Tuesday, March 28, 2017

Laporan praktikum 7 ANALISIS PANGAN (PEMELIHARAAN KULTUR MIKROORGANISME)

PEMELIHARAAN KULTUR MIKROORGANISME
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN

Yoga Jati Pratama (240210140003)

Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor
Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022) 7798844, 779570 Fax. (022) 7795780 Email: yoga.jpratama1@gmail.com

ABSTRAK
      Penelitian mengenai mikroorganisme biasanya memerlukan teknik untuk memisahkan populasi campuran pada permulaanya, atau biakan campuran, menjadi spesies-spesies yang berbeda-beda sebagai biakan murni. Biakan murni terdiri dari suatu populasi sel yang berasal dari satu sel induk (Prescott, 2003). Beberapa cara dapat dilakukan untuk menentukan jumlah bakteri yang terdapat pada bahan. Cara yang paling sering digunakan adalah cara penghitungan koloni pada lempeng pembiakan (plate count), atau juga  dapat dilakukan penghitungan langsung secara mikroskopis  (Burrows, 2004) dengan metode gores dan tuang, kultur tersebut di ambil dari hasil pengenceran awal dan akhir dengan pemeliharaan yang berbeda untuk kultur cair dan padat. Oleh karena itu, untuk mempelajari teknik isolasi, pemurnian mikroba, serta keuntungan dan kelemahannya, maka praktikum pemeliharaan kultur mikroorganisme, penting untuk dilakukan. Praktikum dilakukan di Laboratorium mikrobiologi pangan FTIP UNPAD.

Kata kunci : Metode gores & tuang, pengenceran, pemeliharaan kultur cair & padat.






PENDAHULUAN

              Di dalam bidang ilmu mikrobiologi, untuk dapat menelaah bakteri khususnya dalam skala laboratorium, maka terlebih dahulu kita harus dapat menumbuhkan mereka dalam suatu biakan yang mana di dalamnya hanya terdapat bakteri yang kita butuhkan tersebut tanpa adanya kontaminasi dari mikroba lain. Populasi mikroorganisme yang ada di alam sekitar kita ini ssangatlah besar dan cukup kompleks. Beratus spesies mikroba menguasai setiap bagian tubuh kita. Mereka terdapat dalam jumlah yang cukup basar. Sebagai contoh, sekali kita bersin dapat menebarkan beribu-ribu mikroorganisme disamping itu didalam bahan pangan pun banyak sekali terdapat mikroorganisme dan salah satunya ada pada susu segar.
          Penelitian yang layak mengenai mikroorganisme dalam bahan pangan ini memerlukan teknik untuk memisahkan populasi campuran ini, atau yang biasanya dikenal dengan istilah biakan campuran, menjadi spsies yang berbeda- beda yang dikenal dengan istilah biakan murni. Biakan murni ini terdiri dari satu populasi sel yang semuanya berasal dari satu sel induk (Pelczar, 1986).
        Jenis mikroorganisme yang terdapat pada susu yaitu bakteri asam laktat, BAL mampu memproses karbohidrat dalam susu yang disebut laktosa menjadi asam laktat, Bakteri Coliform, coliform adalah mikroorganisme yang berbentuk batang (rod) dan memiliki gram negative, Escherichia coli (E-coli) merupakan salah satu anggota dari kelompok coliform dan dapat melakukan fermentasi gula susu (laktosa) pada suhu 44°C.
Adapun mikroba yang dapat merusak susu, kualitas mikrobial dalam susu segar sangat penting bagi penilaian dan produksi produk susu yang berkualitas. Susu dapat disebut telah rusak apabila terdapat gangguan dalam tekstur, warna, bau dan rasa pada kondisi dimana susu tersebut sudah tidak patut lagi dikonsumsi oleh manusia. Kerusakan yang disebabkan oleh mikroorganisme dalam makanan sering melibatkan degradasi dari zat zat nutrisi seperti protein, karbohidrat dan lemak, baik oleh mikroorganisme itu sendiri maupun enzim yang diproduksinya.
Secara umum pada susu mikroorganisme yang berperan dalam hal ini adalah organisme psikotrof. Meskipun kebanyakan dari kelompok ini dapat dihancurkan pada temperatur pasteurisasi, sayangnya, beberapa jenis sepertiPseudomonas fluorescens dan Pseudomonas fragi dapat memproduksi proteolitik dan lipolitik enzim yang stabil pada suhu tinggi dan dapat menyebabkan kerusakan.
            Beberapa spesies dan keturunan dari Bacillus,Clostridium,Cornebacterium,Arthroacter,Lactobacillus,Microbacterium,Micrococcus , danS treptococcus dapat bertahan pada temperatur pasteurisasi dan sekaligus mampu tumbuh pada suhu ruang pendingin yang pada akhirnya dapat menyebabkan masalah kerusakan dan pembusukan pada bahan makanan terutama susu.
            Kemudian bakteri patogen pada susu juga harus diperhatikan karena jika tidak bakteri tersebut dapat menimbulkan penyakit. Produksi susu yang higienis seperti penanganan yang cepat dan tepat, penggunaan alat produksi dan alat penyimpanan serta teknik pasteurisasi telah menurunkan ancaman penyebaran penyakit melalui susu seperti tuberkulosis (TBC), brucellosis dan lain sebagainya. Walaupun masih menjadi perdebatan di kalangan ilmuwan, terbukti sudah ada beberapa kasus penyakit yang berasal dari mengkonsumsi susu segar, atau produk susu sapi yang dibuat dari susu yang tidak di pasteurisasi dengan benar atau kurang baik dalam penanganan sepanjang proses produksinya. Beberapa bakteri patogen dalam susu segar dan produk susu yang masih menjadi perhatian saat ini antara lain:
Bacillus cereus
• Listeria monocytogenes
• Yersinia enterocolitica
• Salmonella spp.
• Escherichia coli O157:H7
• Campylobacter jejuni
Perlu diungkapkan juga disini bahwa beberapa jenis jamur, kebanyakan dari spesies Aspergillus, Fusarium, dan Penicillium dapat tumbuh dalam media susu dan produk susu lainnya. Apabila kondisinya memungkinkan, organisme ini dapat memproduksi zat mycotoxin yang dapat berbahaya bagi kesehatan.
     

