Yoga Jati Pratama
240210140003
Kelompok 1A Universitas Padjadjaran
240210140003
Kelompok 1A Universitas Padjadjaran
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Desinfekatan merupakan suatu unsur kimia yang digunakan
untuk mematikan jasad renik pada permukaan, tetapi terlalu beracun untuk
dipakai langsung pada jaringan. Penggunaan desinfektan harus memperhatikan
sifat beracun atau tidaknya bahan tersebut pada jaringan menyebabkan rasa sakit
atau tidak, memakan logam atau tidak, dan stabil atau tidak stabil. (Winarno,
F.G. 2002)
Disinfektan digunakan untuk
mengendalikan pertumbuhan dan kontaminasi dengan mikroba. Pengendalian yang
dimaksud artinya semua kegiatan yang dapat membunuh, menghambat, dan sebagai
anti metabolik.
Mikroorganisme yang dihambat
mempunyai proses penghambatan yang sama dan perbedaannya adalah sifat resisten
yang berbeda-beda antara lain mikroorganisme satu dengan yang lainnya. Sifat
resisten ini dapat dipengaruhi oleh kandungan lipid pada membran selnya. Teknik
dan cara-cara yang digunakan dapat dengan cara fibrik atau kimiawi diantaranya
dapat menggunakan senyawa-senyawa fenolik, alcohol, chlor, iodium, dan senyawa-senyawa
lain yang mempunyai ciri komposisi molekuler yang dapat menyebabkan terjadinya
reaksi.
Disinfektan merupakan proses yang
mematikan semua mikroorganisme patogen dengan cara kimiawi atau fisik.
Disinfeksi mempunyai daya kerja terhadap vegetatif dari mikroorganisme, tetapi belum tentu mematikan sporanya,
sedangkan antiseptis merupakan proses yang mencakup inakvikasi atau mematikan
mikroorganisme dengan cara kimiawi. Antiseptik dapat bersifat bakterisidal atau
bakteri kostatik. Proses bakteri kostatik hanya menghentikan pertumbuhan
bakteri. Istilah disinfeksi dan antiseptis secara umum sulit dibedakan, sehingga
penggunaanya boleh dikatakan sinonim. Komponen-komponen disinfektan terdiri
dari:
1. Garam atau
basa yang kuat dengan komponen-komponen ammonium yang
terdiri dari empat bagian.
2. Adanya unsur
radikal dalam gram atau basa tersebut.
3. Radikal
merupakan golongan alifat dan asam sulfat.
Menurut
Pelzar dan Chan menyatakan bahwa bakteri yang lebih muda kurang daya tahannya
terhadap disinfektan jika dibandingkan bakteri yang luar yang memberikan hasil
zona hambat yang terbentuk. Hal ini juga sesuai dengan sifat dari dinding sel
dari bakteri.
Struktur dinding bakteri gram positif adalah
tebal dan berlapis tunggal dengan kandungan peptidoglikan yang tinggi serta
lebih resisten terhadap gangguan fisik maupun kimia dibandingkan dengan
struktur dinding sel dari kedua jenis bakteri ini jelas berbeda karena bakteri
gram negatif.
Permeabilitas
dinding sel dari jenis bakteri ini jelas berbeda karena bakteri gram negatif
mengandung peptidoglikan lebih sedikit sehingga memiliki pori-pori yang besar
dibanding gram positif sehingga bakteri gram positif lebih rentan terhadap
antibiotik.
Rusaknya
membran sitoplasma berkaitan dengan tegangan permukaan yang mempengaruhi
lapisan atau membran sel dari bakteri yang bersifat elatis. Tegangan permukaan
tersebut akan diteruskan kedalam membran sitoplasma kemudian sel beradaptasi di
dalamnya. Adanya diinfeksi yang bersifat bakteri ostatik merubah tegangan
permukaan yang ada sehingga bakteri tidak dapat menyesuaikan diri dan terhambat
pertumbuhannya. Beberapa kelompok utama disinfektan yaitu:
1. Fenol dan
persenyawaan penolat
2. Alkohol
3. Hidrogen
4. Logam berat
dan persenyawaannya
5. Detergen
6. Aldehid
7. Kemosferilisator
gas
8. Oxidator
9. Aerosol
10. Zat warna
11. Yodium
12. Kresol dan
preparat chlor
4.1 Hasil pengamatan
Tabel 1. Data hasil pengamatan
pengenceran yang dilakukan oleh kelas TPN- A.
