Tuesday, March 28, 2017

Laporan praktikum 2 ANALISIS PANGAN (KADAR GULA REDUKSI, GULA TOTAL DAN PATI)

PRAKTIKUM ANALISIS KADAR GULA REDUKSI, GULA TOTAL DAN PATI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN

Yoga Jati Pratama (240210140003)

Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor
Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022) 7798844, 779570 Fax. (022) 7795780 Email: yoga.jpratama1@gmail.com

ABSTRAK
            Kedudukan karbohidrat sangatlah penting bagi tubuh  manusia, yaitu sebagai sumber kalori. Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan sumber energi utama bagi umat manusia dan hewan yang harganya relatif murah, namun jika manusia terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat juga akan mengalami obesitas sehingga pengujian karbohidrat pada suatu bahan pangan perlu dilakukan untuk mengetahui kadar karbohidrat pada bahan pangan tersebut. Secara umum, terdapat dua macam analisa karbohidrat, yaitu analisa kualitatif dan analisa kuantitatif. Pada praktikum kali ini praktikan hanya menggunakan analisa kuantitatif dengan mengguanakan metode luff schoorl. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kadar gula reduksi, gula total dan pati pada sampel. Analisis kadar gula reduksi, gula total, dan pati pada bahan pangan menggunakan metode luff schoorl, Praktikum dilakukan di Laboratorium kimia pangan FTIP UNPAD.

Kata kunci : gula total, pati, gula reduksi, luff schoorl






PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melakukan aktivitas yang membutuhkan energi cukup banyak. Energi ini kita peroleh dari bahan makanan yang kita makan. Pada umumnya bahan makanan itu mengandung tiga kelompok utama senyawa kimia yaitu kerbohidrat, protein, dan lemak.
Kedudukan karbohidrat sangatlah penting bagi tubuh  manusia, yaitu sebagai sumber kalori. Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan sumber energi utama bagi umat manusia dan hewan yang harganya relatif murah. Karbohidrat yang dihasilkan adalah karbohidrat sederhana glukosa. Di samping itu dihasilkan oksigen (O2) yang lepas di udara (Almatsier, 2010). Karbohidrat juga mempunyai fungsi biologi lainnya yang tak kalah penting bagi beberapa makhluk hidup tingkat rendah, ragi misalnya, mengubah karbohidrat (glukosa) menjadi alkohol dan karbon dioksida untuk menghasilkan energi. Kita dapat mengenal berbagai jenis karbohidrat dalam kehidupan sehari hari, baik yang berfungsi sebagai pembangun struktur maupun yang berperan fungsional dalam proses metabolisme. Amilum atau pati, selulosa, glikogen, gula atau sukrosa dan glukosa merupakan beberapa senyawa karbohidrat yang penting dalam kehidupan manusia. Karbohidrat adalah senyawa yang mengandung unsur-unsur: C, H dan O, terutama terdapat didalam tumbuh-tumbuha n yaitu kira-kira 75%. Dinamakan karbohidrat karena senyawa-senyawa ini sebagai hidrat dari karbon; dalam senyawa tersebut perbandingan antara H dan O sering 2 berbanding 1 seperti air. Jadi C6H12O6 dapat ditulis C6(H2O)6, C12H22O11 sebagai C12 (H2O)11dan seterusnya, dan perumusan empiris ditulis sebagai CnH2nOn atau Cn (H2O)n (Sastrohamidjojo, H., 2005). Karbohidrat dibagi menjadi beberapa klas atau golongan sesuai dengan sifat-sifatnya terhadap zat-zat penghidrolisis. Karbohidrat atau gula dibagi menjadi empat klas pokok:
1        Gula yang sederhana atau monosakarida, kebanyakan adalah senyawa-senyawa yang mengandung lima dan enam atom karbon. Karbohidrat yang mengandung 6 karbon disebut heksosa. Gula yang mengandung 5 karbon disebut pentosa. Kebanyakan gula sederhana adalah merupakan polihidroksi aldehida yang disebut aldosa dan polihidroksi keton disebut ketosa.
2        Oligosakarida, senyawa berisi dua atau lebih gula sederhana yang dihubungkan oleh pembentukan asetal antara gugus aldehida dan gugus keton dengan gugus hidroksil. Bila dua gula digabungkan diperoleh disakarida, bila tiga diperoleh trisakarida dan seerusnya ikatan penggabungan bersama-sama gula ini disebut ikatan glikosida.
3        Polisakarida, di mana di dalamnya terikat lebih dari satu gula sederhana yang dihubungkan dalam ikatan glikosida. Polisakarida meliputi pati, sellulosa dan dekstrin.
4        Glikosida, dibedakan dari oligo dan polisakarida yaitu oleh kenyataan bahwa mereka mengandung molekul bukan gula yang dihubungkan dengan gula oleh ikatan glikosida (Sastrohamidjojo, H., 2005)
2.1.2 Gula Reduksi
Sebagian karbohidrat  bersifat gula pereduksi. Sifat gula pereduksi ini disebabkan adanya gugus aldehida dan gugus keton yang bebas, sehingga dapat mereduksi ion-ion logam. Gugus aldehida pada aldoheksosa mudah teroksidasi menjadi asam karboksilat dalam pH netral oleh zat pengoksidasi atau enzim. Dalam zat pengoksidasi kuat, gugus aldehida dan gugus alkohol primer akan teroksidasi membentuk asam dikarboksilat atau asam ardalat. Gugus aldehida atau gugus keton monosakarida dapat direduksi secara secara kimia menjadi gula alkohol, misalnya D-sorbito yang berasal dari D-glukosa.
Gula reduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawa-senyawa penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa. Gula reduksi mempunyai kemampuan untuk mereduksi. Hal ini dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas. Senyawa-senyawa yang mengoksidasi atau bersifat reduktor adalah logam-logam oksidator seperti Cu (II). Contoh gula yang termasuk gula reduksi adalah glukosa, manosa, fruktosa, laktosa, maltosa, dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk dalam gula non reduksi adalah sukrosa (Team Laboratorium Kimia UMM, 2008). serta Gula total merupakan campuran gula reduksi dan non reduksi yang merupakan hasil hidrolisa pati