Metodologi

Bahan dan alat
      Sampel yang digunakan yaitu susu segar. Bahan yang digunakan yaitu aquades, EMB(Eosin methylene Blue), NA (Nutrient agar), Nutrient Broth (NB), NaCl Fis. Alat yang digunakan yaitu tabung reaksi, cawan petri, ose, bunsen, dan inkubator.  

1. Prosedur pengenceran
      Pertama siapkan sampel yang akan teliti kemudian masukan 1ml pada tabung reaksi 10­­- 1  kemudian dari tabung pengenceran 10­­- 1,pindahkan 1ml pada tabung pengenceran 10­­- 2 dan seterusnya lakukan seperti itu hingga sampai pada tabung pengenceran 10­­- 4. Tabung pengenceran tersebut sebelumnya sudah di isi dengan larutan pengencer NaCl fis. Dan tujuan dari pengenceran tersebut yaitu untuk mengurangi kepadatan bakteri yang ditanam (Pelczar,2007)

2.  metode gores
            Pertama pijarkan terlebih dahulu ose diatas api Bunsen kemudian masukan ose pada sampel setelah itu goreskan pada media agar cawan EMB dengan berbagai macam metode gores yaitu metode gores langsung,kuadran dan radian lihat pada gambar.
Gambar 1. Jenis-jenis metode gores
(sumber google)

3.  pemeliharaan kultur cair
      pijarkan terlebih dahulu ose diatas api Bunsen kemudian masukan ose pada sampel pada pengenceran 10­­- 1  ambil 1 ose lalu pindahkan pada tabung reaksi dengan larutan natrium broth tujuannya untuk mengetahui jenis bakteri berbentuk cair seperti coliform, bakteri heterotrop dan lainnya.
4.  pemeliharaan kultur padat medium NA
      pijarkan ose diatas api Bunsen kemudian masukan ose pada sampel pada pengenceran 10­­- 1  kemudian pindahkan 1 ose pada media NA agar tuang dan 1 ose pada agar miring tujuannya agar miring yaitu untuk media agar padat dalam tabung reaksi yang diletakan miring sehingga mempunyai permukaan media yang lebih luas dari pada permukaan agar tegak, digunakan untuk menyimpan biakan murni sebagai stock biakan murni.

5. Inkubasi
      Setelah semua prosedur dilakukan sampel kemudian di inkubasi pada temperature 30 – 32°C selama 48 jam (2 hari), amati dan lihat hasil.

Hasil dan Pembahasan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Pemeliharaan Kultur Mikroorganisme

            dari hasil pengamatan dapat dilihat semua media telah penuh ditumbuhi oleh bakteri hal tersebut terjadi karena dilakukannya penumbuhan pada media dengan tujuan untuk mengetahui bakteri yang tumbuh seperti yang di ketahui Susu adalah cairan bergizi berwarna putih yang dihasilkan oleh kelenjar susu mamalia betina. Pada saat susu keluar setelah diperah, susu merupakan suatu bahan yang murni, higienis, bernilai gizi tinggi, mengandung sedikit kuman atau boleh dikatakan susu masih steril.
Sayangnya, kandungan gizi yang tinggi tidak hanya menarik bagi manusia. Jika dibiarkan untuk waktu yang lama, nutrisi yang ada di dalam susu memungkinkan mikroorganisme untuk tumbuh sehingga menyebabkan susu tidak layak untuk konsumsi manusia. Dan berikut adalah jenis bakteri yang dapat tumbuh pada susu yaitu

Staphylococcus aureus
Salah satu bakteri penyebab keracunan setelah minum susu adalah Staphylococcus aureus. Di beberapa negara di Eropa, seperti Norwe-gia, Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri penyebab keracunan setelah minum susu. Sumber-sumber Staphylococcus aureus  terdapat di sekitar kita, yaitu bagian permukaan kulit, mukosa mulut, hidung, dan kulit kepala. Pemeriksaan S.aureus dapat menggunakan metode isolasi dilanjutkan uji koaglutinasi plasma kelinci. 

