Tuesday, March 28, 2017

Laporan praktikum 1 ANALISIS PANGAN (KADAR AIR DAN KADAR ABU TOTAL)

PRAKTIKUM ANALISIS KADAR AIR, DAN KADAR ABU TOTAL
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN

Yoga Jati Pratama (240210140003)

Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor
Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022) 7798844, 779570 Fax. (022) 7795780 Email: yoga.jpratama1@gmail.com
Asdos : Estakania

Abstract
            Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kadar air dan kadar abu total pada sampel. Analisis kadar abu total pada bahan pangan menggunakan metode pengeringan, pada analisis kadar air dengan metode thermovolumetri dan metode thermogravimetri, dengan sampel yang berbeda pada setiap pengujian di setiap metode. Pada dasarnya abu adalah bahan organik sisa pembakaran pada suhu 600oC selama 5 jam. Kadar abu ada hubungannya dengan kandungan mineral suatu bahan. Kandungan abu dan komposisinya berbeda antara bahan yang satu dengan bahan yang lainnya, bergantung pada macam bahan dan cara pengabuan. Pada praktikum ini menggunakan cara kering dengan prinsip mengoksidasi semua zat organik pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500-600oC dan kemudian melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut. Sedangkan Thermogravimetri adalah metode analisa kuantitatif dengan menghitung dengan tepat jumlah berat sampel melalui proses pemanasan. kemudian thermovolumetri merupakan teknik penetapan jumlah sampel melalui perhitungan volume. Praktikum dilakukan di Laboratorium kimia pangan FTIP UNPAD.

Kata kunci : kadar air, kadar abu, thermovolumetri, thermogravimetri






PENDAHULUAN

            Sebagian besar bahan makanan, yaitu sekitar 96% terdiri dari bahan organik dan air sedangkan sisanya merupakan unsur - unsur mineral. Unsur mineral juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Dalam proses pembakaran, bahan-bahan organik terbakar tetapi zat anorganiknya tidak, karena itulah disebut abu.
berbagai jenis makanan yang sering dikonsumsi sehari-hari terdiri dari berbagai macam kandungan yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Seperti karbohidrat, protein, mineral, lemak, dan vitamin. Kelima komponen tersebut harus ada dalam tubuh manusia untuk mencukupi gizi yang dibutuhkan oleh tubuh setiap harinya.
Jenis makanan yang dikonsumsi sebagian besar mengandung air yang berlebihan. Terdapat jumlah kandungan air yang berbeda pada setiap bahan pangan dan hal itu dapat ditentukan dengan berbagai metode dan prinsip. Selain kadar air, kadar abu juga merupakan satu hal yang penting dalam suatu bahan pangan. Kadar abu juga berbeda untuk setiap jenis bahan pangan.
Kadar air dan kadar abu merupakan dua hal yang sangat penting yang harus diketahui pada suatu bahan pangan untuk mengetahui baik tidaknya bahan pangan tersebut untuk di konsumsi, baik atau tidaknya bahan pangan tersebut untuk diolah, dan baik tidaknya bahan  tersebut untuk di konsumsi oleh masyarakat. Penjelasan tersebut dianggap penting untuk dilakukannya praktikum mengenai kadar air dan abu suatu bahan pangan agar kita dapat mengetahui kandungan kadarair dan kadar abu pada suatu bahan pangan.


Metodologi

Sampel
Kel
W cawan
W sampel awal
W sampel kering
Kadar air
BB
%
DB
%
Pisang 1
18,90g
1,0019g
0,3953g
60,54
153,45
2
19,57g
1,0016g
0,3889g
61,17
157,55
t.pisang 6
19,07g
1,0037g
0,8827g
12,06
13,71
7
19,42g
1,0040g
0,9116g
9,203
10,13
            Alat yang digunakan pada praktikum ini sesuai yang dianjurkan menurut SNI 2891:1992 cara uji makanan dan minuman yaitu cawan alumunium, oven, neraca analitik, krustang, desikator, labu didih, batu didih, heating mantle, neraca analitik, alat aufhauser, cawan porselen, tanur listrik dan bahan yang digunakan tepung terigu, nugget, toluene, xylitol, susu kental manis, pisang, tepung pisang.
            Adapun tiga prosedur yang harus dilakukan untuk pengujian tersebut pertama yaitu analisis kadar air dengan metode thermogravimetri pertama masukan 1 gram sampel (tepung pisang/pisang (sudah di tumbuk halus) masukan pada cawan konstan kemudian masukan kedalam oven dengan suhu 105°C dengan waktu 3 jam, setelah itu dinginkan dalam desikator kemudian ditimbang dan ulangi hingga bobot tetap.

