Tuesday, March 28, 2017

Laporan praktikum 3 BIOPROSES DAN FERMENTASI (YOGHURT)

Yoga Jati Pratama
240210140003
Kelompok 1A Universitas Padjadjaran


IV. HASIL PENGAMATAN & PEMBAHASAN

Tabel 1. Hasil Pengamatan Karakteristik Yoghurt
Kel & % Full Cream
Menit ke-
Warna
Aroma
Kekentalan
pH
Total Padatan
1A
(5%)
40
Putih
Sedikit susu
Encer
5,7
10
2A
(10%)
40
Putih keruh
susu
Tidak terlalu kental
5,6
10,4
3A
(15%)
40
Putih keruh
Susu
Encer
5,6
10,9
4A
(5%)
80
Putih
Sedikit susu
Encer
5,7
10
5A
(10%)
80
Putih keruh
Susu
Tidak terlalu kental
5,6
10,4
6A
(15%)
80
Putih
Susu
Encer
5,6
10,9
7A
(5%)
120
Putih Susu
Khas susu sapi
Cair
5,7
10
8A
(10%)
120
Putih keruh
Khas cream
Tidak terlalu kental
5,6
10,4
9A (15%)
120
Putih keruh
Aroma susu tajam
Encer
5,6
10,09
1B
(5%)
140
Putih keruh
Susu
Sedikit kental
6,1
9,6
2B
(10%)
140
Putih keruh
Khas cream
Sedikit kental
5,6
10,4
3B
(15%)
160
putih
khas cream
encer
5,6
10,9
4B
(5%)
200
Putih keruh
Susu agak asam
Encer
5,6
9,7
5B
(10%)
200
Putih Keruh
Khas Cream
Sedikit Kental
5,6
10,4
6B
(15%)
200
Putih Keruh
Susu
Encer
5,6
10,9
7B
(5%)
240
Putih susu
Asam, tajam
kental
6,1
9,6
8B
(10%)
200
Putih Keruh
Khas cream
Encer
6,1
9,6
9B
(15%)
200
Putih susu
Susu
Cair
6,2
9,7
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)
Tabel 2. Hasil Pengamatan Kuantitatif Total BAL
Kel.
Menit ke-
Pengenceran
SPC (CFU/ml)
10-3
10-4
1A
(5%)
40
5 koloni bakteri
1 koloni bakteri
< 3,0 x 103
(5,0 x 103)
2A
(10%)
40
4 koloni bakteri
2 koloni khamir
0 koloni
4,0 x 103
3A
(15%)
40
25 koloni bakteri
 3 koloni bakteri
< 3,0 x 103
(2,5 x 103)
4A
(5%)
80
29 koloni bakteri
1 koloni khamir
30 koloni bakteri
3,0 x 104
5A
(10%)
80
22 koloni bakteri
27 koloni bakteri
1 koloni kapang
< 3,0 x 103
(2,2 × 103)
6A
(15%)
80
15 koloni bakteri
1 koloni bakteri
1,5 x 104
7A
(5%)
120
46 koloni bakteri
 koloni khamir
19 koloni bakteri
1 koloni kapang
4,6 × 104
8A
(10%)
120
56 koloni bakteri
1 koloni khamir
14 koloni bakteri
2 koloni khamir
5,7 × 104
9A
(15%)
120
21 koloni bakteri
1 koloni khamir
14 koloni bakteri
1 koloni khamir
< 3,0 x 103
(2,1 x 104)
1B
(5%)
140
278 koloni bakteri
159 koloni bakteri
2,78 x 104
2B
(10%)
160
66 koloni bakteri
1 koloni bakteri
6,6 x 10^5
3B
(15%)
160
1 koloni bakteri
52 koloni bakteri
5,2 x 104
4B
(5%)
200
146 koloni
33 koloni
1,46 x 105
5B
(10%)
200
5 koloni bakteri
357 koloni bakteri
1 koloni khamir
5 × 103
6B
(15%)
200
113 koloni
9 koloni
1,13 x 105
7B
(5%)
240
TBUD
127 koloni
<3,0x103
(1,3X105)
8B
(10%)
200
18 koloni bakteri
0 koloni bakteri
1,8 × 104
9B
(15%)
200
(Tidak ada gambar)
42 koloni bakteri
4 koloni bakteri
4,2 × 104
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)




