PEMELIHARAAN
KULTUR MIKROORGANISME
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS
PADJADJARAN
Yoga Jati Pratama
(240210140003)
Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran,
Jatinangor
Jalan Raya
Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022) 7798844, 779570 Fax.
(022) 7795780 Email: yoga.jpratama1@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian mengenai
mikroorganisme biasanya memerlukan teknik untuk memisahkan populasi campuran
pada permulaanya, atau biakan campuran, menjadi spesies-spesies yang
berbeda-beda sebagai biakan murni. Biakan murni terdiri dari
suatu populasi sel yang berasal dari satu sel induk (Prescott, 2003). Beberapa
cara dapat dilakukan untuk menentukan jumlah bakteri yang terdapat pada bahan.
Cara yang paling sering digunakan adalah cara penghitungan koloni pada lempeng
pembiakan (plate count), atau juga dapat
dilakukan penghitungan langsung secara mikroskopis (Burrows, 2004) dengan metode gores dan tuang,
kultur tersebut di ambil dari hasil pengenceran awal dan akhir dengan
pemeliharaan yang berbeda untuk kultur cair dan padat. Oleh karena itu, untuk
mempelajari teknik isolasi, pemurnian mikroba, serta keuntungan dan
kelemahannya, maka praktikum pemeliharaan kultur mikroorganisme, penting untuk
dilakukan.
Praktikum
dilakukan di Laboratorium mikrobiologi pangan FTIP UNPAD.
Kata kunci
: Metode
gores & tuang, pengenceran, pemeliharaan kultur cair & padat.
PENDAHULUAN
Di dalam bidang ilmu mikrobiologi, untuk dapat menelaah
bakteri khususnya dalam skala laboratorium, maka terlebih dahulu kita harus
dapat menumbuhkan mereka dalam suatu biakan yang mana di dalamnya hanya
terdapat bakteri yang kita butuhkan tersebut tanpa adanya kontaminasi dari
mikroba lain. Populasi mikroorganisme yang ada di alam sekitar kita ini
ssangatlah besar dan cukup kompleks. Beratus spesies mikroba menguasai setiap
bagian tubuh kita. Mereka terdapat dalam jumlah yang cukup basar. Sebagai
contoh, sekali kita bersin dapat menebarkan beribu-ribu mikroorganisme
disamping itu didalam bahan pangan pun banyak sekali terdapat mikroorganisme
dan salah satunya ada pada susu segar.
Penelitian yang layak mengenai
mikroorganisme dalam bahan pangan ini memerlukan teknik untuk memisahkan populasi
campuran ini, atau yang biasanya dikenal dengan istilah biakan campuran,
menjadi spsies yang berbeda- beda yang dikenal dengan istilah biakan murni.
Biakan murni ini terdiri dari satu populasi sel yang semuanya berasal dari satu
sel induk (Pelczar, 1986).
Jenis mikroorganisme yang
terdapat pada susu yaitu bakteri asam laktat, BAL mampu memproses karbohidrat
dalam susu yang disebut laktosa menjadi asam laktat, Bakteri Coliform, coliform adalah mikroorganisme yang
berbentuk batang (rod) dan memiliki gram negative, Escherichia coli (E-coli)
merupakan salah satu anggota dari kelompok coliform dan dapat melakukan
fermentasi gula susu (laktosa) pada suhu 44°C.
Adapun
mikroba yang dapat merusak susu, kualitas mikrobial dalam susu segar sangat
penting bagi penilaian dan produksi produk susu yang berkualitas. Susu dapat
disebut telah rusak apabila terdapat gangguan dalam tekstur, warna, bau dan
rasa pada kondisi dimana susu tersebut sudah tidak patut lagi dikonsumsi oleh
manusia. Kerusakan yang disebabkan oleh mikroorganisme dalam makanan sering
melibatkan degradasi dari zat zat nutrisi seperti protein, karbohidrat dan
lemak, baik oleh mikroorganisme itu sendiri maupun enzim yang diproduksinya.
Secara umum pada susu mikroorganisme
yang berperan dalam hal ini adalah organisme psikotrof. Meskipun kebanyakan
dari kelompok ini dapat dihancurkan pada temperatur pasteurisasi, sayangnya,
beberapa jenis sepertiPseudomonas fluorescens dan Pseudomonas fragi dapat
memproduksi proteolitik dan lipolitik enzim yang stabil pada suhu tinggi dan
dapat menyebabkan kerusakan.
Beberapa
spesies dan keturunan dari Bacillus,Clostridium,Cornebacterium,Arthroacter,Lactobacillus,Microbacterium,Micrococcus
, danS treptococcus dapat bertahan pada temperatur pasteurisasi dan sekaligus
mampu tumbuh pada suhu ruang pendingin yang pada akhirnya dapat menyebabkan
masalah kerusakan dan pembusukan pada bahan makanan terutama susu.
