Saturday, June 25, 2016

Laporan praktikum Sanitasi dan Keamanan Pangan (Sankam) Desinfektan



Yoga Jati Pratama
240210140003
Kelompok 1A Universitas Padjadjaran

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Desinfekatan merupakan suatu unsur kimia yang digunakan untuk mematikan jasad renik pada permukaan, tetapi terlalu beracun untuk dipakai langsung pada jaringan. Penggunaan desinfektan harus memperhatikan sifat beracun atau tidaknya bahan tersebut pada jaringan menyebabkan rasa sakit atau tidak, memakan logam atau tidak, dan stabil atau tidak stabil. (Winarno, F.G. 2002)
Disinfektan digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan dan kontaminasi dengan mikroba. Pengendalian yang dimaksud artinya semua kegiatan yang dapat membunuh, menghambat, dan sebagai anti metabolik.
Mikroorganisme yang dihambat mempunyai proses penghambatan yang sama dan perbedaannya adalah sifat resisten yang berbeda-beda antara lain mikroorganisme satu dengan yang lainnya. Sifat resisten ini dapat dipengaruhi oleh kandungan lipid pada membran selnya. Teknik dan cara-cara yang digunakan dapat dengan cara fibrik atau kimiawi diantaranya dapat menggunakan senyawa-senyawa fenolik, alcohol, chlor, iodium, dan senyawa-senyawa lain yang mempunyai ciri komposisi molekuler yang dapat menyebabkan terjadinya reaksi.
Disinfektan merupakan proses yang mematikan semua mikroorganisme patogen dengan cara kimiawi atau fisik. Disinfeksi mempunyai daya kerja terhadap vegetatif dari             mikroorganisme, tetapi belum tentu mematikan sporanya, sedangkan antiseptis merupakan proses yang mencakup inakvikasi atau mematikan mikroorganisme dengan cara kimiawi. Antiseptik dapat bersifat bakterisidal atau bakteri kostatik. Proses bakteri kostatik hanya menghentikan pertumbuhan bakteri. Istilah disinfeksi dan antiseptis secara umum sulit dibedakan, sehingga penggunaanya boleh dikatakan sinonim. Komponen-komponen disinfektan terdiri dari:
1.  Garam atau basa yang kuat dengan komponen-komponen ammonium yang
    terdiri dari empat bagian.
2.  Adanya unsur radikal dalam gram atau basa tersebut.
3.  Radikal merupakan golongan alifat dan asam sulfat.
            Menurut Pelzar dan Chan menyatakan bahwa bakteri yang lebih muda kurang daya tahannya terhadap disinfektan jika dibandingkan bakteri yang luar yang memberikan hasil zona hambat yang terbentuk. Hal ini juga sesuai dengan sifat dari dinding sel dari bakteri.
           Struktur dinding bakteri gram positif adalah tebal dan berlapis tunggal dengan kandungan peptidoglikan yang tinggi serta lebih resisten terhadap gangguan fisik maupun kimia dibandingkan dengan struktur dinding sel dari kedua jenis bakteri ini jelas berbeda karena bakteri gram negatif.
          Permeabilitas dinding sel dari jenis bakteri ini jelas berbeda karena bakteri gram negatif mengandung peptidoglikan lebih sedikit sehingga memiliki pori-pori yang besar dibanding gram positif sehingga bakteri gram positif lebih rentan terhadap antibiotik.
Rusaknya membran sitoplasma berkaitan dengan tegangan permukaan yang mempengaruhi lapisan atau membran sel dari bakteri yang bersifat elatis. Tegangan permukaan tersebut akan diteruskan kedalam membran sitoplasma kemudian sel beradaptasi di dalamnya. Adanya diinfeksi yang bersifat bakteri ostatik merubah tegangan permukaan yang ada sehingga bakteri tidak dapat menyesuaikan diri dan terhambat pertumbuhannya. Beberapa kelompok utama disinfektan yaitu:
1.      Fenol dan persenyawaan penolat
2.      Alkohol
3.      Hidrogen
4.      Logam berat dan persenyawaannya
5.      Detergen
6.      Aldehid
7.      Kemosferilisator gas
8.      Oxidator
9.      Aerosol
10.  Zat warna
11.  Yodium
12.  Kresol dan preparat chlor


4.1 Hasil pengamatan

Tabel 1. Data hasil pengamatan pengenceran yang dilakukan oleh kelas TPN- A.

