Tuesday, March 28, 2017

Laporan praktikum 4 BIOPROSES DAN FERMENTASI (ENZIM XILANASE)

Yoga Jati Pratama
240210140003
Kelompok 1A Universitas Padjadjaran

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
 Enzim adalah molekul protein yang biasanya memanipulasi molekul lain, substrat enzim ini mengikat  target molekul ke situs aktif enzim dan diubah menjadi produk melalui serangkaian langkah yang dikenal sebagai mekanisme enzimatik. Enzim memiliki suatu ciri di mana kerjanya dipengaruhi oleh lingkungan (Usmana, 2012). Enzim ada yang terdiri dari enzim eksogenik dan enzim endogenik. Setiap enzim memiliki fungsi dan karakteristik masing-masing. Pada praktikum kali ini dilakukan kinetika dan aktivitas enzim xylanase.
Adapun prosedur dalam praktikum ini yang diawali dengan pembuatan pereaksi DNS 100 ml dengan cara siapkan 0,3742 gram asam dinitrosalisilat / 100ml kemudian tambahkan NaOH sebanyak 100ml kemudian tambahkan akuades dan campurkan dengan 10,8050 g Na-k-tartrattambahkan fenol yang telah dicairkan pada temperatur 50 derajat dan tambahkan juga Na-metabisulfit kemudian tetapkan dengan aquades 100 ml kemudian masukan indikator PP 1 tetes dan titrasi dengan HCl 0,1 N. Kemudian prosedur kedua yaitu dengan pembuatan kurva standar glukosa 3000ppm ambil 0,1, 1,2, 0,3, 0,4, 0,6 dan 0,8 serta 1 ml campurkan aquades hingga 1 ml, tambahkan 3 ml DNS dan panaskan dengan water bath dengan temperatur 90 derajat dengan waktur 5 menit, dinginkan pada suhu ruang tepatkan dengan aquades 25ml dan ukur absorbansinya pada 575 nm didapatlah kurva standar tersebut.
Kemudian prosedur terakhir yaitu kinetika hirdolisis enzim ambil 5, 7,5, 10, 12,5, dan 15 gram sampel TKKS (tandan kelapa sawit) atau tongkol jagung tambahkan larutan buffer aduk dan tambahkan enzim xilanase encer aduk lagi kemudian inkubasi pada suhu 35 drajat dengan waktu 48 jam tanpa pengadukan kontinyu sampel diambil 5 gram setiap 1 jam setelah hidrolisis kemudian sentrifuse selama 15 menit dengan V = 1000rpm kemudian ambil 1 ml supernatan lakukan pengenceran dan ambil 1,5 ml dari pengenceran kemudian tambahkan 1,5 ml DNS dan panaskan dengan suhu 100drajat selama 5 menit dan diamkan pada suhu ruang selama 5 menit dan ukur absorbansinya pada 540nm.
Kinetika Enzim Reaksi-reaksi kimia dalam tubuh secara tidak langsung dipengaruhi oleh enzim. Katalis-katalis ini, adalah spesifik untuk reaksi-reaksi tertentu. Akan tetapi, katalis-katalis ini sering berubah-ubah (tidak tetap), pada beberapa ribu enzim yang sekarang dikenal dapat berperan dalam beberapa reaksi seperti hidrolisis, polimerisasi, pemindahan gugus fungsi, oksidasi reduksi, dehidrasi dan isomerisasi, untuk menjelaskan hanya beberapa kelompok umum dari reaksi yang dipengaruhi enzim. Enzim-enzim bukanlah merupakan permukaan pasif pada mana reaksi berlangsung tetapi merupakan mesin molekul kompleks yang terus bekerja melalui rasikan mekanisme reaksi yang berbeda beda. Sebagai contoh, beberapa enzim hanya bekerja pada molekul-molekul substrat tunggal; lainnya bekerja pada dua atau lebih molekul-molekul substrat yang berbeda yang akan mengatur terjadi atau tidaknya suatu ikatan.
Beberapa enzim membentuk ikatan kovalen yang menjadi perantara untuk membentuk kompleks dengan substratsubstratnya, tetapi ada juga yang tidak.Pengukuran kinetik dari reaksi-reaksi katalis enzimatik merupakan teknik-teknikyang sangat penting untuk menerangkan mekanisme katalis enzim.Pada bahagian ini sebagian besar akan menguraikan mengenaiperkembangan parameter-parameter kinetik yang sangat berguna pada penentuan mekanisme-mekanisme enzimatik.
Enzim Xilanase merupakan suatu enzim glikosidase, yaitu enzim yang berperan dalam pemutusan ikatan 1,4-ß-D-xylosidik pada xilan sehingga dihasilkan monomer berupa xilosa. Xilan merupakan heteropolisakarida dengan struktur yang beragam pada jenis tanaman berbeda. Rantai backbone homopolimer ß-D- xilopiranosil dihubungkan melalui ikatan 1,4-ß-D-xylosidik dengan berbagai gugus samping seperti glukuronopiranosil, 4-O-metil-D-glukuronopiranosil, α-L- arabinofuranosil, asetil, feruloil, dan p-kumaroil (Collins et al., 2005). 
Menurut (Richana, N., 2002) Xilanase merupakan enzim yang banyak digunakan dalam dunia industri, termasuk industri pangan. Salah satunya, xilanase yang dimanfaatkan sebagai katalis endohidrolisis ikatan1,4-β-xilosidik pada xilan, bahan lignoselulosa untuk memperoleh monomer xilosa. Xilosa merupakan bahan baku produksi xilitol, gula alternatif yang rendah kalori dan dapat mencegah kerusakan gigi.  
Kinetika hidrolisis enzim dilakukan dengan melarutkan sampel dengan berat tertentu dalam larutan buffer asetat 0.2M pH=5. Larutan tersebut dihomogenkan dan ditambah 3ml enzim xilanase encer. Larutan diinkubasi pada suhu 45oC selama 3 hari. Pengamatan dilakukan beberapa jam, disentrifugasi, diencerkan, ditambahkan reagen DNS, pemanasan dan diuji absorbansinya. Hasil absorbansi dibandingkan dengan standar. Hasil pengamatan absorbansi aktivitas enzim menggunakan spektrofotometri terdapat pada tabel 1.