V. PEMBAHASAN
            Yoghurt merupakan salah satu produk fermentasi susu dengan bantuan bakteri asam laktat (BAL). Menurut Chandan (1993), yoghurt mempunyai banyak manfaat bagi tubuh antara lain mengatur saluran pencernaan, antidiare, antikanker, meningkatkan pertumbuhan, membantu penderita lactose intolerance dan mengatur kadar kolesterol dalam darah. Karakteristik yoghurt seperti rasa yang asam dan tekstur yang kental menjadikan beberapa orang tidak menyukainya. Diperlukan adanya diversifikasi dalam pembuatan yoghurt, yaitu dengan membuat produk yoghurt yang tidak terlalu asam dengan menghentikan waktu fermentasi pada tingkat keasaman yang diinginkan dan tekstur yang tidak kental (encer) sehingga mudah untuk diminum yang biasa disebut drink yoghurt (Darma, 2010)
Susu fermentasi dapat dibuat melalui beberapa cara yaitu menambahkan enzim-enzim untuk proses fermentsinya atau menambahkan mikrobia yang dapat melakukan proses fermentasi susu. Indratiningsih, et., al.(2004) mengatakan Cara yang pertama sangat mahal karena enzim-enzim yang harus ditambahkan jumlahnya lebih dari satu dan harus diberikan dalam kondisi dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Oleh sebab itu penambahan mikrobia yang dipilih karena mikrobia tersebut secara alami terdapat pada susu, kita hanya tinggal menginokulasinya menjadi biakan murni untuk selanjutnya diperbanyak dan ditambahkan pada susu yang di fermentasi (Samui. 2005)
Oberman, (1985) mengatakan pada pembuatan yoghurt dilakukan proses fermentasi dengan memanfaatkan bakteri asam laktat misalnya dari golongan Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Streptococcus thermophilus berkembang biak lebih cepat dan menghasilkan baik asam maupun CO2. Asam dan CO2 yang dihasilkan tersebut kemudian merangsang pertumbuhan dari Lactobacillus bulgaricus. Di sisi lain, aktivitas proteolitik dari Lactobacillus bulgaricus memproduksi peptida penstimulasi dan asam amino untuk dapat dipakai oleh Sreptococcus thermophilus. Mikroorganisma ini sepenuhnya bertanggung jawab atas pembentukan tekstur dan rasa yoghurt (Oberman, 1985)