Kadar air = )x 100%
            Kedua analisis kadar air dengan metode thermovolumetri pertama siapkan terlebih dahulu 5 gram sampel (susu kental manis) masukan pada labu didih tambahkan pelarut toluene atau xylitol 80ml kemudian destilasi selama 1-2 jam setelah itu baca volume air yang tertampung
Kadar air = )x 100%

            Ketiga analisis kadar abu total siapkan 1 gram sampel (nugget/teppung terigu) masukan pada cawan porselin kemudian tanur dengan suhu 600°C selama 5 jam setelah itu masukan pada desikator selama 30 menit kemudian timbang.
Kadar abu = )x 100%

Hasil dan Pembahasan
            Hasil analisa kadar air metode gravimetri dengan sampel pisang yang sebelumnya di tumbuk terlebih dahulu telah dilakukan oleh kelompok 1,2 dan sampel tepung pisang oleh kelompok 6,7  berikut adalah tabel hasil pengamatan yang dilakukan oleh kelompok 1,2 dan 6,7
Tabel 1. Penentuan kadar air metode thermogravimetri
(Sumber : Dokumentasi pribadi , 2016).
            Gravimetri adalah cara pengeringan secara langsung karena tidak dilakukan penambahan bahan/reagen dalam proses pengeringan, untuk bahan yang akan dikeringkan menggunakan gravimetric tidak boleh mengandung karbohidrat yang tinggi sebab dikhawatirkan akan terjadi karamelisasi yang akan membentuk kerak
Menurut data dari lab. Kimia pangan dan pekan B2PTTG-LIPI (2010) kadar air standar untuk buah pisang yang baik berkisar 60-63% itu artinya buah pisang yang digunakan sebagai sampel telah memenuhi standar, dimana dari percobaan ini diperoleh kadar air untuk sebanyak 60,545%  dan 61,17% sedangkan standar kadar air untuk tepung pisang yang baik adalah 7-8% itu artinya tepung pisang ini belum memenuhi standar, dimana didapat nilai dari percobaan ini diperoleh kadar air sebanyak 12,06 % dan 23,94%. Hasil tersebut dapat disebabkan karena proses destilasi, sampel tidak cepat-cepat ditambang sehingga sampel kembali menyerap air yang ada di udara mengingat sifat tepung pisang ini hidroskopis terhadap udara
            Mengingat pada prosedur dipanaskan suhu harus bertahap tidak langsung 105°C. hal ini karena untuk mencegah terjadinya fase hardening dimana proses pengeringan tidak berjalan sempurna sehingga menyebabkan pengeringan yang tidak merata, karena suhu optimum pengeringan antara 102-110°C.

Sampel
Kel
W sampel
V air
(ml)
Kadar air
Susu kental manis
8
5,0135g
1,2 ml
23,94 %

3
5,0324g
1,2 ml
23,80 %

 Tabel 2. Penentuan kadar air metode thermovolumetri
 (Sumber : Dokumentasi pribadi, 2016).
Dari hasil data diatas dapat diketahui bahwa kadar air bahan akan terapung dalam tabung yang diketahui volumenya. Air berada diatas toluene karena berat jenis air lebih kecil daripada toluene. Sehingga air dan toluene tidak menyatu praktikum kali ini menggunakan destilasi azeptop, destillasi ini digunakan untuk bahan-bahan yang sulit untuk dipisahkan. Destilasi pada praktikum ini digunakan pelarut toluene yang mengikat air kemudian akan membawa air yang terkandung pada susu kental manis kemudian akan ditampung dalam tabung, karena perbedaan berat jenisnyamaka air toluene tidak menyatu toluna memiliki berat jenis yang lebih ringan dari air, yaitu 0,866 g/ml dengan titik didih yang lebih tinggi dari air, yaitu 110,6°C (Nielsen, S.S, 2003) Sehingga air yang dihasilkan ialah kadar air murni. Berikut adalah hasil dokumentasi dari rangkaian destilasi yang digunakan
 








Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa presentase kadar abu untuk sampel tepung terigu adalah 0,49% dan 0,45%, sedangkan menurut SNI (01-3751-2009) kadar abu pada tepung terigu tidak boleh dari 0,70%. Itu artinya kadar abu yang terdapat dalam kadar batas

Keterangan : 1 = heating mantle,
           2 = labu didih              
           3 = kondensor volume
           4 = kondensor
            Rata-rata kadar air yang dihasilkan sebesar 23,87% besar kadar air dihitung dengan menggunakan persamaan kadar air = v/w = 100%
 Tabel 3. Penentuan kadar abu total
Sampel
Kel
W cawan (w2)
W cawan + sampel abu (w1)
W sampel (w)
Kadar abu
T.terigu
4
11,9050
11,9099
1,0056
0,49 %
5
11,7710
11,7755
1,0021
0,45 %
Nugget 9
12,0617
12,0827
1,0037
2,09 %
10
12,0524
12,0733
1,0059
2,07 %
`(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2016).
Penentuan abu total dilakukan dengan tujuan untuk menentukan baik tidaknya suatu proses pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan, serta dijadikan parameter nilai gizi bahan makanan. (Setiasih , 2009).
Persen kadar abu diatas didapat dengan metode analisis kadar abu tanpa metode kadar air terlebih dahulu(cara kering).
Diketahui presentase kadar abu untuk sampel tepung terigu adalah 0,49% dan 0,45% sedangkan menurut SNI (01-3751-2009) kadar abu pada tepung terigu tidak boleh ebih dari 0,70% itu artinya kadar au yang terdapat dalam tepung terigu yang diuji masih dalam kadar batas aman sehingga memenuhi standar apabila dijadikan sebagai bahan pangan, presentase kadar abu untuk sampel nugget adalah 2,09% dan 2,07%, sedangkan menurut SNI (0442-2009) standar kadar abu nugget yang baik adalah <1% sehingga dapat dinyatakan bahwa sampel memiliki kualitas yang kurang baik, ketidaktepatan hasil ini bisa disebabkan oleh faktor praktikan yang terlalu lama membiarkan sampel ditempat terbuka  sehingga menyebabkan sampel menarik udara sekitar sehingga bobot sampel bertambah atau bisa karena desikator yang kurang menyerap kembali uap air yang kembali masuk ke dalam bahan pangan, sehingga menyebabkan kadar abu yang melebihi standar.
KESIMPULAN
  1. Kesimpulan

1.   Kandungan Kadar air dan kadar abu pada suatu bahan  pangan dapat diketahui dengan penentuan kadar air metode thermogravimetri atau thermovolumetri, dan  penentuan kadar abu dengan metode tanur.
2.   Kandungan abu dalam suatu bahan menunjukkan kadar mineral dalam bahan.
3.   Semakin kecil kadar abu yang diperoleh, maka kandungan mineral dalam bahan juga akan semakin kecil.
4.   Standar mutu kadar air pada pisang yaitu 60-63%
5.   Standar mutu kadar abu yang baik untuk tepung terigu adalah <0,70%
6.   Standar mutu kadar abu yang baik untuk nugget adalah <1%

  1. Saran
Sebaiknya untuk kedepannya praktikan dapat lebih teliti dan hati-hati dalam melakukan praktikum, baik dalam penimbangan sebelum  perlakuan, penghalusan dan penimbangan setelah perlakuan agar hasil yang diperoleh bisa lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Nielsen, S.S 2003. Food Analysis third edition, khiwer academic plenum publishers : New York.

Jurnal pengaruh maltodekstrin dan substitusi tepung pisang, Agus Triyono, balai besar pengembangan teknologi tepat guna – LIPI

Setiasih, 2009 Pengantar Teknologi Pangan. PT Bumi Akasa. Jakarta

Sudarmadji,Slamet dkk. 2010.  Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty Yogyakarta. Yogyakarta



No comments:

Post a Comment