 Berbagai macam kegunaan enzim xilanase yaitu:
·      Xilanase pada tingkat keasaman yang rendah digunakan industri roti, makanan, dan minuman 
·      Xilanase digunakan dalam pembuatan roti karena mampu memecah hemiselulosa dalam tepung terigu, sehingga membantu dalam redistribusi air dan membuat adonan lembut serta meningkatkan volume. 
·      Industri jus dan anggur juga memerlukan xilanase pada proses ekstraksi, penjernihan dan stabilisasi (Ardiningsih et al., 2015).



Berdasarkan data hasil pengamatan absorbansi pada tabel 1, didapatkan absorbansi sampel TKKS (tandan kosong kelapa sawit) dan tongkol jagung dengan berbagai konsentrasi dalam berbagai titik waktu. Data dari tabel 1 tersebut, digunakan untuk mencari aktivitas enzim dan kinematika enzim xilosa.
Menurut (Poliana, 2007) Mekanisme kerja Enzim xilanase mampu mendegradasi polimer xilan dengan cara memutus ikatan antargugus pada bagian tengah secara acak yang akan menghasilkan xilooligosakarida. Berbeda dengan xilanase pada umumnya, Aeromonas xilanase akan memutus rantai xilan dari bagian ujung dan akan menghasilkan satu jenis oligosakarida.Induksi ekspresi gen xilanase dapat dilakukan dengan penambahan xilobiose, seperti pada Cryptococcus albidus.
Adapun aktivitas enzim xilanase menurut Richana, (2002) dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1)                  Suhu
Aktivitas enzim semakin meningkat seiring dengan peningkatan suhu sampai titik atau suhu optimum. Laju reaksi biokimia meningkat seiring kenaikan suhu. Hal ini karena panas meningkatkan energi kinetik dari molekul sehingga menyebabkan jumlah tabrakan diantara molekul-molekul meningkat. Sedangkan dalam kondisi suhu rendah, reaksi menjadi lambat karena hanya terdapat sedikit kontak antara substrat dan enzim. Namun, suhu yang ekstrim juga tidak baik untuk enzim. Di bawah pengaruh suhu yang sangat tinggi, molekul enzim cenderung terdistorsi, sehingga laju reaksi pun jadi menurun. Enzim yang terdenaturasi gagal melaksanakan fungsi normalnya. Dalam tubuh manusia, suhu optimum di mana kebanyakan enzim menjadi sangat aktif berada pada kisaran 35°C sampai 40°C. Ada juga beberapa enzim yang dapat bekerja lebih baik pada suhu yang lebih rendah daripada ini. Setelah titik optimum peningkatan suhu akan menurunkan aktivitas enzim. Hal ini disebabkan rusaknya protein enzim karena suhu tinggi.
2)                  pH
Sama dengan pengaruh suhu, aktivitas enzim semakin naik seiring dengan peningkatan pH sampai titik optimum. Secara umum, kebanyakan enzim tetap stabil dan bekerja baik pada kisaran pH 6 dan 8. Tapi, ada beberapa enzim tertentu yang bekerja dengan baik hanya di lingkungan asam atau basa. Setelah titik optimum, peningkatan pH akan menurunkan aktivitas enzim. Hal ini disebabkan pada pH yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, protein enzim mengalami kerusakan.
3)                  Konsentrasi substrat
Pada jumlah atau konsentrasi enzim yang konstan, semakin tinggi konsentrasi substrat sampai titik tertentu, aktivitas enzim semakin tinggi. Setelah titik optimum peningkatan konsentrasi substrat tidak mempengaruhi aktivitas enzim. Hal ini disebabkan enzim sudah jenuh dengan substrat.
4)                  Konsentrasi produk
Semakin banyak produk yang terbentuk, aktivitas enzim semakin turun. Hal ini disebabkan tidak ada/semakin sedikit substrat yang diubah dan bahkan pada beberapa enzim, produk itu sendiri menjadi penghambat. Jelas saja konsentrasi substrat yang lebih tinggi berarti lebih banyak jumlah molekul substrat yang terlibat dengan aktivitas enzim. Sedangkan konsentrasi substrat yang rendah berarti lebih sedikit jumlah molekul substrat yang dapat melekat pada enzim, menyebabkan berkurangnya aktivitas enzim. Tapi ketika laju enzimatik sudah mencapai maksimum dan enzim sudah dalam kondisi paling aktif, peningkatan konsentrasi substrat tidak akan memberikan perbedaan dalam aktivitas enzim. Dalam kondisi seperti ini, di sisi aktif semua enzim terus terdapat substrat, sehingga tidak ada tempat untuk substrat ekstra,
5)                  Konsentrasi aktivator
Aktivator merupakan molekul yang membantu enzim agar mudah berikatan dengan substrat. Semakin besar konsentrasi aktivator, apabila disertai penambahan konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat akan meningkatkan aktivitas enzim. Molekul aktivator dapat menyebabkan sisi aktif enzim semakin ”cocok” dengan substrat.
6)                  Konsentrasi inhibitor
Semakin besar konsentrasi inhibitor, maka aktivitas enzim akan semakin turun, karena molekul inhibitor dapat melekat pada sisi aktif enzim sehingga menghalangi melekatnya substrat pada enzim tersebut. Sisi aktif enzim konformasinya juga dapat berubah dengan adanya molekul inhibitor sehingga substrat tidak bisa melekat.
4.1 Aktivitas Enzim
Aktivitas enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti persamaan reaksi yang dikatalis, kebutuhan kofaktor, pengaruh konsentrasi substrat dan kofaktor, pH, suhu, penentuan berkurangnya substrat atau bertambahnya hasil reaksi. Pengamatan reaksi dapat dilakukan dengan berbagai cara kimiawi ataupun dengan spektrofotometri. (Wirahadikusumah, 1989). Aktivitas enzim sampel TKKS dan tongkol jagung yang dianalisis adalah aktivitas enzim xilosa dan aktivitas enzim glukosa pada saat proses fermentasi. Proses fermentasi yang dilakukan bertujuan untuk memecah senyawa xilan menjadi senyawa yang lebih sederhana  menjadi  xilanase  dan  glukosa.  Berikut  merupakan  data  konsentrasi sampel xilosa sampel TKKS dan tongkol jagung dalam ppm.
 