Salmonella sp.
Salmonella sp. merupakan bakteri ber-bahaya yang dikeluarkan dari saluran pencernaan hewan dan manusia bersama dengan feses. Salmonella enteritidis merupakan salah satu serotipe yang sering mengontaminasi susu di samping Salmonella typhimurium. Berdasarkan SNI 01-6366-2000, pemerik-saan Salmonella sp.dilakukan secara kualitatif dan harus negatif. 

Escherichia coli
Escherichia coli termasuk bakteri berbahaya karena dapat menyebabkan diare. Salah satu syarat Escherichia coli dalam SNI 01-6366-2000 harus negatif. 

Bakteri Pencemar Susu
Bakteri pencemar dalam susu dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu bakteri patogen dan bakteri pembusuk. Bakteri pembusuk seperti Micrococcus sp , Pseudomonas sp , dan Bacillus sp akan menguraikan protein menjadi asam amino dan merombak lemak dengan enzim lipase sehingga susu menjadi asam dan berlendir. Beberapa Bacillus sp. yang mencemari susu antara lain adalah Bacillus cereus, Bacillus subtilis, dan Bacillus licheniformis. Esherichia coli O157: H7 termasuk kelompok enterohemoragik Escherichia  coli (EHEC) pada manusia yang menyebabkan terjadinya hemorrhagic colitis (HC), hemolyticuremic syndrome (HUS), danthrombo-cytopenia purpura (TPP). Infeksi Escherichia Coli O157:H7 pada manusia terjadi karena minum susu yang terkontaminasi feses sapi atau dari lingkungan.
Bakteri yang mampu hidup pada refrigerator adalah Listeria monocytogenes. Infeksi Listeria monocytogenes pada manusia terjadi secara kronis. Kejadian Listeria mono-cytogenes dalam susu dipengaruhi oleh musim. Pada musim dingin, kasus listeriosis pada manusia lebih sering muncul dibeberapa negara di Eropa. Listeriosis di Eropa disebabkan mengonsumsi keju yang berasal dari susu mentah. Pada wanita hamil, Listeria Monocytogenes menye babkan keguguran karena bakteri tersebut dapat menembus plasenta.
Kasus keracunan setelah minum susu juga disebabkan oleh Camphylobacter jejuni. Kasus tersebut terjadi pada anak sekolah, terutama pada saat melakukan kunjungan ke peternakan. Susu yang terkontaminasi kotoran unggas berpotensi menimbul-kan terjadinya food borne disease oleh Camphylobacter jejuni.
Kelompok Bacillus sp. yang sering menjadi penyebab keracunan setelah minum susu adalah Bacillus cereus. Kontaminasi Bacillus cereus dengan jumlah 104 cfu/ml berpotensi menghasilkan toksin sehingga menimbulkan gejala seperti mual dan muntah. Gejala keracunan Bacillus cereus dalam susu mencuat pada tahun 1988−1989. Gejala muncul 0,50−1 jam setelah minum susu.


KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan hasil yang cukup memuaskan  hampir pada setiap kelompok pada tiap-tiap metode dapat diketahui bahwa bakteri dapat tumbuh dengan berbagai macam perlakuan pemeliharaan kultur serta dengan berbagai macam metode menurut literature jenis bakteri yang tumbuh pada

DAFTAR PUSTAKA
Burrows, W., J.M. Moulder, and R.M. Lewert. 2004. Texbook of Microbiology. W.B. Saunders Company, Philadelphia.
Curtis, L., A. Lieberman, M. Stark, W. Rea & M. Vetter. 2004. Isolation. http:// www.e-dukasi.net /. Diakses pada tanggal 17 Mei 2016.

Pelczar, M. J., Chan, E.C.S. 2007. Elements of Microbiology. Mc Graw Hill Book Company. New York.

Prescott, L.M. 2003. Microbiology 5th edition. Mc Graw Hill. New York

Rachdie. 2008. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba. http://rachdie .blogsome.com/2006/10/14/faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-mikroba/. Diakses pada tanggal 17 Mei 2016

Sulistinah, N. 2006. Mikroba Pentranformasi Adiponitril di Palembang. Jurnal Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia : 1-8

Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti, Jakarta.




No comments:

Post a Comment