Selama proses fermentasi, bakteri asam laktat akan memfermentasi karbohidrat yang ada hingga terbentuk asam laktat. Pembentukan asam laktat ini menyebabkan peningkatan keasaman dan penurunan nilai pH. BAL akan memanfaatkan gula dalam susu untuk difermentasi menjadi asam laktat hingga terjadi penurunan nilai pH dan peningkatan keasaman.(Hidayat, 2013)
Driessen Ginting, (2005) Rasa asam pada yoghurt merupakan indikasi perkembangbiakan dari percampuran bakteri yang berjalan baik dan cepat. Rasa asam pada yoghurt juga menunjukkan bahwa adanya asam laktat yang telah terbentuk sebagai hasil kerja dari bakteri. Temperatur memegang peranan penting bagi pertumbuhan bakteri. Dalam pengembangbiakannya dengan cara membelah diri, bakteri memerlukan temperatur dan keadaan lingkungan tertentu sehingga daur hidupnya dapat terus berjalan. Menurut Eckles, pengaruh temperatur terhadap mikroorganisma dapat digolongkan 3 bagian yaitu temperatur rendah yaitu di bawah 10°C, biasanya pertumbuhan mikroorganisma menjadi lambat pada temperatur ini. Temperatur sedang yaitu 10–43°C. Diantara susu ini akan didapati suhu optimum bagi organism secara mayoritas. Temperatur tinggi yaitu di atas 43°C. Kebanyakan mikroorganisme mati pada temperatur sekitar dan di atas 60°C. (Ginting, 2005)
Susu fermentasi atau yougurt banyak memiliki peranan penting dalam proses pencernaan tubuh kita. Hal diungkapkan oleh (McLean,dalam Ginting, 2005) bahwa yoghurt dapat menurunkan kadar kolesterol darah, menjaga kesehatan lambung dan mencegah penyakit kanker saluran pencernaan. Manfaat yang terakhir ini dikarenakan yoghurt mengandung bakteri hidup sebagai probiotik dari makanan yang menguntungkan bagi mikroflora dalam saluran pencernaan. Selain itu mengkonsumsi yoghurt membolehkan seseorang yang menderita kelainan lactoce intolerence seolah mampu mengkonsumsi susu.
Praktikum ini akan membahas mengenai pembuatan Bio-yoghurt, isolasi bakteri asam laktat dan kurva pertumbuhan. Yoghurt merupakan susu hasil fermentasi kulturbakteri asam laktat Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus yang hidup secara simbiotik. Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk membandingkan berapa persen isolasi yang tepat untuk bakteri asam laktat serta untuk mengetahui apakah ada kontaminan dalam pembuatan fermentasi yoghurt. Pengolahan susu menjadi yoghurt sudah lama dikenal di Indonesia, hanya saja masih berkisar pada lingkungan kota (Sirait, 1984). Yoghurt dapat dibuat dengan penambahan 1,5 – 3 % kultur bakteri dengan inkubasi pada suhu 42-45 oC selama 3 jam. Produk yoghurt ditandai dengan analisis kadar asam laktatnya yang mencapai 1,9 % dan pH 4– 4,2 (Belizt and Grosch, 1999).
Yoghurt merupakan produk hasil fermentasi susu dengan menggunakan Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus sebagai starternya .Sebagai akibat dari inokulasi kedua starter tersebut dimungkinkan terjadinya degradasi laktosa dan produksi asam laktat yang berakibat pada penurunan pH dan terbentuknya gumpalan yoghurt. Pada saat yang bersamaan, produksi asam laktat mampu menghambat pertumbuhan pathogen. Berbagai produk yoghurt dikembangkan dengan penambahakn probiotik yang sering disebut dengan bio-yoghurt (K. Samui , 2005).
Proses pembuatan bio-yoghurt yakni, 150 ml susu segar dipasteurisasi selama 15 menit pada suhu 700C. Selanjutnya ditambahkan starter stater mikroba intermediate yang terdiri dari Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium dengan kadar 3% 9ml. Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium merupakan bakteri menguntungkan makhluk hidup, yang secara alamiah terdapat pada usus manusia, hidup berdampingan dan saling membantu dengan makhluk hidup. Bakteri probiotik ini kemudian dijadikan sebagai produk industri makanan dalam bentuk serbuk dan tablet suplemen kesehatan. Yogurt atau kefir sendiri sering disebut makanan probiotik (Widodo, W, 2012). Selanjutnya diinkubasi pada suhu 40-45oC selama 4 jam di dalam inkubator. Setiap 40 menit sekali dilakukan isolasi bakteri yang tumbuh pada media MRS agar.
Isolasi dilakukan dengan mengambil 9 ml yoghurt ke dalam tabung reaksi yang berisi NaCl-fis. Pengenceran untuk menit ke- 0 sampai menit ke-240 dilakukan pengenceran 10-3 dengan media MRS dan 10-4 dengan media MRS. Pengenceran dilakukan sampai 10-4 karena yoghurt terbuat dari fermentasi bakteri asam laktat yang jumlahnya minimal adalah 107 (Darma, 2010) dalam produk yoghurt komersil. Pengenceran yang tinggi ini dimaksudkan agar jumlah mikroogarnisme yang dihitung tidak terlalu besar jumlahnya. Isolasi setiap 40 menit sekali ini bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan dari bakteri sehingga dapat dibuat kurva pertumbuhannya. Selanjutnya, setelah pengeceran dimasukkan ke dalam cawan petri lalu dimasukkan media MRS agar. Media MRS merupakan media yang khusus digunakan untuk menumbuhkan bakteri asam laktat, dimana Lactobacillus lactis termasuk jenis bakteri asam laktat yang biasanya terdapat pada keju. Komposisi media MRS agar adalah sebagai berikut: Pepton 10 g, beef extract 10 g, yeast extract 5 g, K2HPO4 2 g, amonium sitrat 2 g, glukosa 2 g, sodium asetat 3H2O 20 g, MgSO4 7H2O 0,58 g, MnSO4 4H2O 0,28 g, agar 15 g, akuades 1000 mL. Cawan petri dimasukkan ke dalam inkubator selama 2 hari pada suhu 45OC untuk diinkubasi. Berikut adalah kurva pertumbuhan bakteri asam laktat dengan berbagai inokulum 5, 10 dan 15%.
 Gambar 2.Kurva Pertumbuhan dengan berbagai macam konsentrasi susu full cream
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)