Aktivitas enzim dapat dihitung dari data tabel 1 menggunakan rumus berikut:
Dimana: U = kadar xilosa atau glukosa (g/l) V = volume enzim (g/l) T = waktu inkubasi Fp = faktor pengenceran 1000 = faktor konversi
Hasil data tabel 2, dihitung menggunakan rumus U untuk mengetahui aktivitas enzim dari sampel TKKS dan tongkol jagung yang dianalisis. Data hasil penghitungan aktivitas enzim xilosa dari sampel TKKS dan tongkol jagung dapat dilihat pada tabel 3.
 







Berdasarkan data tabel 3, terlihat bahwa aktivitas enzim kedua sampel, baik sampel TKKS maupun sampel tongkol jagung memiliki penaikan dan penurunan seiring dengan meningkatnya waktu. Hasil dari data tabel 3, diplotkan dalam grafik untuk mempermudah menganalisis data.
 









Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa aktivitas enzim xilosa tongkol jagung cenderung fluktuatif. Dilihat pada aktivitas enzimatis tertinggi terdapat pada sampel tongkol jagung dengan konsentrasi substrat 10g/100ml, 20 g/100ml, 5 g/100ml, dan yang terendah 15 g/100ml. Seperti pernyataan Wirahadikusumah (1989), dimana salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim adalah konsentrasi substrat. Menurut Firmansyah (2007), penambahan konsentrasi substrat pada reaksi yang dikatalis enzim awalnya akan meningkatkan laju reaksi. Konsentrasi substrat yang lebih tinggi berarti banyak jumlah molekul substrat yang terlibat dalam aktivitas enzim, dan sebaliknya. Namun, ketika laju enzimatik sudah mencapai titik maksimum, peningkatan konsentrasi substrat tidak akan memberikan perbedaan dalam aktivitas enzim. Dibandingkan dengan hasil praktikum, apabila pada konsentrasi substrat 10g/100ml sudah mencapai titik tertinggi, dapat dikatakan pada konsentrasi tersebut laju enzimatik mencapai titik maksimum. Setelah mendapatkan aktivitas enzim xilosa, dicari juga aktivitas enzim glukosa yang dapat dilihat pada tabel 4 dan tabel 5.






Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa aktivitas enzim xilosa TKKS juga fluktuatif. Dilihat pada aktivitas enzimatis tertinggi terdapat pada sampel tongkol jagung dengan konsentrasi substrat 10 g/100ml, 5 g/100ml, 15 g/100ml, dan yang terendah 20 g/100ml. Dikarenakan substrat yang digunakan berbeda, yaitu TKKS maka aktivitas enzimatis yang didapatkan juga berbeda. Titik maksimum laju enzimatik pada aktivitas enzim xilosa TKKS terdapat pada konsentrasi substrat 10g/100ml.