Kemudian
bakteri patogen pada susu juga harus diperhatikan karena jika tidak bakteri
tersebut dapat menimbulkan penyakit. Produksi susu yang higienis seperti
penanganan yang cepat dan tepat, penggunaan alat produksi dan alat penyimpanan
serta teknik pasteurisasi telah menurunkan ancaman penyebaran penyakit melalui
susu seperti tuberkulosis (TBC), brucellosis dan lain sebagainya. Walaupun
masih menjadi perdebatan di kalangan ilmuwan, terbukti sudah ada beberapa kasus
penyakit yang berasal dari mengkonsumsi susu segar, atau produk susu sapi yang
dibuat dari susu yang tidak di pasteurisasi dengan benar atau kurang baik dalam
penanganan sepanjang proses produksinya. Beberapa bakteri patogen dalam susu
segar dan produk susu yang masih menjadi perhatian saat ini antara lain:
Bacillus cereus
• Listeria monocytogenes
• Yersinia enterocolitica
• Salmonella spp.
• Escherichia coli O157:H7
• Campylobacter jejuni
Perlu diungkapkan juga disini bahwa
beberapa jenis jamur, kebanyakan dari spesies Aspergillus, Fusarium, dan
Penicillium dapat tumbuh dalam media susu dan produk susu lainnya. Apabila
kondisinya memungkinkan, organisme ini dapat memproduksi zat mycotoxin yang
dapat berbahaya bagi kesehatan.
Metodologi
Bahan dan alat
Sampel yang digunakan yaitu susu
segar. Bahan yang digunakan yaitu aquades, EMB(Eosin methylene Blue), NA (Nutrient
agar), Nutrient Broth (NB), NaCl Fis. Alat yang
digunakan yaitu tabung reaksi, cawan petri, ose, bunsen, dan inkubator.
1.
Prosedur pengenceran
Pertama siapkan sampel yang akan teliti
kemudian masukan 1ml pada tabung reaksi 10- 1 kemudian dari tabung pengenceran 10- 1,pindahkan
1ml pada tabung pengenceran 10- 2 dan seterusnya lakukan seperti
itu hingga sampai pada tabung pengenceran 10- 4. Tabung
pengenceran tersebut sebelumnya sudah di isi dengan larutan pengencer NaCl fis.
Dan tujuan dari pengenceran tersebut yaitu untuk mengurangi kepadatan bakteri
yang ditanam (Pelczar,2007)
2. metode gores
Pertama pijarkan terlebih dahulu
ose diatas api Bunsen kemudian masukan ose pada sampel setelah itu goreskan
pada media agar cawan EMB dengan berbagai macam metode gores yaitu metode gores
langsung,kuadran dan radian lihat pada gambar.
Gambar 1.
Jenis-jenis metode gores
(sumber google)
3. pemeliharaan kultur cair
pijarkan
terlebih dahulu ose diatas api Bunsen kemudian masukan ose pada sampel pada
pengenceran 10- 1 ambil 1
ose lalu pindahkan pada tabung reaksi dengan larutan natrium broth tujuannya
untuk mengetahui jenis bakteri berbentuk cair seperti coliform, bakteri
heterotrop dan lainnya.
4. pemeliharaan kultur padat medium NA
pijarkan ose diatas api Bunsen
kemudian masukan ose pada sampel pada pengenceran 10- 1 kemudian pindahkan 1 ose pada media NA agar
tuang dan 1 ose pada agar miring tujuannya agar miring yaitu untuk media agar
padat dalam tabung reaksi yang diletakan miring sehingga mempunyai permukaan
media yang lebih luas dari pada permukaan agar tegak, digunakan untuk menyimpan
biakan murni sebagai stock biakan murni.
5.
Inkubasi
Setelah semua prosedur
dilakukan sampel kemudian di inkubasi pada temperature 30 – 32°C selama 48 jam (2 hari), amati
dan lihat hasil.
Hasil dan Pembahasan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pemeliharaan Kultur Mikroorganisme
dari hasil pengamatan dapat dilihat
semua media telah penuh ditumbuhi oleh bakteri hal tersebut terjadi karena
dilakukannya penumbuhan pada media dengan tujuan untuk mengetahui bakteri yang
tumbuh seperti yang di ketahui Susu adalah cairan bergizi berwarna putih yang
dihasilkan oleh kelenjar susu mamalia betina. Pada saat susu keluar setelah
diperah, susu merupakan suatu bahan yang murni, higienis, bernilai gizi tinggi,
mengandung sedikit kuman atau boleh dikatakan susu masih steril.
Sayangnya, kandungan gizi yang
tinggi tidak hanya menarik bagi manusia. Jika dibiarkan untuk waktu yang lama,
nutrisi yang ada di dalam susu memungkinkan mikroorganisme untuk tumbuh
sehingga menyebabkan susu tidak layak untuk konsumsi manusia. Dan berikut
adalah jenis bakteri yang dapat tumbuh pada susu yaitu
Staphylococcus aureus
Salah
satu bakteri penyebab keracunan setelah minum susu adalah Staphylococcus aureus. Di beberapa negara di Eropa, seperti
Norwe-gia, Staphylococcus aureus
merupakan salah satu bakteri penyebab keracunan setelah minum susu.
