktu alir


Hasil dan Pembahasan
           
Berdasarkan hasil pengamatan, data dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel. Hasil Pengamatan Viskositas pada alat tube viscometer kelompok 9
Sampel
t1
t2
t3
µ
ρ
K
Air Keran
9.18
9.26
9.05
0.853 x 103
996.48
9.345 x 10-8
Susu Segar
13.71
13.69
13.74
1.277 x 103
Susu Pasterisasi
21.24
21.62
21.71
2.005 x 103
Berikut adalah contoh perhitungannya :
µ air keran       = ρ x k x ts
= 996,48 x (9.345 x 10-8) x ts
= 996,48 x (9.345 x 10-8) x 9,18
                        =  0,853 x 103
µ susu segar     = ρ x k x ts
                        = 996,48 x (9.345 x 10-8)                     x ts
= 996,48 x (9.345 x 10-8) x 13,71
                        =  1,277 x 103
µ susu pasteurisasi       = ρ x k x ts
= 996,48 x (9.345 x 10-8) x ts
= 996,48 x (9.345 x 10-8) x 21,24
                                    =  2,005 x 103
Tabel. Hasil Pengamatan Viskositas pada alat tube viscometer kelompok 10
Berdasarkan hasil pengamatan didapat nilai duplo viskositas pada air keran sebesar 0.853 x 103. Pada susu segar sebesar 1,355 x 103. Pada susu pasteurisasi sebesar 1,674 x 103.
Jika dibandingkan dengan hasil viskositas pada alat rotational viscometer didapat hasil yang hampir sama namun masih terdapat perbedaan hasil. Hal ini dapat disebabkan karena keakuratan dari masing-msing alat berbeda. Pada alat rotational viscometer terdapat pengaturan rpm sedangkan pada alat tube viskometer dilakukan secara langsung tanpa ada pengaturan kecepatan rpm.
 Prinsip pada alat tube viskometer ini  viskositas dari cairan newton bisa ditentukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika ia mengalir karena gravitasi melalui tube viskometer. Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan untuk suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui  untuk lewat 2 tanda tersebut.

Rotational Viscometer
            Berdasarkan hasil pengamatan, data
yang diperoleh tersaji dalam bentuk tabel sebagai berikut.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Viskositas pada Bahan Pangan
Berdasarkan hasil dalam tabel pengamatan didapat bahwa sampel yang memiliki viskositas tertinggi yaitu pada yoghurt. Dimana rata-rata viskositasnya adalah sebesar 2,792 x 10-5 Pa.s. Lalu pada air didapat nilai rata-rata viskositas sebesar 4,246 x 10-6 Pa.s. Pada susu pasteurisasi didapat rata-rata viskositas sebesar 3,386 x 10-6. Sedangkan sampel yang memiliki viskositas paling rendah yaitu susu segar dengan rata-rata viskositas sebesar.
Pada sampel yoghurt dilakukan pengukuran menggunakan alat Rotational Viscometer Digital dengan spindel tipe L2. Dalam hasil pengamatan menunjukan jari-jari dari spindel sebesar 8,325 mm, sedangkan jari-jari container yaitu 10,025 mm. Dari data tersebut didapat nilai  Rb/Rc yaitu 0,835 jika dibulatkan maka mendekati angka 0,99. Hal ini menunjukan tipe dari very narrow gap yang artinya diameter spindel hampir sama dengan diameter container. Nilai k yang didapat yaitu sebesar 736207,1. Hubungan antara log N dengan log Torsi tersaji pada grafik 1.
 















Grafik 1. Hubungan antara Log N terhadap Log Torsi pada Yoghurt
Berdasarkan grafik 1 dengan menggunakan 4, 6, dan 10 rpm, didapat persamaan linier dari hubungan log N dengan log torsi descending yaitu y = -0,832x + 1,1579. Dari persamaan tersebut didapat nilai n yaitu -0,832 dan nilai n ini menunjukan angka kurang dari 1. Sedangkan persamaan linier hubungan antara log N dan log torsi pada ascending yaitu y = -0,888x + 1,145. Persamaan tersebut menunjukan bahwa nilai n sebesar -0,888, hal ini menunjukan bahwa nilai n kurang dari 1. Viskositas apparent akan semakin mengecil apabila nilai n kurang dari 1, sehingga dapat disimpulkan bahwa oghurt termasuk kedalam fluidajenis pseudoplastik ( shear thinning). Proses pengadukan akan berpengaruh terhadap penurunan viskositas pada fluida jenis pseudoplastik.
 