Berdasarkan data tabel 5, terlihat bahwa aktivitas enzim glukosa kedua sampel, baik sampel TKKS maupun sampel tongkol jagung memiliki penaikan dan penurunan seiring dengan meningkatnya waktu. Hasil dari data tabel 5, diplotkan dalam grafik untuk mempermudah menganalisis data.








Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa aktivitas enzim glukosa tongkol jagung cenderung fluktuatif. Dilihat pada aktivitas enzimatis tertinggi terdapat pada sampel tongkol jagung dengan konsentrasi substrat 10g/100ml, 5 / 100ml, 20g/100ml, dan yang terendah 15g/100ml. Titik maksimum laju enzimatik pada aktivitas enzim glukosa tongkol jagung terdapat pada konsentrasi substrat 10g/100ml. Laju reaksi enzim glukosa pada konsentrasi substrat tongkol jagung 5 g/100ml lebih tinggi daripada laju reaksi enzim xilosa. Laju reaksi enzim glukosa ada konsentrasi substrat tongkol jagung 20 g/100ml lebih rendah daripada laju reaksi enzim xilosa. Hal tersebut dapat terjadi kemungkinan disebabkan oleh adanya faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi laju aktivitas enzim, seperti aktivator dan inhibitor, suhu inkubasi, dan pH (Wirahadikusumah, 1989) atau karena kondisi fermentasi pada saat praktikum kurang steril sehingga data yang didapatkan kurang akurat atau waktu fermentasi untuk hidrolisis senyawa xilosa yang kurang panjang.







Grafik 4. Aktivitas Enzim Glukosa TKKS
(Sumber dokumentasi pribadi,2016)
Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa aktivitas enzim glukosa TKKS juga fluktuatif. Dilihat pada aktivitas enzimatis tertinggi terdapat pada sampel tongkol jagung dengan konsentrasi substrat 10 g/100ml, 5 g/100ml, 15 g/100ml, dan yang terendah 20 g/100ml. Titik maksimum laju enzimatik pada aktivitas enzim glukosa TKKS terdapat pada konsentrasi substrat 10g/100ml. aktivitas enzim glukosa dan xilosa pada glukosa sama, yaitu titik maksimum pada konsentrasi substrat TKKS 10g/100ml, 5 g/100ml, 15 g/100ml, dan yang terendah 20 g/100ml.

4.2. Kinetika Enzim Xilanase
Kinetika enzim ialah mengukur pengaruh konsentrasi enzim terhadap substratnya. Hasil yang didapatkan yaitu berupa xilosa dan glukosa. Glukosa dihitung karena gula pereduksi xilosa bisa terhitung sebagai glukosa sehingga dihitung hasil gula pereduksi xilosa dan glukosa.
a.      Xilosa
Berikut hasil pengamatan spektrofotometri xilosa dan kurva standar xilosa.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Spektrofotometri Kinetika Enzim Xilanase
Sampel
Konsentrasi Substrat (g/ 100 mL)
Absorbansi Tiap Titik Waktu
t0
t1
t2
t3
t4
t5
t6
t7
TKKS
5
0.000
0.349
0.209
0.366
0.089
0.122
0.436
0.242
7.5
0.110
0.027
0.158
0.233
0.636
0.316
0.463
0.442
10
0.108
0.062
0.452
0.376
0.086
0.312
0.583
0.640
12.5
0.166
0.183
0.266
0.371
0.393
0.349
0.391
0.399
15
0.245
0.322
0.350
1.006
0.189
0.240
0.465
0.558
Tongkol Jagung
5
0.109
0.082
0.139
0.040
0.339
0.130
0.012
0.172
7.5
0.057
0.025
0.159
0.288
0.120
0.394
0.494
0.409
10
0.934
0.403
0.235
0.425
1.029
0.796
0.597
0.806
12.5
0.633
0.507
0.226
0.628
0.568
0.830
0.851
0.874
15
0.338
0.843
0.032
0.802
0.656
0.861
0.671
1.003
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)
Tabel 2. Hasil Konversi Absorbansi terhadap Konsentrasi Xilosa
Sampel
Konsentrasi Substrat (g/L)
Konsentrasi Xilosa dalam mg/mL pada jam ke
0
2
19
23
26
43
47
50
TKKS
50
0.0000
0.0004
0.0002
0.0004
0.0001
0.0001
0.0005
0.0002
75
0.0001
0.0000
0.0001
0.0002
0.0007
0.0003
0.0005
0.0005
100
0.0001
0.0000
0.0005
0.0004
0.0001
0.0003
0.0006
0.0007
125
0.0001
0.0002
0.0003
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
150
0.0002
0.0003
0.0004
0.0011
0.0002
0.0002
0.0005
0.0006
Tongkol Jagung
50
0.0001
0.0000
0.0001
0.0000
0.0003
0.0001
0.0000
0.0002
75
0.0000
0.0000
0.0001
0.0003
0.0001
0.0004
0.0005
0.0004
100
0.0010
0.0004
0.0002
0.0005
0.0012
0.0009
0.0007
0.0009
125
0.0007
0.0005
0.0002
0.0007
0.0006
0.0009
0.0010
0.0010
150
0.0003
0.0009
0.0000
0.0009
0.0007
0.0010
0.0007
0.0011
 (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)