Metodologi

            Alat yang digunakan pada praktikum untuk analisis kadar gula reduksi dan gula total yaitu gelas ukur, volume pipet, buret, Erlenmeyer, labu ukur, corong & kertas saring, alat pemanas, alat refluks, pendingin balik, gelas kimia, spatula, kawat kassa. Serta untuk penentuan kadar pati yaitu Erlenmeyer, gelas ukur, kondensor, corong, labu ukur, volum pipet, buret, gelas kimia, spatula, klem dan statif, alat pemanas, alat refluks, neraca analitis, kompor gas, kawat kassa. Kemudian bahan yang digunakan untuk analisis kadar gula reduksi dan gula total adalah gula pasir, gula merah, sirup, larutan Na2HPO4 5%, larutan luff school, larutan KI 30%, H2SO4 6N, NaOH 0,1N, Na tiosulfat 0,1N, indicator amilum 1%, larutan Pb-asetat 5%, HCL 0,1 N dan 4N. dan sampel yang digunakan pada analisis tersebut adalah teh botol, coca-cola, sirup. Kemudian serta rumus gula reduksi dan gula total yaitu :



Dimana :
b :
w : berat
FP : Faktor Pengenceran

            Adapun prosedur yang harus dilakukan untuk penentuan kadar gula reduksi dan gula total tersebut dengan metode luff schoorl pertama membuat larutan A (gula pereduksi), dengan menyiapkan 2,5 gram sampel halus masukan pada labu ukur tambahkan 50ml akuaders tambahkan 5ml pb-asetat 5% kocok kuat selama 1 menit setelah itu tambahkan kembali 5 ml Na-phospt 5% kocok kuat selama 1 menittempatkan akuades hingga tanda batas kocok dan saring, setelah itu ambil 50ml pada beaker glass, evaporasi atau uapkan sampai setengah, pindahkan pada labu ukur 100ml tempatkan akuades larutan A (gula pereduksi).
            Pembuatan larutan B (gula total) dengan mempipet larutan A 50ml tambahkan 5 tetes metil orange dan 20ml HCL 4N kemudian dipanaskan selama 30 menit setelah itu dinginkan sampai 20°C, pindahkan ke dalam labu ukur 100ml, netralkan NaOH 4N, tepatkan akuades hingga tanda batas, setelah itu larutan ini merupakan sampel siap uji untuk penentuan kadar gula total (larutan B).
            Penentuan kadar pati dengan sampel tepung pisang dan tepung beras ketan, dengan cara menimbang 3 gram sampel halus terlebih dahulu kemudian menambahkan 30 ml akuades, diamkan selama 1 jam sambil diaduk setelah itu saring, cuci endapan dengan 250ml akuades, pisahkan residu ke dalam Erlenmeyer 250ml tambahkan 120 ml HCL 2,5% dan refluks selama 2,5 jam, dinginkan dan netralkan dengan NaOH dengan inikator PP 1%, pindahkan ke dalam labu ukur 250ml, tepatkan sampai tanda batas, kocok dan saring, lakukan prosedur penetapan seperti pada gula total. Adapun rumus untuk kadar pati adalah sebagai berikut :
Dimana :
b :
w : berat
FP : Faktor Pengenceran
0,9 : factor konversi