Yoghurt dengan susu full cream 5%
            Bio-yoghurt yang dibuat dengan susu full cream 5% menggunakan inokulum sebanyak 3%, 9ml. Lalu dinkubasi selama 4 jam dalam inkubator dan dibuat pengencerannya setiap 40 menit. Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 1A,4A,7A tekstur yoghurt yang dihasilkan berwarna putih encer dan beraroma sedikit susu serta memiliki padatan 10 dan berpH 5,7, kemudian untuk pengamatan yang dilakukan oleh kelompok 1B,4B,7B hasil tidak jauh berbeda hanya berbeda pada kekentalannya saja pada menit 140 yaitu memiliki sedikit kekentalan dan ber Ph 6,1. Berdasarkan hasil pengamatan kelompok-kelompok tersebut bio-yoghurt yang dihasilkan berubah menjadi lebih kental bila dibandingkan dengan susu cair.
            Pengamatan selanjutnya adalah pengamatan yang dilakukan dengan mengisolasi mikroorganisme yang tumbuh pada bio-yoghurt yang di inkubasi selama 2 hari. Selanjutnya, mikroorganisme yang telah diisolasi menggunakan agar cawan lalu dihitung nilai SPCnya dan dibuat kurva pertumbuhannya.
            Berdasarkan kurva tersebut dapat terlihat pertumbuhan mikrooganisme yang tumbuh pada bio-yoghurt. Menit ke-40 sampai menit ke-80 merupakan fase pertumbuhan awal terdapat perubahan jumlah mikroorganisme. Berdasarkan pengamatan dibawah mikroskop bakteri yang hidup pada selang waktu ini memiliki bentuk kokus dan bergram negatif (berwarna merah). Kemungkinan bakteri yang tumbuh pada selang waktu ini adalah  Streptococcus theromophillus hal ini sesuai dengan literatur bahwa pada awal fermentasi, Streptococcus thermophilus tumbuh dengan cepat dan mengakibatkan akumulasi asam laktat dan asam asetat, asetaldehida, diasetil serta asam format. Adanya zat-zat tersebut dan perubahan potensial oksidasi-reduksi pada medium (yoghurt), merangsang pertumbuhan Lactobacillus bulgaricus. Pada akhir fermentasi, yoghurt mempunyai pH 4,2 – 4,3 (Oberman, 1985). Hingga menit ke-80 bakteri yang tumbuh terus bertumbuh banyak yaitu 3,0 x 104. pada menit ke- 120 dan bakteri masuk pada fase statis di menit ke 200 dalam fase tersebut jumlah mikroorganisme hidup dan mati berbanding sama yang diakibatkan oleh habisnya nutrisi yang ada pada media MRS (Widodo, 2012), kemudian mengalami penurunan hingga menit 240 yang diakibatkan oleh habisnya nutrisi yang ada pada media tersebut. Selain itu pengenceran 10-3 lebih banyak dibanding pengenceran 10-4 Hal ini sesuai dengan literatur, bahwa apabila suatu larutan yang mengandung sel-sel mikroorganisme diencerkan terus menerus, akhirnya akan diperoleh suatu larutan dimana tidak dijumpai  sel lagi yaitu dikatakan steril (Buckle, et al, 2013). Kemungkinan terdapat kontaminasi mikrooganisme lain pada pengenceran ini. Menit ke- 200 nilai SPCnya adalah 1,46 x 105 dan pada menit 240 nilai SPCnya menjadi 1,3X105.
Yoghurt dengan susu full cream 10%