Grafik 2. Hubungan shear stress terhadap shear rate
Dapat dilihat dalam grafik shear rate terhadap shear stress menunjukkan bahwa penambahan shear rate menyebabkan penurunan shear stress. Dengan kata lain adanya pengadukan akan menyebabkan viskositas yoghurt semakin menurun.
Pada sampel susu segar dilakukan pengukuran viskositas dengan alat yang sama yaitu rotational viscometer digital dan termasuk kedalam tipe very narrow gap karena nilai diameter spindle hamper sama dengan nilai diameter container, dengan nilai Rb/Rc yaitu= 0,8839 yang jika dibulatkan mendekati 0,99. Nilai K yang didapat sebesar 3,04 × 10-6. Hubungan antara log torsi terhadap log N dapat dilihat pada grafik 3.
 














Grafik 3. Hubungan log Torsi terhadap N pada Susu Segar
Grafik diatas menunjukkan hubungan log torsi terhadap log N pada sampel dengan persamaan y= 1,0332x-5,5172. Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa nilai n= 1,0332 dan nilai K sebesar = 3,04 × 10-6 , dimana nilai n tersebut lebih dari 1. Jika nilai n lebih dari 1, dapat disimpulkan bahwa susu segar merupakan fluida non newtonian jenis fluida dilatant. Grafik hubungan shear rate terhadap shear stress dapat dilihat pada grafik 4.











Grafik 4.   Hubungan shear stress terhadap shear rate
       Grafik ini menunjukan bahwa susu segar merupakan fluida jenis non newtonian dan masuk ke dalam dilatant. Hasil praktikum sudah sesuai dengan literatur yang ada bahwa susu merupakan fluida non newtonian.
       Aliran dilatant terjadi pada suspensi yang memiliki presentase zat padat terdispersi dengan konsentrasi tinggi. Terjadi peningkatan daya hambat untuk mengalir (viskositas) dengan meningkatnya rate of shear. Jika stress dihilangkan, suatu sistem dilatan akan kembali ke keadaan fluiditas aslinya.
Viskositas susu pasteurisasi diuji dengan menggunakan rotational viscometer menggunakan spindel L1 dengan jari-jari 9,0275 x 10-3 m sedangkan jari-jari container sebesar 10,025 x 10-3 m sehingga nilai Rb/Rc sebesar 0,9004987513 dan termasuk ke dalam tipe very narrow gap yang artinya diameter spindel hampir sama dengan diameter kontainer. Nilai k yang didapat sebesar 0,810898. Hubungan antara log N terhadap log Torsi dapat dilihat pada grafik berikut.
 




Grafik 5. Hubungan log N terhadap Log Torsi Susu Pasteurisasi
Grafik 5 menyatakan hubungan antara log N terhadap log torsi pada sampel susu pasteurisasi menggunakan rpm 50, 60, dan 100. Persaaan linear dari grafik 1 ini adalah y = 1,0033x - 5,4743 dan nilai R² = 0,9823. Dari persamaan linear tersebut, dapat dilihat bahwa nilai n sebesar 1,0033 dan lebih besar dari 1. Fluida susu pasteurisasi ini berarti termasuk ke dalam golongan fluida non-newtonian. Grafik hubungan antara shear rate terhadap shear stress dapat dilihat pada grafik berikut.
 
Grafik 6. Hubungan shear Rate terhadap Shear Stress Susu Pasteurisasi
Berdasarkan Grafik 6 menunjukan bahwa susu pasteurisasi memiliki grafik linear yang berarti sampel susu pasteurisasi ini termasuk fluida non-newtonian. Fuida non-Newtonian adalah suatu fluida yang akan mengalami perubahan viskositas ketika terdapat gaya yang bekerja pada fluida tersebut. Hal ini menyebabkan fluida non-Newtonian tidak memiliki viskositas yang konstan. Berkebalikan dengan fluida non-Newtonian, pada fluida Newtonian viskositas bernilai konstan sekalipun terdapat gaya yang bekerja pada fluida. Selain itu, Fluida Non-Newtonian juga  adalah fluida yang tidak tahan terhadap tegangan geser (shear stress), gradient kecepatan (shear rate) dan temperature. Dengan kata lain viskositas merupakan fungsi dari pada waktu.
Sampel selanjutnya adalah air keran. Air keran termasuk kedalam tipe very narrow gap karena nilai diameter spindle hamper sama dengan nilai diameter container, dengan nilai Rb/Rc yaitu= 0,8109 yang jika dibulatkan mendekati 0,99. Nilai K yang didapat sebesar 3,355 × 10-6. Hubungan antara log torsi terhadap log N dapat dilihat pada grafik 7.
Grafik 7. Hubungan log Torsi terhadap Log N
Grafik diatas menunjukkan hubungan log torsi terhadap N pada sampel dengan persamaan linear air adalah y = 1,0394x – 8,5937 dengan R2 = 0,9625. Slope merupakan nilai n (indeks behavior) dari suatu bahan pangan. Nilai n sampel air sebesar 1,0394, nilai n dibulatkan menjadi 1. Sehingga, sampel air merupakan jenis fluida newtonian dengan nila n = 1. Hasil praktikum sudah sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa air termasuk ke dalam fluida jenis newtonian. Grafik hubungan shear rate terhadap shear stress dapat dilihat pada grafik 8.