Sampel

Pengenceran
Waktu
5’
10’
15’


Kresol
(lab.sensori)
1:25
+
+
+
1:30
+
+
+
1:35
+
+
+
1:40
+
+
+
1:45
+
+
+
1:50
+
+
+


Alkohol 96%
(lab mikpang)
1:25
+
+
+
1:30
+
+
+
1:35
+
+
+
1:40
+
+
+
1:45
+
+
+
1:50
+
+
+


Fenol
(lab kimpang)
1:25
+
+
+
1:30
+
+
+
1:35
+
+
+
1:40
+
+
+
1:45
+
+
+
1:50
+
+
+
Sumber : (Dokumentasi pribadi,2015)




Tabel 2. Data hasil pengamatan pengenceran yang dilakukan oleh kelas TPN- B.

Sampel

Pengenceran
Waktu
5’
10’
15’


Sirih
1:25
+
+
+
1:30
+
+
+
1:35
+
+
+
1:40
+
+
+
1:45
+
+
+
1:50
+
+
+


Alkohol 70%
1:25
+
+
+
1:30
+
+
+
1:35
+
+
+
1:40
+
+
+
1:45
+
+
+
1:50
+
+
+


Fenol
1:25
+
+
+
1:30
+
+
+
1:35
+
+
+
1:40
+
+
+
1:45
+
+
+
1:50
+
+
+
Sumber : (Dokumentasi pribadi,2015)