Sampel
|
Pengenceran
|
Waktu
|
||
5’
|
10’
|
15’
|
||
Kresol
(lab.sensori)
|
1:25
|
+
|
+
|
+
|
1:30
|
+
|
+
|
+
|
|
1:35
|
+
|
+
|
+
|
|
1:40
|
+
|
+
|
+
|
|
1:45
|
+
|
+
|
+
|
|
1:50
|
+
|
+
|
+
|
|
Alkohol
96%
(lab
mikpang)
|
1:25
|
+
|
+
|
+
|
1:30
|
+
|
+
|
+
|
|
1:35
|
+
|
+
|
+
|
|
1:40
|
+
|
+
|
+
|
|
1:45
|
+
|
+
|
+
|
|
1:50
|
+
|
+
|
+
|
|
Fenol
(lab kimpang)
|
1:25
|
+
|
+
|
+
|
1:30
|
+
|
+
|
+
|
|
1:35
|
+
|
+
|
+
|
|
1:40
|
+
|
+
|
+
|
|
1:45
|
+
|
+
|
+
|
|
1:50
|
+
|
+
|
+
|
Sumber : (Dokumentasi pribadi,2015)
Tabel 2. Data hasil pengamatan
pengenceran yang dilakukan oleh kelas TPN- B.
Sampel
|
Pengenceran
|
Waktu
|
||
5’
|
10’
|
15’
|
||
Sirih
|
1:25
|
+
|
+
|
+
|
1:30
|
+
|
+
|
+
|
|
1:35
|
+
|
+
|
+
|
|
1:40
|
+
|
+
|
+
|
|
1:45
|
+
|
+
|
+
|
|
1:50
|
+
|
+
|
+
|
|
Alkohol
70%
|
1:25
|
+
|
+
|
+
|
1:30
|
+
|
+
|
+
|
|
1:35
|
+
|
+
|
+
|
|
1:40
|
+
|
+
|
+
|
|
1:45
|
+
|
+
|
+
|
|
1:50
|
+
|
+
|
+
|
|
Fenol
|
1:25
|
+
|
+
|
+
|
1:30
|
+
|
+
|
+
|
|
1:35
|
+
|
+
|
+
|
|
1:40
|
+
|
+
|
+
|
|
1:45
|
+
|
+
|
+
|
|
1:50
|
+
|
+
|
+
|
Sumber : (Dokumentasi pribadi,2015)
4.2 Pembahasan
Mikroorganisme yang ada di sekitar kita dapat menyebabkan
banyak bahaya, penyakit dan kerusakan. Mikroorganisme tersebut disingkirkan
atau dihambat pertumbuhannya atau bisa dibunuh. Salah satunya dengan bahan
kimia yang disebut desinfektan. Bahan anti mikrobial kimia tersebut dapat
dikelompokkan menjadi tujuan golongan utama yaitu fenol dan persenyawaannya,
alkohol, halogen, logam berat dan persenyawaanya, detergen, aldehida, dan
kemosterilisator gas. Namun yang digunakkan dalam praktikum kali ini adalah
alkohol 70%, alkohol 96%, sirih, kresol dan fenol.
Salah satu
cara pengujian desinfektan yang umumnya dipakai di laboratorium adalah metode
pengenceran dimana kekuatan desinfektan dinyatakan dengan koefisien fenol.
Metode koefisien fenol merupakan uji yang telah dibukukan dengan baik. Dalam
metode ini, mikroorganisme uji
dimasukkan dalam larutan fenol murni dan larutan zat kimia yang akan di
evaluasi pada berbagai taraf pengenceran. Koefisien fenol dinyatakan sebagai
suatu bilangan dan dihitung dengan cara membandingkan aktivitas suatu larutan
fenol dengan pengenceran terhadap aktivitas larutan zat kimia dengan
pengenceran tertentu yang sedang diuji.