Bio-yoghurt yang dibuat dengan susu full cream 10% dan inokulum 3% menggunakan inokulum sebanyak 9ml. Lalu dinkubasi selama 4 jam dalam inkubator dan dibuat pengenceranna setiap 40 menit. Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 2A,5A,8A tekstur yoghurt yang dihasilkan berwarna putih keruh menjadi tidak terlalu kental, masih beraroma dan memiliki rasa susu tapi sedikit asam. Pengamatan kelompok 2B,5B,8B bio-yoghurt yang dihasilkan sama dengan kelas A yaitu putih keruh tidak terlalu kental dan memiliki aroma susu. Perbedaan dari kesemua kelompok yaitu terdapat pada pH dan total padatannya saja. Berdasarkan hasil pengamatan kelompok-kelompok tersebut bio-yoghurt yang dihasilkan berubah menjadi lebih kental bila dibandingkan dengan susu cair.
            Pengamatan selanjutnya adalah pengamatan yang dilakukan dengan mengisolasi mikroorganisme yang tumbuh pada bio-yoghurt yang dinikubasi selama 2 hari. Selanjutnya, mikroorganisme yang telah diisolasi menggunakan agar cawan lalu dihitung nilai SPCnya dan dibuat kurva pertumbuhannya.
            Berdasarkan kurva tersebut dapat terlihat pertumbuhan mikrooganisme yang tumbuh pada bio-yoghurt. Menit ke-40 sampai menit ke-80 merupakan fase pertumbuhan awal terdapat perubahan jumlah bakteri yang tumbuh. Berdasarkan pengamatan dibawah mikroskop bakteri yang hidup pada selang waktu ini memiliki bentuk basil dan bergram negatif (berwarna merah). Menit ke-120 bakteri yang tumbuh mengalami kenaikan yang sangat luar biasa cepat dan pada menit 160 mengalami fase statis dimana bakteri hidup dan mati sebanding (Widodo, 2012) dan kemudian mengalami penurunan yang sangat signifikan hingga menit 200. Namun pada menit ke- 240 terjadi kenaikan kembali meskipun sedikit kemungkinan pada selang waktu ini merupakan fase pertumbuhan lambat karena pada fase ini pertumbuhan sel tidak stabil, tetapi populasi masih naik karena jumlah sel yang tumbuh masih lebih banyak daripada sel mati (Sukarminah, et al, 2010). Berdasarkan pengamatan dibawah mikroskop menunjukan bakteri yang hidup pada kurva ini memiliki bentuk basil dan bergram negatif (berwarna merah). Kemungkinan bakteri yang tumbuh pada selang waktu  120 hingga 200 ini adalah bakteri Proteus, yang merupakan bakteri proterolitik adalah bakteri yang dapat memecah protein karena adanya enzim pemecah protein yang diproduksi di dalam sel  (Sukarminah, et al, 2010) sehingga kemungkinan bakteri ini tumbuh pada yoghurt karena adanya kandungan protein pada susu. Bakteri proteus pada pembuatan yoghurt menunjukkan adanya kontaminasi karena bakteri yang diharapkan tumbuh adalah bakteri Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus acidopihillus dan Bifidobacterium.
Pada konsentrasi ini merupakan pertumbuhan bakteri yang paling tinggi dibandingkan selang waktu pada konsentrasi 5% dan 10%. pada fase logaritmik sel mikrooganisme membelah dengan cepat dan kosntan dimana pertambahan jumlahnya mengikuti kurva logaritmik (Sukarminah, et al, 2010). Pada menit ke 200 hingga 240 Kemungkinan bakteri yang tumbuh pada selang waktu ini adalah Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium. Berdasarkan pengamatan dibawah mikroskop bakteri yang hidup pada selang waktu menit ke- 240 memiliki bentuk kokus dan bergram positif (berwarna unggu). Kemungkinan bakteri yang tumbuh pada selang waktu ini adalah Streptococcus thermophillus.