Gambar 1. Kurva Standar Xilosa
Sumber: (Dokumentasi Pribadi, 2016)

Hasil pengamatan spektrosfotometri kinetika enzim dalam berupa nilai  absorbansi yang terdapat dalam tabel 1. Data tersebut kemudian dikonversikan ke dalam kontentrasi xilosa dengan menggunakan kurva standar xilosa.
Dari kurva standar tersebut, di dapat persamaan regresi dimana x merupakan konsentrasi xilosa dan y merupakan nilai absorbansi. Hasil konversi data spektrofotometri terdapat dalam tabel 2. Setiap data kemudian ditentukan persamaan regresi pada setiap waktunya. Intercept dari setiap persamaan tersebut merupakan laju kinetika enzim atau v. Kemudian intercept dan konsentrasi substrat dilinearisasikan karena asimtoot dan agar skala perhitungan dalam pengolahan data selanjutnya signifikan untuk dihitung. Berikut merupakan hasil linearisasi laju kinetika terhadap konsentrasi substrat.
Tabel 3. Hasil Linearisasi Kinetika Enzim terhadap Konsentrasi Xilosa
Sampel
Konsentrasi [S]
Slope [V]
1/[S]
1/[V]
TKKS
50
0.000039
0.02
25641.026
75
0.00001
0.0133333
100000
100
0.0000173
0.01
57803.468
120
0.000011
0.0083333
90909.091
150
0.00001
0.0066667
100000
Tongkol Jangung
50
0.000007
0.02
142857.14
75
0.000007
0.0133333
142857.14
100
0.00001
0.01
100000
120
0.000006
0.0083333
166666.67
150
0.000006
0.0066667
166666.67
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)
Hasil linearisasi tersebut kemudian ditransformasikan menjadi grafik atau kurva seperti dibawah ini.
Gambar 2. Kinetika Enzim pada TKKS terhadap Xilosa
            (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)
Persamaan regresi yang didapat ialah y = 12936 – 5000000x dengan y sebagai laju kinetika enzim dan x sebagai konsentrasi substrat. Berdasarkan kinetika enzim menurut Michaelis Menten melalui Lineweaver Burk maka intercept persamaan tersebut merupakan 1/Vm atau laju kinetika maksimal dan slope merupakan km/vm untuk mendapat nilai konstanta Michaelis Menten (Shuler dan Fikret, 2002). Sehingga didapat Vm kinetika enzim xilanase terhadap kandungan xilosa dalam TKKS ialah 7,73 x 10-6 g/L.h yang menunjukkan kondisi dimana jika substrat dinaikkan maka laju reaksi tidak akan berubah (Richardson, 1989). Kemudian nilai Km atau konstanta Michaelis Menten ialah sebesar 3,87 x 10-11 g[S]/L yang didefinisikan sebagai konsentrasi substrat yang dibutuhkan agar menghasilkan kecepatan reaksi setengah dari kecepatan maksimum. Parameter kinetika enzim dalam tongkol jagung terhadap xilosa dapat ditentukan melalui kurva berikut.

Gambar 3. Kinetika Enzim pada Tongkol Jagung terhadap Xilosa
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)
Berdasarkan kurva kinetika enzim terhadap xilosa dalam tongkol jagung tersebut, didapat bahwa nilai Vm dan Km secara beturut-turut ialah 6,36 x 10-6 g/L.h dan 3,82 x 10-6 g[S]/L. Dibandingkan dengan kinetika enzim dalam TKKS, Vm atau kecepatan maksimum enzim bekerja terhadap substrat Vm pada tongkol jagung bernilai lebih kecil sehingga dapat disimpulkan bahwa penambahan substrat atau tongkol jagung akan lebih cepat mencapai nilai maksimumnya dibandingkan TKKS. Sedangkan nilai Km pada TKKS jauh lebih kecil dibandingkan pada tongkol jagung yang menunjukkan bahwa konsentrasi TKKS yang dibutuhkan jauh lebih sedikit dibandingkan tongkol jagung untuk mencapai kecepatan reaksi setengah dari kecepatan maksimum.
Kecepatan reaksi enzimatik sangat dipengaruhi oleh kadar enzim, jumlah enzim yang terikat oleh substrat (ES) dan konstanta Michaelis Menten (Km). Km menggambarkan kesetimbangan disosiasi kompleks ES menjadi enzim dan substrat. Nilai Km yang kecil menunjukkan bahwa enzim mempunyai afinitas yang tinggi terhadap substrat sehingga kompleks ES sangat baik, begitu pula sebaliknya dimana nilai Km yang besar menunjukkan afinitas enzim yang rendah terhadap substrat.