Hasil dan Pembahasan

Analisis kadar gula pereduksi
            Analisis kadar gula pereduksi pada praktikum kali ini menggunakan analisis kuantitatif dengan menggunaan metode luff school. Mula-mula kuprooksida yang ada pada reagen akan membebaskan Iod dan garam KI. Banyaknya iod dapat diketahui dengan titrasi menggunakan Na-tiosulfat. Untuk mengetahui bahwa titrasi sudah cukup maka diperlukan indicator amilum yang ditambahkan pada saat setengah reaksi dengan terbentuknya berubahwarna biru menjadi putih berarti titrasi sudah selesai. Selisih banyaknya titrasi blanko dan sampel setelah disesuaikan dengan tabel yang menggambarkan hubungan banyaknya Na-tiosulfat dengan banyaknya gula reduksi (Sudarmadji,2010)
            Pada saat prosedur pertama yang dilakukan adalah preparasi sampel dengan bertujuan untuk membebaskan gula pereduksi dari zat pencampur, setelah itu penambahan akuades dilakukan untuk melarutkan kompenen yang terdapat dalam sampel sehingga menimbulkan warna keruh pada sampel tersebut. Kekeruhan larutan karbohidrat dapat disebabkan oleh protein dan zat koloidal lain serta zat warna dan adanya asam organic yang dapat mengganggu pengamatan. (Sudarmadji 2010). Kemudian penambahan Pb-asetat 5% dimaksudkan untuk menjernihkan gula pereduksi dari komponen-kompenen pencampur serta untuk mengendapkan asam-asam organic dan penambahan Na-fosfat bertujuan untuk melepaskan kelebihan timbal (Pb). Larutan juga dilakukan penyaringan yang berfungsi untuk memisahkan komponen lain selain karbohidrat yang telah digumpalkan oleh Pb asetat. Untuk hasil pengamatan dari praktikum ini padat dilihat pada tabel 1 :
           








Sumber : dokumentasi pribadi,2016

            Dapat dilihat pada hasil perhitungan gula pereduksi tersebut menunjukan bahwa kadar gula tertinggi terdapat pada sampel sirup dengan kadar gula 56,988 % dan 58,186% serta minuman bersoda memiliki kadar gula 9,7875 % sedangkan kadar gula  minuman dalam kemasan yang aman untuk dikonsumsi menurut SNI 01-3544-1994, sirup mengandung jumlah gula (dihitung sebagai sukrosa) % b/b Min. 65 dan juga tidak terdapat pemanis buatan didalamnya. Hasil pengamatan menunjukan bahwa kadar gula  pada sirup lebih rendah jika dibandingkan dengan SNI, hasil menunjukan bahwa sirup yang digunakan tidak sesuai SNI dan merupakan high fructose syrup.
            Minuman teh dalam kemasan berdasarkan SNI 01-3143-1992 yaitu mengandung gula total sebagai sukrosa, % bb minimal 6. Dari tabel 1 didapatkan bahwa teh dalam kemasan tersebut tidak mengandung gula pereduksi.
            Kemudian syarat mutu untuk minuman bersoda yaitu memiliki kadar gula 8-14% dari hasil pengamatan didapat kadar gula pereduksi pada minuman bersoda yaitu 9,846 % artinya kadar gula pereduksi tersebut masih dibawah batas yang ditentukan.
           
Analisis kadar gula total
            dapat dilihat pada tabel 2 hasil pengamatan gula total.








Sumber : dokumentasi pribadi,2016

hasil pengamatan menunjukan bahwa kadar gula total tertinggi terdapat pada sampel sirup sedangkan kadar gula total terendah terdapat pada sampel teh dalam kemasan. Dari hasil pengamatan tersebut didapatkan jumlah rata-rata kadar gula total minuman teh dalam kemasan yaitu 9,6882% dimana kadar ini sesuai dengan SNI 01 3143 1992 yang menyatakn bahwa kadar gula total pada teh dalam kemasan yaitu minimal 6% kadar gula total rata-rata sirup yaitu 73,73,814% yang juga sesuai dengan SNI 3544 2013 yaitu minimal 65% dan kadar gula total minuman bersoda yaitu 11,9715%, jika dibandingkan dengan SNI kadar gula minuman bersoda juga sesuai dengan SNI yaitu 8% hingga 14%.
            Hasil pengamatan praktikan menunjukan bahwa pada sampel memiliki gula total lebih tinggi dibandingkan dengan gula reduksinya. Hal ini sudah sesuai dengan definisi dari kadar gula total yaitu kandungan gula keseluruhan dalam suatu bahan pangan, sedangkan gula yang mampu mereduksi zat lain, sehingga seharusnya kadar gula total lebih tinggi daripada kadar gula reduksi.