Grafik 8. Hubungan shear stress terhadap shear rate pada Air Kran
Grafik shear rate terhadap shear stress pada sampel air keran menyebabkan kenaikan, hal ini diduga pengadukan dapat membuat viskositas pada susu segar semakin meningkat.
Prinsip dari alat Rotational Viskometer yaitu sebuah spindel dicelupkan ke dalam cairan yang akan diukur viskositasnya. Gaya gesek antara permukaan spindle dengan cairan akan menentukan tingkat viskositas cairan. Bentuk dari spindle dan kecepatan putarnya inilah yang menentukan Shear Rate.
Dalam viskometer rotasi dikenal istilah  torque  dengan satuan dyne-cm.Torque dapat juga dinyatakan sebagai persen terhadap maksirnum kecepatanrotasi dari spindle. Bila torque (A) menunjukkan nilai 100%, berarti spindle ber-putar pada kecepatan maksimumnya, sedangkan bila torque 0% berarti spindle berada dalam keadaan diam. Spindle yang digunakan pada  rotary viscometer memiliki faktor konversi ke viskositas untuk kecepatan rotasi tertentu Nilai viskositas dapat dihitung dari % torque yang terbaca pada alat dikalikan dengan faktor konversi pada tabel pada kecepatan rotasi yang berse-suaian.

KESIMPULAN
Dalam praktikum ini dapat disimpulkan bahwa viscometer ini dilengkapi dengan 3 spindel yang memiliki ukuran yang berbeda, dari yang ukuran kecil hingga besar. Selain itu dapat diketahui fungsi dari tiap ukuran itu berbeda pula, jika sampel yang akan diuji memiliki karakteristik aliran newton (encer/cair dalam artian memiliki viskositas rendah) maka spindle yang digunakan adalah spindle 3 atau 1 untuk mengukur viskositasnya, begitu sebaliknya jika sampel yang akan diuji memiliki viskositas non-newtonian (kental/ viskositas tinggi) maka spindle yang digunakan yaitu spindle 2 untuk mengukur viskositasnya.
 Viskositas tertinggi yaitu terdapat pada sampel yoghurt. Dimana rata-rata viskositasnya adalah sebesar 2,792 x 10-5 Pa.s. Lalu pada air didapat nilai rata-rata viskositas sebesar 4,246 x 10-6 Pa.s. Pada susu pasteurisasi didapat rata-rata viskositas sebesar 3,386 x 10-6. Sedangkan sampel yang memiliki viskositas paling rendah yaitu susu segar dengan rata-rata viskositas sebesar1,305 x 10-3. Pada kedua alat terdapat perbedaan hasil viskositas yang berbeda.




DAFTAR PUSTAKA
Martin, A., Cammarata, dan     Swarbrick.1993. Farmasi Fisik             Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta:                 Universitas Indonesia
Respati, H. 1981.  Kimia Dasar Terapan          Modern. Jakarta : Erlangga
Hadwiyoto ,S. 1993. Tehnik Uji Mutu Susu dan Olahannya.Liberti. Yogyakarta.

Legowo A.M., Kusrahayu., dan Mulyani S. 2009.Ilmu dan Teknologi Susu.BP UNDIP. Semarang.

Soekardi, I. dan Hutauruk. 2004.         Transisi Menuju Fakoemulsifikasi.      Jakarta: Granit
Wiroatmojo. 1998.  Farmasi Fisika:     Bagian Larutan dan Sistem      Dispersi  Jogjakarta: Gajah      Mada University Press



No comments:

Post a Comment