Adapun prosedur yang dilakukan untuk
membuat pengenceran tersebut, sebelumnya siapkan terlebih dahulu 6 tabung
reaksi kemudian disusun dan diberi nomor urut dari kiri ke kanan tujuan dari
nomor urut tersebut yaitu agar tidak tertukar dari tabung satu dengan tabung
lainnya yang akan digunakan untuk perbandingan kemudian dilakukan pengenceran
larutan fenol yang sudah disesuaikan dengan tabel dengan cara pipet 2 ml larutan
fenol 5% kemudian masukan kedalam 6 tabung reaksi tambahkan aquades steril
kocok hingga homogen kemudian kurangi volume tiap tabung sehingga tertinggal 5
ml larutan dengan berbagai tingkat pengenceran dapat dilihat tiap-tiap tingkat
pengenceran dalam tabel hasil pengamatan, setelah itu buat seri pengenceran
larutan kresol 5% untuk ditambahkan 0,5 ml suspensi biakan murni untuk cara
membuat suspense biakan murni bakteri dilantai yaitu dengan cara metode swab
atau usap dengan cara menyeka permukaan lantai dengan alat swab setelah itu
masukan kedalam Na-fis 9 ml yang berfungsi sebagai larutan isotonis atau
penyeimbang setelah itu masukan pada media NB (Nutrient broth) 9ml yang
berfungsi untuk menumbuhkan bakteri dalam bentuk cairan, kemudian inkubasi
dengan suhu kamar, t = 5’, t = 10’, t = 15’ dengan cara ambil 1 ose dari tiap
tabung pengenceran lalu inokulasi ke media NB (Nutrient broth) setelah selssai
inkubasi dengan suhu 30°C
selama 2 hari kemudian amati dan hitung koefisien fenolnya.
Berdasarkan hasil pengamatan yang didapat oleh semua kelompok yang
dilakukan oleh berbagai macam sampel yaitu alkohol 70%, alkohol 96%, sirih, kresol dan fenol. Hasilnya
adalah positif pada semua pengenceran yang dilakukan dengan cara perulangan
yang tadinya dimaksudkan untuk perbandingan dengan berbagai macam waktu dimulai
dari 5’ sampai dengan 15 menit tersebut, hal itu dapat terjadi disebabkan
karena beberapa kemungkinan, bisa saja jumlah desinfektan tersebut tidak
sebanding dengan bakteri yang dimasukan atau bakteri terlalu banyak, kemudian
bisa karena jenis desinfektan tersebut tidak efektif membunuh mikroba jenis ini
karena pada kasusnya praktikan tidak mengetahui jenis mikroba apa saja yang
terdapat pada suspensi yang di swab dari lantai, ditambah ketidaktahuannya
jumlah mikroba yang dimasukan kedalam tabung reaksi apakah banyak atau sedikit,
kemudian sifat-sifat dari bakteri tersebut berbeda-beda ada yang dapat mati
dengan desinfektan berapa %. Seperti yang diketahui desinfektan
adalah zat kimia yang mematikan sel vegetatif belum tentu mematikan bentuk
spora mikroorganisme penyebab suatu penyakit. Namun menurut literatur Semakin
pekat konsentrasi pengenceran desinfektan, semakin efektif desinfektan tersebut
dalam mematikan mikroorganisme. Dapat disimpulkan dalam kasus ini kemungkinan
besar terjadi karena konsentrasi pengenceran desinfektan yang kurang pekat
sehingga kurang efektif untuk mematikan mokroorganisme, merut suparyanto (2011)
keefektifan untuk membunuh berbagai macam mokroorganisme seperti Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi tersebut dengan fenol,
alkohol atau kresol minimal dengan pengenceran 1:100 sampai 1:500.
Menurut gilang (2015)
fenol adalah desinfektan yang membunuh jenis bakteri gram positif karena fenol
tersebut dapat menyerang protein dan kresol adalah desinfektan yang dapat
mematikan bakteri gram negative karena lebih efektif menyerang lemak.
Berikut adalah contoh cara perhitungan penentuan koefisien jika efektif
membunuh mikroorganisme ditandai dengan tanda (-) :
Pertama-tama lihat pada
tabel pengamatan jika larutan kresol dalam pengenceran 1:50 sudah menunjukan
(-) pertumbuhan pada waktu kontak 10’, tetapi (+) pertumbuhan 5’. Maka
koefisien fenol dari larutan kresol tersebut adalah :
à artinya kresol 2 kali lebih kuat
daripada fenol.