Analisis Kadar Pati
            Analisis kadar pati ini dapat dilihat pada tabel 3, hasil tersebut didapatkan dengan menggunakan analisis kuantitatif.  









Sumber : dokumentasi pribadi,2016

            Hasil pengamatan menunjukan bahwa kadar pati pada tepung beras ketan yaitu 75,435% hasil perhitungan tersebut sesuai dengan pernyataan Koswara (2006) yang menyatakan bahwa beras ketan berdasarkan pada berat pada berat kering yang mengandung senyawa pati sebanyak 90%, berupa amilosa 1-2% dan amilopektin 88-89%
            Dalam tabel 3 juga didapatkan hasil dari sampel tepung pisang menunjukan hasil yang sesuai dengan literatur yang dilakukan oleh Agus.S dari Balai Besar  Pengembangan  Teknologi Tepat  Guna - LIPI dalam jurnalnya literature kadar pati pada tepung pisang adalah 64,69 % hingga 67,31 % sedangkan kadar pati dari hasil praktikum menunjukan hasil 52,88%, hail ini menunjukan bahwa hasil dari praktikum sesuai dengan literature.
Pengamatan hasil praktikum pada tepung beras ketan menunjukan bahwa setiap sampel tersebut memiliki kadar pati yang berbeda-beda dengan kadar pati yang tertinggi yaitu 63,683 %.
            Jenis pati yang diamati pada tepung beras ketan dan tepung pisang merupakan jenis pati resisten tipe 2. Menurut brown elal,(1995). Ada tiga jenis pati resisten :
  • RS1 memiliki sifat resisten dikarenakan secara fisik pati terperangkap di antara matris bahan pangan sehingga menghambat akses enzim terhadap pati.
  • RS2  pati jenis ini secara alami resisten karena granula patinya yang memiliki sifat demikian.
  • RS3 jenis pati ini terjadi ketika pati yang sudah tergelatinisasi dimasak kembali dan kemudian didinginkan.
  • RS4 jenis pati resistan ini dibentuk memlalui penggabungan ikatan kimia dengan polimer pati sehingga dapat memengaruhi aksi dari enzim amylase. Daya penghambatnya tergantung pada jenis dan panjang ikatan. Proses kimia yang dapat menghambat amilolisis yaitu mencakup dekstrinisasi, esterifikasi, etherifikasi, oksidasi, serta ikatan silang dengan pereaksi difungsi, dan dapat terlibat mempengaruhi fungsional pangan, contohnya pati eter, ester dan ikatan silang.
dapat ditemui secara alami dalam bahan pangan ataupun juga terbentuk sebagai bagian dari proses normal pemasakan. Hal ini berbeda dengan jenis terakhir (RS4) yang dapat diproduksi menggunakan metode modifikasi secara kimia yang disetujui penggunaannya pada bahan pangan.



KESIMPULAN
  1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa    Analisa kuantitatif pada karbohidrat meliputi Metode Luff Schoorl, hasil praktikan menunjukan hasil kadar gula pereduksi paling tinggi oleh sirup dengan kadar gula pereduksinya yaitu 57,587 %. kadar gula rata-rata minuman teh dalam kemasan yaitu 9,6882% yang menunjukan bahwa hasil tersebut sudah sesuai dengan SNI.

  1. Saran
Sebaiknya untuk kedepannya praktikan dapat lebih teliti dan hati-hati dalam melakukan praktikum, Selesai meggunakan alat laboratorium, segera dicuci dan kembalaik ke tempat semula.
DAFTAR PUSTAKA
Kusumo S, Farid A. 1994. Koleksi konservasi, evaluasi plasma nutfah pisang. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura.

Jurnal pengaruh maltodekstrin dan substitusi tepung pisang, Agus Triyono, balai besar pengembangan teknologi tepat guna – LIPI

Setiasih, 2009 Pengantar Teknologi Pangan. PT Bumi Akasa. Jakarta

Sudarmadji,Slamet dkk. 2010.  Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty Yogyakarta. Yogyakarta



No comments:

Post a Comment