4.2 Pembahasan

Mikroorganisme yang ada di sekitar kita dapat menyebabkan banyak bahaya, penyakit dan kerusakan. Mikroorganisme tersebut disingkirkan atau dihambat pertumbuhannya atau bisa dibunuh. Salah satunya dengan bahan kimia yang disebut desinfektan. Bahan anti mikrobial kimia tersebut dapat dikelompokkan menjadi tujuan golongan utama yaitu fenol dan persenyawaannya, alkohol, halogen, logam berat dan persenyawaanya, detergen, aldehida, dan kemosterilisator gas. Namun yang digunakkan dalam praktikum kali ini adalah alkohol 70%, alkohol 96%, sirih, kresol dan fenol.
Salah satu cara pengujian desinfektan yang umumnya dipakai di laboratorium adalah metode pengenceran dimana kekuatan desinfektan dinyatakan dengan koefisien fenol. Metode koefisien fenol merupakan uji yang telah dibukukan dengan baik. Dalam metode    ini, mikroorganisme uji dimasukkan dalam larutan fenol murni dan larutan zat kimia yang akan di evaluasi pada berbagai taraf pengenceran. Koefisien fenol dinyatakan sebagai suatu bilangan dan dihitung dengan cara membandingkan aktivitas suatu larutan fenol dengan pengenceran terhadap aktivitas larutan zat kimia dengan pengenceran tertentu yang sedang diuji.
            Adapun prosedur yang dilakukan untuk membuat pengenceran tersebut, sebelumnya siapkan terlebih dahulu 6 tabung reaksi kemudian disusun dan diberi nomor urut dari kiri ke kanan tujuan dari nomor urut tersebut yaitu agar tidak tertukar dari tabung satu dengan tabung lainnya yang akan digunakan untuk perbandingan kemudian dilakukan pengenceran larutan fenol yang sudah disesuaikan dengan tabel dengan cara pipet 2 ml larutan fenol 5% kemudian masukan kedalam 6 tabung reaksi tambahkan aquades steril kocok hingga homogen kemudian kurangi volume tiap tabung sehingga tertinggal 5 ml larutan dengan berbagai tingkat pengenceran dapat dilihat tiap-tiap tingkat pengenceran dalam tabel hasil pengamatan, setelah itu buat seri pengenceran larutan kresol 5% untuk ditambahkan 0,5 ml suspensi biakan murni untuk cara membuat suspense biakan murni bakteri dilantai yaitu dengan cara metode swab atau usap dengan cara menyeka permukaan lantai dengan alat swab setelah itu masukan kedalam Na-fis 9 ml yang berfungsi sebagai larutan isotonis atau penyeimbang setelah itu masukan pada media NB (Nutrient broth) 9ml yang berfungsi untuk menumbuhkan bakteri dalam bentuk cairan, kemudian inkubasi dengan suhu kamar, t = 5’,  t = 10’,  t = 15’ dengan cara ambil 1 ose dari tiap tabung pengenceran lalu inokulasi ke media NB (Nutrient broth) setelah selssai inkubasi dengan suhu 30°C selama 2 hari kemudian amati dan hitung koefisien fenolnya.
Berdasarkan hasil pengamatan yang didapat oleh semua kelompok yang dilakukan oleh berbagai macam sampel yaitu alkohol 70%, alkohol 96%, sirih, kresol dan fenol. Hasilnya adalah positif pada semua pengenceran yang dilakukan dengan cara perulangan yang tadinya dimaksudkan untuk perbandingan dengan berbagai macam waktu dimulai dari 5’ sampai dengan 15 menit tersebut, hal itu dapat terjadi disebabkan karena beberapa kemungkinan, bisa saja jumlah desinfektan tersebut tidak sebanding dengan bakteri yang dimasukan atau bakteri terlalu banyak, kemudian bisa karena jenis desinfektan tersebut tidak efektif membunuh mikroba jenis ini karena pada kasusnya praktikan tidak mengetahui jenis mikroba apa saja yang terdapat pada suspensi yang di swab dari lantai, ditambah ketidaktahuannya jumlah mikroba yang dimasukan kedalam tabung reaksi apakah banyak atau sedikit, kemudian sifat-sifat dari bakteri tersebut berbeda-beda ada yang dapat mati dengan desinfektan berapa %. Seperti yang diketahui desinfektan adalah zat kimia yang mematikan sel vegetatif belum tentu mematikan bentuk spora mikroorganisme penyebab suatu penyakit. Namun menurut literatur Semakin pekat konsentrasi pengenceran desinfektan, semakin efektif desinfektan tersebut dalam mematikan mikroorganisme. Dapat disimpulkan dalam kasus ini kemungkinan besar terjadi karena konsentrasi pengenceran desinfektan yang kurang pekat sehingga kurang efektif untuk mematikan mokroorganisme, merut suparyanto (2011) keefektifan untuk membunuh berbagai macam mokroorganisme seperti Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi tersebut dengan fenol, alkohol atau kresol minimal dengan pengenceran 1:100 sampai 1:500.
Menurut gilang (2015) fenol adalah desinfektan yang membunuh jenis bakteri gram positif karena fenol tersebut dapat menyerang protein dan kresol adalah desinfektan yang dapat mematikan bakteri gram negative karena lebih efektif menyerang lemak.
      Berikut adalah contoh cara perhitungan penentuan koefisien jika efektif membunuh mikroorganisme ditandai dengan tanda (-) :
Pertama-tama lihat pada tabel pengamatan jika larutan kresol dalam pengenceran 1:50 sudah menunjukan (-) pertumbuhan pada waktu kontak 10’, tetapi (+) pertumbuhan 5’. Maka koefisien fenol dari larutan kresol tersebut adalah :
  à artinya kresol 2 kali lebih kuat daripada fenol.
   