Sumber-sumber Staphylococcus aureus terdapat di sekitar kita, yaitu bagian
permukaan kulit, mukosa mulut, hidung, dan kulit kepala. Pemeriksaan S.aureus
dapat menggunakan metode isolasi dilanjutkan uji koaglutinasi plasma
kelinci.
Salmonella sp.
Salmonella
sp. merupakan bakteri ber-bahaya yang dikeluarkan dari saluran pencernaan hewan
dan manusia bersama dengan feses. Salmonella enteritidis merupakan salah satu
serotipe yang sering mengontaminasi susu di samping Salmonella typhimurium.
Berdasarkan SNI 01-6366-2000, pemerik-saan Salmonella sp.dilakukan secara
kualitatif dan harus negatif.
Escherichia coli
Escherichia coli termasuk bakteri berbahaya karena dapat menyebabkan diare.
Salah satu syarat Escherichia coli dalam
SNI 01-6366-2000 harus negatif.
Bakteri Pencemar Susu
Bakteri
pencemar dalam susu dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu bakteri patogen
dan bakteri pembusuk. Bakteri pembusuk seperti Micrococcus sp , Pseudomonas
sp , dan Bacillus sp akan
menguraikan protein menjadi asam amino dan merombak lemak dengan enzim lipase
sehingga susu menjadi asam dan berlendir. Beberapa Bacillus sp. yang mencemari
susu antara lain adalah Bacillus cereus,
Bacillus subtilis, dan Bacillus licheniformis. Esherichia coli O157: H7 termasuk kelompok enterohemoragik Escherichia
coli (EHEC) pada manusia yang menyebabkan terjadinya hemorrhagic
colitis (HC), hemolyticuremic syndrome (HUS), danthrombo-cytopenia purpura
(TPP). Infeksi Escherichia Coli
O157:H7 pada manusia terjadi karena minum susu yang terkontaminasi feses sapi
atau dari lingkungan.
Bakteri
yang mampu hidup pada refrigerator adalah Listeria
monocytogenes. Infeksi Listeria
monocytogenes pada manusia terjadi secara kronis. Kejadian Listeria mono-cytogenes dalam susu
dipengaruhi oleh musim. Pada musim dingin, kasus listeriosis pada manusia lebih
sering muncul dibeberapa negara di Eropa. Listeriosis di Eropa disebabkan
mengonsumsi keju yang berasal dari susu mentah. Pada wanita hamil, Listeria Monocytogenes menye babkan
keguguran karena bakteri tersebut dapat menembus plasenta.
Kasus
keracunan setelah minum susu juga disebabkan oleh Camphylobacter jejuni. Kasus tersebut terjadi pada anak sekolah,
terutama pada saat melakukan kunjungan ke peternakan. Susu yang terkontaminasi
kotoran unggas berpotensi menimbul-kan terjadinya food borne disease oleh Camphylobacter jejuni.
Kelompok
Bacillus sp. yang sering menjadi penyebab keracunan setelah minum susu adalah Bacillus cereus. Kontaminasi Bacillus
cereus dengan jumlah 104 cfu/ml berpotensi menghasilkan toksin
sehingga menimbulkan gejala seperti mual dan muntah. Gejala keracunan Bacillus cereus dalam susu mencuat pada
tahun 1988−1989. Gejala muncul 0,50−1 jam setelah minum susu.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan hasil yang cukup
memuaskan hampir pada setiap kelompok
pada tiap-tiap metode dapat diketahui bahwa bakteri dapat tumbuh dengan
berbagai macam perlakuan pemeliharaan kultur serta dengan berbagai macam metode
menurut literature jenis bakteri yang tumbuh pada
DAFTAR PUSTAKA
Burrows,
W., J.M. Moulder, and R.M. Lewert. 2004. Texbook of Microbiology. W.B. Saunders
Company, Philadelphia.
Curtis,
L., A. Lieberman, M. Stark, W. Rea & M. Vetter. 2004. Isolation. http://
www.e-dukasi.net /. Diakses pada tanggal 17 Mei 2016.
Pelczar,
M. J., Chan, E.C.S. 2007. Elements of Microbiology. Mc Graw Hill Book Company.
New York.
Prescott,
L.M. 2003. Microbiology 5th edition. Mc Graw Hill. New York
Rachdie.
2008. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba. http://rachdie
.blogsome.com/2006/10/14/faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-mikroba/. Diakses
pada tanggal 17 Mei 2016
Sulistinah,
N. 2006. Mikroba Pentranformasi Adiponitril di Palembang. Jurnal Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia : 1-8
Suriawiria,
U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti, Jakarta.
No comments:
Post a Comment