Yoghurt dengan Inokulum 15%
Bio-yoghurt yang dibuat dengan inokulum 3% menggunakan inokulum sebanyak 9ml. Lalu dinkubasi selama 4 jam dalam inkubator dan dibuat pengenceranya setiap 40 menit. Pengamatan kelompok 3A,6A,9A, bio-yoghurt yang dihasilkan berwarna putih keruh, encer tapi terdapat gumpalan, memiliki aroma dan rasa susu. Berdasarkan hasil pengamatan kelompoik 3B,6B,9B tekstur yoghurt yang dihasilkan berwarna putih khas cream dan encer, masih beraroma dan memiliki rasa susu. Berdasarkan hasil pengamatan kelompok-kelompok tersebut bio-yoghurt yang dihasilkan berubah menjadi lebih kental bila dibandingkan dengan susu cair.
            Pengamatan selanjutnya adalah pengamatan yang dilakukan dengan mengisolasi mikroorganisme yang tumbuh pada bio-yoghurt yang diInikubasi selama 2 hari. Selanjutnya, mikroorganisme yang telah diisolasi menggunakan agar cawan lalu dihitung nilai SPCnya dan dibuat kurva pertumbuhannya.
            Berdasarkan kurva tersebut dapat terlihat pertumbuhan mikrooganisme yang tumbuh pada bio-yoghurt. Menit ke-40 sampai menit ke-80 merupakan fase adaptasi karena pada fase ini mikrooganisme melakukan penyesuaian diri dengan media, jumlah sel tetap tetapi kadang-kadang menurun (Sukarminah, et al, 2010).
Menit ke-120 sampai menit ke- 160 bakteri yang tumbuh mengalami kenaikkan, kemungkinan ini merupakan fase pertumbuhan awal yakni kecepatan pembelahan sel masih rendah (Sukarminah, et al, 2010). Namun, pada menit ke-200 terjadi penurunan pertumbuhan bakteri. Kemungkinan pada selang waktu ini merupakan fase logaritmik karena sel mikroorganisme membelah dengan cepat dan konstan, dimana pertumbuhan jumlahnya mengikuti kurva logaritmik (Sukarminah, et al, 2010). 
Menit ke-200 sampai menit ke-240 mengalami penurunan pada selang waktu ini merupakan fase kematian kurva menunjukan penurunan yang cukup signifikan hingga hampil menyentuh titik nol (Sukarminah, et al, 2010).
Menurut Hidayat,(2013) dapat diketahui bahwa kecepatan pertumbuhan bakteri meningkat dengan meningkatnya konsentrasi inokulum yang digunakan. Menurut Kusmajadi et al (1988), bahwa tingkat konsentrasi starter yang digunakan juga akan mempengaruhi kecepatan perombakan laktosa pada waktu dan suhu inkubasi yang sama. Peningkatan konsentrasi starter berarti peningkatan jumlah mikrobia. Peningkatan tersebut akan diikuti dengan peningkatan aktivitas serta perkembangbiakan serta pada media serta kondisi yang ideal, kemudian terjadi peningkatan perombakan laktosa menjadi asam laktat. Berdasarkan hal itu, semakin banyak konsentrasi inokulum yang digunakan maka semakin cepat pertumbuhan mikroorganisme. Jumlah bakteri yang hidup pada yoghurt masih dalam batas normal karena menurut Indratiningsih et al (2004), jumlah minimal sel probiotik hidup untuk dapat berperan sebagai agensi pemacu kesehatan adalah 106 CFU/ml serta menurut Chandan dan Shahani (1993), menambahkan bahwa jumlah mikrobia yang aktif yang harus terdapat dalam yoghurt paling sedikit 107 CFU/ml.  Analisa kualitatif mikrobiologi pada bahan pangan penting dilakukan
untuk mengetahui mutu bahan pangan.
Rasa asam pada bio-yoghurt dihasilkan oleh asam laktat. Peningkatan kadar inokulum menyebabkan peningkatan kadar asam, hal ini disebabkan karena aktivitas Lactobacillus bulgaricus sebagai bakteri asam laktat yang mampu mengubah laktosa dalam susu menjadi asam laktat. Rasa asam disebabkan oleh donor proton, intensitas rasa asam tergantung pada ion H+ yang dihasilkan oleh hidrolisis asam (Winarno, 1991). Berdasarkan hal itu maka semakin banyak inokulum maka akan dihasilkan yohurt yang lebih asam karena  lebih banyak bakteri yang mengubah laktosa menjadi asam laktat. Aroma yang dihasilkan juga mengalami perubahan dari aroma susu menjadi aroma asam.  Menurut Widodo( 2003), aroma  ini berasal dari substansi yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat dan komponen volatil memberikan karakteristik asam dan aroma yoghurt.
Perbedaan konsentrasi susu full cream memberikan pengaruh terhadap tekstur rasa dan aroma juga pengadaptasian bakteri pada yoghurt, pada tekstur ini disebabkan karena terjadi penurunan pH sehingga yoghurt menjadi kental atau semi solid. Padatan total dalam susu juga berperan untuk pembentukan tekstur dan aroma yoghurt yang baik (Widodo, 2003). Semakin banyak konsentrasi starter maka semakin banyak bakteri asam laktat yang mengubah laktosa menjadi asam laktat sehingga semakin banyak asam laktat yang dihasilkan maka pH akan semakin turun.
Tekstur yoghurt yang dihasilkan bila dibandingkan dengan susu lebih kental, tapi teksturnya masih cair. Menurut Legowo (2002) Tekstur dari yoghurt yang dihasilkan menentukan apakah yoghurt tersebut berkualitas baik. Yoghurt yang baik memiliki tekstur yang lembut seperti bubur, tidak terlalu encer dan tidak pula terlalu padat.
Menurut
.