Serta berikut adalah ciri-ciri desinfektan yang ideal digunakan dalam industri makanan:
    1. Harus bersifat mikrobial
    2. Stabil
    3. Mudah homogen
    4. Tidak beracun pada manusia
    5. Aktif pada suhu kamar
    6. Tidak menimbulkan karat
    7. Dapat menghilangkan bau
    8. Bersifat sebagai detergen
    9. Tidak mudah bereaksi dengan tanah organic
    10. Harganya harus lebih murah dan terjangkau
    11. Kemampuan untuk menembus kelarutan.
Dan berikut adalah Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja desinfektan diantaranya yaitu:
  • Kadar Desinfektan
Konsentrasi desinfektan tergantung pada bahan yang akan didesinfektan dan pada organisme yang akan dihancurkan. Konsentrasi yang tinggi dapat membunuh mikroorganisme tetapi jika kosentrasi rendah maka hanya sebatas menghambat pertumbuhannya saja tidak mampu mematikan.
  • Waktu yang Diberikan Kepada Desinfektan Untuk Bekerja
Waktu yang diperlukan mungkin dipengaruhi oleh banyak variabel, tetapi waktu yang cukup bagi desinfeksi untuk bekerja sangat membantu dalam menghambat atau membunuh mikroba.
  • Suhu Desinfektan
Semakin tinggi suhunya maka kerja desinfektan semakin cepat dan meningkat.
  • Keadaan Medium sekeliling
Ph dan adanya benda asing yang mungkin dapat mempengaruhi kerja desinfektan disamping itu juga pengaruh dari jumlah dan tipe mikroorganisme yang ada dan keadaan desinfeksi.
Mekanisme pertumbuhan desinfektan terhadap mikroorganisme adalah sebagai berikut :
  • Kerusakan pada dinding sel
Struktur dinding sel dirusak dengan cara menghambat pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai membentuk.
  • Perubahan permeabilitas sel
Permeabilitas sel dirusak sehingga pertumbuhan sel terhambat dan sel akan mati.
  • Perubahan molekul protein
Protein akan terdenaturasi dan asam-asam nukleat rusak tanpa adanya perbaikan strukturnya kembali seperti semula.
  • Penghambat kerja Enzim.
Reaksi biokimia terhambat dan menyebabkan metabolisme terganggu atau sel akan mati.
Dalam praktikum ini desinfektan yang kami gunakan yaitu sabun tidak dapat mematikan bakteri seratus persen karena masih ditemukan beberapa bakteri.










V.   KESIMPULAN dan SARAN

5.1 Kesimpulan
1.      Desinfektan adalah zat kimia yang mematikan sel vegetatif belum tentu mematikan bentuk spora mikroorganisme penyebab suatu penyakit.
2.      Desinfektan digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada benda-benda mati seperti meja, lantai, objek glass dan lain-lain.
3.      Semakin pekat konsentrasi pengenceran desinfektan, semakin efektif desinfektan tersebut dalam mematikan mikroorganisme.
4.      Dengan semua sampel yang digunakan dalam pengenceran untuk pengujian koefisien fenol tersebut dalam semua sampel mendapatkan nilai positif masih terdapat mikroorganisme yang hidup dalan tabung reaksi.
5.      Dengan semua pengenceran yang dilakukan pada berbagai macam sampel dapat disimpulkan bahwa hal tersebut tidak efektif untuk membunuh mikroorganisme.


5.2 Saran
1.      Diharapkan ketika praktikum praktikan bisa lebih teliti dalam melakukan pengenceran apakah yang dilakukan tersebut sudah sesuai dengan prosedur atau belum.
2.      Waktu yang dilakukan dengan stopwatch untuk pengenceran sudah tepat atau belum.








DAFTAR PUSTAKA

Pelczar, Michael  J. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Suparyanto, Hadi. 2011. Dasar-dasar penggunaan desinfektan dalam klinik dan rumasakit. Diakses 8 Desember 2015.
Sediaoetomo, Ahmad Djaelani. 1989. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Di  Indonesia. Jakarta.
Supardi, I dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi Dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan. Penerbit Alumni. Bandung.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sofiah, B.D. dan E. Sukarminah. 2011. Sanitasi dan keamanan pangan. Jurusan teknologi industri pangan, fakultas teknologi industri pertanian, universitas padjadjaran, jatinangor.


No comments:

Post a Comment