b.      Glukosa

Berikut hasil pengamatan spektrofotometri glukosa dan kurva standar glukosa.
Tabel 4. Hasil Pengamatan Spektrofotometri Kinetika Enzim Xilanase terhadap Glukosa
Sampel
Konsentrasi Substrat (g/ 100 mL)
Absorbansi Tiap Titik Waktu
t0
t1
t2
t3
t4
t5
t6
TKKS
5
0.003
0.228
0.09
0.285
0.027
0.028
0.09
7.5
0.044
0.009
0.056
0.123
0.539
0.205
0.232
10
0.066
0.002
0.155
0.208
0.1
0.136
0.333
12.5
0.048
0.123
0.153
0.26
0.247
0.165
0.195
15
0.223
0.209
0.231
1.365
0.202
0.101
0.24
Tongkol Jagung
5
0.015
0.011
0.133
0.17
0.065
0.09
7.5
0.014
0.016
0.094
0.133
0.063
0.184
0.132
10
1.547
0.136
0.184
0.307
1.677
0.641
0.334
12.5
0.436
0.309
0.01
0.472
0.545
0.689
0.648
15
0.151
0.821
0.02
0.58
0.547
0.789
0.38
 (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)
Tabel 5. Hasil Konversi Absorbansi terhadap Konsentrasi Glukosa
Sampel
Konsentrasi
Substrat (g/100 mL)
Konsentrasi Glukosa dalam mg/mL pada jam ke
0
2
19
23
26
43
47
TKKS
5
0.0000
0.0197
0.0077
0.0247
0.0022
0.0023
0.0077
7.5
0.0037
0.0007
0.0047
0.0106
0.0467
0.0177
0.0200
10
0.0056
0.0000
0.0133
0.0180
0.0086
0.0117
0.0288
12.5
0.0040
0.0106
0.0132
0.0225
0.0213
0.0142
0.0168
15
0.01926
0.01804
0.01996
0.11857
0.01743
0.00865
0.02074
Tongkol Jangung
5
0.0012
0.0008
-0.0001
0.0114
0.0147
0.0055
0.0077
7.5
0.0011
0.0013
0.0080
0.0114
0.0053
0.0159
0.0113
10
0.1344
0.0117
0.0159
0.0266
0.1457
0.0556
0.0289
12.5
0.0378
0.0267
0.0007
0.0409
0.0473
0.0598
0.0562
15
0.01300
0.07126
0.00161
0.05030
0.04743
0.06848
0.03291
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)

Gambar 4. Kurva Standar Glukosa
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)

Dari kurva standar tersebut, di dapat persamaan regresi dimana x merupakan konsentrasi xilosa dan y merupakan nilai absorbansi. Hasil uji spektrofotometri tersebut kemudian dikonversikan menjadi konsentrasi glukosa dengan menggunakan kurva standar glukosa yakni dengan persamaan y = 0.0011 + 0.0115x. Hasil konversi data terdapat dalam tabel 5 dan dari tiap konsentrasi substrat terhadap konsentrai glukosa tersebut ditentukan nilai intercept-nya yang merupakannilai velocity atau V. Berikut merupakan nilai V yang didapat beserta konsentrasi substrat sebagai S dan hasil linearisasi data.