V. KESIMPULAN dan SARAN

5.1 kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari praktikum mengenai pembuatan Bio-yoghurt, isolasi bakteri asam laktat dan kurva pertumbuhan adalah :
1.                  Kurva paling baik yaitu pada konsentrasi susu full cream 5% yang menunjukan kurva yang sesuai dengan literatur.
2.                  Semakin banyak Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium yang dapat memecah laktosa menjadi asam laktat maka semakin asam yoghurt yang dihasilkan.
3.                  Terjadi kontaminasi pada susu full cream 10% kurva teresebut merupakan paling tinggi pertumbuhan bakterinya di banding dengan konsentrasi susu full cream 5% dan 15%.
4.                  Waktu inkubasi yang optimum untuk pertumbuhan bakteri pada pembuatan yoghurt adalah 4 jam karena pada waktu ini jumlah mikrooganisme yang dihasilkan paling banyak( > 105).
5.                  Tekstur, rasa dan aroma pada bio-yoghurt dipengaruhi karena adanya perombakkan laktosa menjadi asam laktat oleh bakteri sehingga menghasilkan tekstur yang lebih kental, rasa dan aroma asam bila dibandingkan dengan susu cair.
6.                  Streptococcus thermophillus berperan pada awal fermentasi yoghurt sedangkan Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium berperan pada tahap akhir fermentasi serta berperan dalam pembentukkan rasa asam pada yoghurt.

5.2 Saran
            Saran pada praktikum kali ini yaitu praktikan sebelumnya harus memahami dan membaca prosedur terlebih dahulu sehingga ketika akan melakukan isolasi bakteri tidak akan terjadi kesalahan sehingga hasil dari praktikum sesuai dengan literatur.








DAFTAR PUSTAKA


Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, dan Wootton. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah: Hari Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.

Chandan, R. C. dan K. M. Shahani, 1993. Yogurt. In: Dairy Science and Technology Handbook. 2. Product Manufacturing. Y. H. Hui, Ed. VCH, Pub. Inc., USA.

Darma, 2010. Bioteknologi Fermentasi. [online]. Tersedia: http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/bioteknologi-fermentasi/-diakses-12-12-2016

Hidayat, I.R. 2013. Total Bakteri Asam Laktat, Nilai Ph Dan Sifat Organoleptik Drink Yoghurt Dari Susu Sapi Yang Diperkaya Dengan Ekstrak Buah Mangga. Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p 160 – 167. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj

Indratiningsih, Widodo, Siti, dan W. Endang. 2004. Produk yoghurt shiitake
sebagai pangan kesehatan berbasis susu. Jurnal teknologi dan industry pangan. 25 (1); 54-60

K, Samui. 2003. Bio-Yoghurt. (Diakses pada tanggal 12 Desember 2016 terdapat dalam www.siamdir.com )

Kusmajadi, Suradi, Dedeh, D., Udju. D., Rusdi, dan N. Djuarnani. 1988.Pengaruh
Tinggkat dan Jenis Penambahan Starter Pada Pembuatan Yoghurt. PenerbitLiberty.Yogyakarta.

Legowo, A. M. 13 September 2002. Yoghurt untuk Kesehatan. Kompas, Jakarta

Oberman, H., 1985. Fermented Milk, Microbiology of Fermented Foods. Elsevier Applied Science Publisher, London.

Sukarminah, E. D. M. Sumanti, dan I. Haniah. 2010. Mikrobiologi Pangan. Unversitas Padjajaran,  Jatinangor.

Sirait, C.H., 1984, Proses Pengolahan susu Menjadi Yoghurt. Wartazoa, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.

Widodo. 2003. Bioteknologi Industri Susu. Lacticia Press. Yogyakarta

Widodo, W. 2012. Bioteknologi Fermentasi Susu. Pusat Pengembangan Bioteknologi Universitas Muhammadiyah Malang


Winarno, F. G., 1991, Kimia Pangan dan Gizi. PT.Gramedia. Jakarta

No comments:

Post a Comment