Serta berikut adalah
ciri-ciri desinfektan yang ideal digunakan dalam industri makanan:
- Harus bersifat mikrobial
- Stabil
- Mudah homogen
- Tidak beracun pada manusia
- Aktif pada suhu kamar
- Tidak menimbulkan karat
- Dapat menghilangkan bau
- Bersifat sebagai detergen
- Tidak mudah bereaksi dengan tanah organic
- Harganya harus lebih murah dan terjangkau
- Kemampuan untuk menembus kelarutan.
Dan berikut adalah Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja desinfektan
diantaranya yaitu:
- Kadar Desinfektan
Konsentrasi
desinfektan tergantung pada bahan yang akan didesinfektan dan pada organisme
yang akan dihancurkan. Konsentrasi yang tinggi dapat membunuh mikroorganisme
tetapi jika kosentrasi rendah maka hanya sebatas menghambat pertumbuhannya saja
tidak mampu mematikan.
- Waktu yang Diberikan Kepada Desinfektan Untuk Bekerja
Waktu
yang diperlukan mungkin dipengaruhi oleh banyak variabel, tetapi waktu yang
cukup bagi desinfeksi untuk bekerja sangat membantu dalam menghambat atau
membunuh mikroba.
- Suhu Desinfektan
Semakin
tinggi suhunya maka kerja desinfektan semakin cepat dan meningkat.
- Keadaan Medium sekeliling
Ph
dan adanya benda asing yang mungkin dapat mempengaruhi kerja desinfektan
disamping itu juga pengaruh dari jumlah dan tipe mikroorganisme yang ada dan
keadaan desinfeksi.
Mekanisme
pertumbuhan desinfektan terhadap mikroorganisme adalah sebagai berikut :
- Kerusakan pada dinding sel
Struktur
dinding sel dirusak dengan cara menghambat pembentukannya atau mengubahnya
setelah selesai membentuk.
- Perubahan permeabilitas sel
Permeabilitas
sel dirusak sehingga pertumbuhan sel terhambat dan sel akan mati.
- Perubahan molekul protein
Protein
akan terdenaturasi dan asam-asam nukleat rusak tanpa adanya perbaikan
strukturnya kembali seperti semula.
- Penghambat kerja Enzim.
Reaksi
biokimia terhambat dan menyebabkan metabolisme terganggu atau sel akan mati.
Dalam
praktikum ini desinfektan yang kami gunakan yaitu sabun tidak dapat mematikan
bakteri seratus persen karena masih ditemukan beberapa bakteri.
V.
KESIMPULAN dan SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Desinfektan adalah zat kimia yang
mematikan sel vegetatif belum tentu mematikan bentuk spora mikroorganisme
penyebab suatu penyakit.
2. Desinfektan digunakan untuk
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada benda-benda mati seperti meja,
lantai, objek glass dan lain-lain.
3. Semakin pekat konsentrasi
pengenceran desinfektan, semakin efektif desinfektan tersebut dalam mematikan
mikroorganisme.
4. Dengan semua sampel yang digunakan
dalam pengenceran untuk pengujian koefisien fenol tersebut dalam semua sampel
mendapatkan nilai positif masih terdapat mikroorganisme yang hidup dalan tabung
reaksi.
5. Dengan semua pengenceran yang
dilakukan pada berbagai macam sampel dapat disimpulkan bahwa hal tersebut tidak
efektif untuk membunuh mikroorganisme.
5.2 Saran
1.
Diharapkan ketika praktikum praktikan bisa lebih
teliti dalam melakukan pengenceran apakah yang dilakukan tersebut sudah sesuai
dengan prosedur atau belum.
2.
Waktu yang dilakukan dengan stopwatch untuk
pengenceran sudah tepat atau belum.
DAFTAR PUSTAKA
Pelczar, Michael J. 1986.
Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Suparyanto, Hadi. 2011. Dasar-dasar
penggunaan desinfektan dalam klinik dan rumasakit. Diakses 8 Desember 2015.
Sediaoetomo,
Ahmad Djaelani. 1989. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Di Indonesia. Jakarta.
Supardi,
I dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi Dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan.
Penerbit Alumni. Bandung.
Winarno,
F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sofiah, B.D. dan E. Sukarminah. 2011. Sanitasi dan
keamanan pangan. Jurusan teknologi industri pangan, fakultas teknologi industri
pertanian, universitas padjadjaran, jatinangor.
No comments:
Post a Comment