Tabel 6. Hasil Linearisasi Kinetika Enzim terhadap Konsentrasi Glukosa
Konsentrasi [S]
Slope [V]
1/[S]
1/[V]
50
0.0007
0.02
1428.5714
75
0.0013
0.0133333
769.23077
100
0.0006
0.01
1666.6667
120
0.0003
0.0083333
3333.3333
150
0.00009
0.0066667
11111.111
50
0.0005
0.02
2000
75
0.0004
0.0133333
2500
100
0.0007
0.01
1428.5714
120
0.0008
0.0083333
1250
150
0.0014
0.0066667
714.28571
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)
Hasil linearisasi tersebut kemudian ditransformasikan menjadi grafik atau kurva seperti dibawah ini.
Gambar 5. Kinetika Enzim pada TKKS terhadap Glukosa
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)
Berdasarkan hasil pengujian kinetika enzim berupa kurva tersebut, didapat parameter kinetika enzim terhadap glukosa dalam TKKS yakni Vm dan Km secara berturut-turut 1,05 x 10-4 g/L.h dan -52,91 g[S]/L. Sehingga didapat Vm kinetika enzim xilanase terhadap kandungan xilosa dalam TKKS ialah 1,05 x 10-4 g/L.h yang menunjukkan kondisi dimana jika substrat dinaikkan maka laju reaksi tidak akan berubah (Richardson, 1989). Kemudian nilai Km atau konstanta Michaelis Menten ialah sebesar -52,91 g[S]/L yang didefinisikan sebagai konsentrasi substrat yang dibutuhkan agar menghasilkan kecepatan reaksi setengah dari kecepatan maksimum. Sedangkan parameter kinetika enzim dalam tongkol jagung dapat diketahui dari kurva berikut.
Gambar 6. Kinetika Enzim pada Tongkol Jagung terhadap Glukosa
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)
Berdasarkan kurva tersebut, didapat nilai Vm dan Km enzim dalam tongkol jagung secara berturtu-turut ialah 22,05 x 10-4 g/L.h dan 212,60 g[S]/L. Nilai Vm pada tongkol jagung ini jauh lebih besar dibandingkan pada TKKS. Hal tersebut menunjukkan bahwa kecepatan enzim dalam bekerja terhadap substrat pada tongkol jagung jauh lebih cepat dibandingkan pada TKKS. Sedangkan nilai Km enzim dalam tongkol jagung juga jauh lebih besar dibandingkan dalam TKKS dan hal tersebut juga menunjukkan bahwa konsentrasi substrat yang dibutuhkan lebih banyak  untuk mencapai setengah dari kecepatan maksimum enzim bekerja.
5.2. Uji Aktifitas Enzim
a.      Xilosa
Pengujian aktifitas enzim xilanase terhadap substrat dalam TKKS dan tongkol jagung dilakukan menggunakan prosedur yang serupa hingga didapat nilai absorbansi pada panjang gelombang 515 nm. Data harus dikonversikan terlebih dahulu. Kemudian data yang telah dikonversikan tersebut kemudian dihitung untuk mendapatkan nilai uji aktifitas enzim atau U dengan persamaan untuk menentukan U: . Dimana Ksp merupakan konsentrasi xilosa atau glukosa, 1000 merupakan faktor koreksi, Fp merupakan faktor pengenceran, BM merupakan berat molekul xilosa atau glukosa, t merupakan waktu dalam menit dan v merupakan volume enzim yang digunakan.
Tabel 9. Uji Aktifitas Enzim Xilanase terhadap Xilosa
Sampel
Konsentrasi  Enzim
U
(unit/ml)
TKKS
5
8.770777
10
7.013141
15
2.656757
20
2.001269
Tongkol
Jagung
5
18.02882
10
9.727905
15
13.55062
20
4.898757
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)
Berdasarkan hasil penentuan aktifitas enzim tersebut, dapat diketahui bahwa aktifitas enzim terhadap xilosa tertinggi ialah pada konsentrasi enzim 5 ml yakni 8,77 unit per ml pada TKKS dan 18,03 unit per ml pada tongkol jagung. Sehingga semakin tinggi konsentrasi enzim yang ditambahkan maka semakin rendah aktifitas enzim untuk bekerja terhadap xilosa. Hal tersebut disebabkan oleh habisnya substrat yang digunakan oleh enzim yang berjumlah banyak.
Gambar 7. Aktivitas Enzim xilanase terhadap xilosa
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)






Gambar 7. Aktivitas Enzim xilanase terhadap xilosa
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)

Berdasarkan grafik diatas perbedaan aktivtas enzim pada tongkol jagung dan tandan kosong kelapa sawit yaitu dibandingkan dengan TKKS atau tandan kosong kelapa sawit, aktifitas enzim xilanase pada tongkol jagung baik terhadap xilosa lebih tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh tongkol jagung yang sudah umum dan secara pasti diketahui bahwa substratnya ialah berbasis xilan (Richana dkk, 1994).
b.      Glukosa
Aktifitas enzim xilanase terhadap glukosa juga diamati dengan prosedur yang sama dengan prosedur sebelumnya. Dimana hasil spektrofotometri berupa nilai absorbansi pada panjang gelombang 540 nm terdapat dalam tabel 10. Dan data konversi absorbansi menjadi konsentrasi glukosa terdapat dalam tabel 11. Kemudian dilakukan penentuan nilai aktifitas enzim xilanase dan didapatlah hasil berupa nilai U sebagai berikut.
Tabel 12. Uji Aktifitas Enzim Xilanase terhadap Glukosa
Sampel
Konsentrasi  Enzim
U
(unit/ml)
TKKS
5
2.962255
10
3.170913
15
1.543839
20
1.245105
Tongkol
Jagung
5
6.923331
10
3.656641
15
2.800346
20
1.807797
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)
Sama halnya dengan aktifitas enzim xilanase terhadap xilosa, terjadi kenaikan aktifitas enzim pada konsentrasi enzim 10 ml dalam TKKS. Hal tersebut diperkirakan karena enzim masih melakukan aktifitasnya selama preparasi berlangsung. Namun, diantara kedua jenis sampel rata-rata aktifitas enzim yang tinggi terdapat dalam konsentrasi enzim terendah yakni 5 ml. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan konsentrasi 5 ml enzim maka substrat sudah dapat digunakan oleh enzim. Banyaknya enzim yang ditambahkan menyebabkan aktifitas enzim semakin rendah karena substrat dengan cepat habis dan terjadi persaingan antar enzim. Hal tersebut dapat menjadi inhibisi selama fermentasi (Shuler dan Fikret, 2002).
Gambar 8. Aktivitsa Enzim xilanase terhadap glukosa
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)

Berdasarkan grafik diatas perbedaan aktivtas enzim pada tongkol jagung dan tandan kosong kelapa sawit yaitu dibandingkan dengan TKKS atau tandan kosong kelapa sawit, aktifitas enzim xilanase pada tongkol jagung baik terhadap glukosa selalu lebih tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh tongkol jagung yang sudah umum dan secara pasti diketahui bahwa substratnya ialah berbasis xilan (Richana dkk, 1994).
Selain itu,  dibandingkan dengan glukosa, aktifitas enzim xilanase terhadap xilosa jauh lebih besar dibandingkan glukosa karena enzim xilanase memang enzim yang efektif bekerja terhadap xilan. Meskipun glukosa dan xilosa sama-sama karbohidrat, tetapi enzim memiliki kerja yang lebih efektif pada xilosa atau dengan kata lain bekerja lebih spesifik (Winarno, 1992).



VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
a.       Nilai Vm dan Km kinetika enzim dalam TKKS terhadap xilosa berturut - turut ialah 7,73 x 10-6  g/L.h dan 3,87 x 10-11 g[S]/L.
b.      Nilai Vm dan Km secara beturut-turut pada kinetika enzim terhadap xilosa dalam tongkol jagung tersebut ialah 6,36 x 10-6 g/L.h dan 3,82 x 10-6 g[S]/L.
c.       Nilai Vm dan Km kinetika enzim terhadap glukosa dalam TKKS yakni secara berturut-turut ialah 1,05 x 10-4 g/L.h dan -52,91 g[S]/L
d.      Nilai Vm dan Km kinetika enzim dalam tongkol jagung secara berturtu-turut ialah 22,05 x 10-4 g/L.h dan 212,60 g[S]/L
e.       Aktifitas enzim terhadap xilosa tertinggi ialah pada konsentrasi enzim 5 ml yakni 8,77 unit per ml pada TKKS dan 18,03 unit per ml pada tongkol jagung.
f.       Aktivitas enzimatis xilosa tertinggi terdapat pada sampel tongkol jagung dengan konsentrasi substrat 10g/100ml, 20 g/100ml, 5 g/100ml, dan yang terendah 15 g/100ml.
g.        Aktivitas enzimatis xilosa tertinggi terdapat pada sampel tongkol jagung dengan konsentrasi substrat 10 g/100ml, 5 g/100ml, 15 g/100ml, dan yang terendah 20 g/100ml.
h.      Aktivitas enzimatis glukosa tertinggi terdapat pada sampel tongkol jagung dengan konsentrasi substrat 10g/100ml, 5 /100ml, 20g/100ml, dan yang terendah 15g/100ml.
i.         Aktivitas enzimatis glukosa tertinggi terdapat pada sampel tongkol jagung dengan konsentrasi substrat 10 g/100ml, 5 g/100ml, 15 g/100ml, dan yang terendah 20 g/100ml.
j.         Titik maksimum laju enzimatik pada aktivitas enzim xilosa TKKS terdapat pada konsentrasi substrat 10g/100ml.
6.2 Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam melakukan praktikum kemudian kondisi dan suasana saat praktikum maupun resitasi lebih dikondusifkan lagi supaya semua materi yang disampaikan didapatkan.



DAFTAR PUSTAKA
Alejandro R., L. Serranoa, A. Morala, A. Pereza dan L. Jimeneza. 2007. Bioresource Technology, 98 (3): 554-559.
Ardiningsih, P., Destiarti, L., Widhiana, E.T., 2015. Produksi dan Karakterisasi Xilanase dari Jamur Xilanolitik Asidofilik. J. Kim. Khatulistiwa 4. 
Biely, P. 1985. Microbial xylanolytic systems. Trends Biotechnol. 3:286290.
Collins, T., Gerday, C., Feller, G., 2005. Xylanases, Xylanase Families and Extremophilic Xylanases. FEMS Microbiol. Rev. 29, 3–23.  
Dekker, R.F.H. 1983. Bioconversion of hemicellulose: Aspect of hemicellulose production by Trichoderma reesei QM 9414 and enzymic saccharification of hemicellulose. Biotechnol. Bioeng. 25:1127-1146.
Indahsari, M. N. 2012. Isolasi Bakteri Selulolitik dari Bekatul dan Uji Aktivitas Enzim Selulase pada Media dengan Berbagai Sumber Nitrogen. Skripsi. Tidak diterbitkan. Kimia. UIN Maliki Malang.
Irawadi, T. T. 1990. Selulase. Bogor: IPB PAU Bioteknologi.
Poliana J, MacCabe AP. 2007. Industrial Enzymes; Structure, Function, and Applications. Dordrecht: Springer. Halaman: 77. ISBN 978-1-4020-5376-4
Richana, N., P. Lestina, dan T.T. Irawadi. 1994. Karakterisasi Lignoselulosa dari Limbah Tanaman Pangan dan Pemanfaatannya untuk Pertumbuhan Bakteri RXA III-5 Penghasil Xilanase. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 23(3):171-176.
Shuler, Michael L dan Fikret Kargi. 2002. Bioprocess Engineering Basic Concepts 2nd Edition. Prentice-Hall, Inc., United States of America.
Winarno. 1983. Enzim Pangan. Gramedia. Jakarta
Winarno, F. G. 1992.  Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.


No comments:

Post a Comment