Friday, June 24, 2016

Laporan praktikum Kimia Fisik Analitik (Kitik) Gravimetri



Yoga Jati Pratama
240210140003
Kelompok 1A Universitas Padjadjaran
 
IV.       HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan. Satuan berat yang digunakan dalam gravimetri adalah gram. Secara keseluruhan analisis gravimetri dapat diartikan sebagai cara analisis dimana suatu zat yang akan ditentukan, dipisahkan, kemudian diakhiri dengan menimbang zat tersebut. Bagian terbesar dari penetuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Jadi, penentuan jumlah zat didasarkan pada penimbangan, dalam hal ini penimbangan hasil reaksi setelah bahan yang dianalisa direaksikan. Hasil reaksi ini dapat berupa sisa bahan atau suatu gas yang terbentuk atau suatu endapan yang dibentuk dari bahan yang dianalisa itu. Berdasarkan macam yang ditimbang itu dapat dibedakan cara-cara gravimetri yaitu evolusi dan pengendapan. Metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat digunakan (Wiryawan, Adam. 2008.).
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal ke senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Berat unsur dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur-unsur yang menyusunnya. Pemisahan unsur-unsur atau senyawa yang dikandung dilakukan dengan beberapa cara, seperti: metode penguapan, metode elektroanalisis, atau berbagai macam metode lainnya (Khopkar, 2002).
Metode gravimetri untuk analisis ini biasanya didasarkan pada suatu reaksi kimia sebagai berikut.
aA  +  rR                 AaRr
            Salah satu masalah yang paling sulit dalam analisis gravimetri dengan metode pengendapan adalah memperoleh endapan dengan derajat kemurnian yang tinggi. Hal ini berhubungan dengan adsorpsi pada permukaan partikel dan terperangkapnya zat asing selama proses pertumbuhan kristal dari partikel primernya. Pengotoran dapat juga disebabkan karena pengendapan yang terjadi pada permukaan endapan pertama. Setelah itu dilakukan pencucian endapan, tujuannya adalah untuk menghilangkan kontaminasi pada permukaan. Untuk pencucian, digunakan larutan elektrolit kuat dan haru mengandung ion sejenis dengan endapan untuk mengurangi kelarutan endapan. Selain itu, larutan harus mudah menguap agar untuk menimbang endapannya. Setelah itu, dilakukan pemanggangan. (Sudarmadji, S. 2007).
Metode yang biasa digunakan dalam pemisahan, diantaranya adalah :
1.      Pembentukan endapan yang sukar larut, lalu endapan disaring, dicuci, dikeringkan atau dipijar kemudian ditimbang.
2.      Metode penyulingan. Metode ini memanfaatkan sifat volatilitas dari suatu zat kemudian hasil reaksi ditampung dan ditimbang atau berkurangnya berat cuplikan karena penyulingan dapat diukur.
3.      Metode elektrolisis dengan mengendapkan suatu logam yang murni pada katoda. (Sukarti, 2010).
Dalam menentukan hasil penimbangan atau pengukuran sering terjadi adanya ketidaksempurnaan, untuk itu terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk melakukan perhitungan analisis dengan metode gravimetri, yaitu :
1.        Komponen yang ditentukan harus dapat mengendap secara sempurna (sisa analit yang tertinggal dalam larutan harus cukup kecil, sehingga dapat diabaikan), endapan yang dihasilkan stabil dan sukar larut.
2.        Endapan yang terbentuk harus dapat dipisahkan dengan mudah dari larutan (dengan penyaringan).
3.        Endapan yang ditimbang harus mempunyai susunan stoikiometrik tertentu (dapat diubah menjadi sistem senyawa tertentu) dan harus bersifat murni atau dapat dimurnikan lebih lanjut (Harjadi, 1993).
Pada praktikum ini sampel yang diujikan adalah CuSO4. Percobaan ini dilakukan untuk menentukan suatu zat yang rumus hidratnya belum diketahui yaitu CuSO4.xH2O. Nilai x tersebut yang akan dicari dengan menggunakan analisa gravimetri. Hidrat merupakan istilah yang dipergunakan dalam senyawa organik maupun senyawa anorganik untuk mengindikasikan bahwa zat tersebut mengandung air.
Pertama-tama cawan dipijarkan dalam tanur selama 15 menit. Hal ini dilakukan karena cawan akan digunakan sebagai wadah tempat zat diletakan, sehingga untuk memperoleh berat zat murni yang akurat cawan harus bersih dan tidak ada lagi air atau zat lain yang terkandung dalam cawan tersebut. Setelah itu cawan didinginkan dalam desikator, hal ini dilakukan agar tidak terjadi penyerapan uap air bebas dari udara, sehingga perhitungannya menjadi akurat. Kemudian ditimbang hingga diperoleh berat yang konstan. Tanur merupakan pemanas dengan suhu 300-5000 C, didalam tanur semua kandungan air dalam terusi akan menguap atau hilang baik itu air bebas maupun air terikatnya. Pemanasan dilakukan selama 20 menit hingga warna sampel terusi berubah dari biru menjadi putih kemudian dinginkan didalam desikator selama 20 menit yang bertujuan agar endapan tidak lagi menyerap uap air di udara, lalu timbang sampai konstan.
Prinsip kerja dari percobaan tersebut adalah :
                        CuSO4.x H2O                     CuSO4 + x H2O
Setelah itu baru dilakukan perhitungan untuk menentukan rumus hidrat yang terkandung dalam sampel, yaitu dengan menggunakan rumus yang biasa digunakan dalam analisis gravimetri :
perbandingan mol sama dengan perbandingan koefisien, dimana n= gram/Mr.
a gram : b gram : (a-b) gram
1            :          1          :           x


Tabel 1. Hasil Pengamatan Penentuan Rumus Hidrat
Kel
Sampel
Berat cawan konstan
Berat sampel (a)
Berat  akhir
(b)
X

1
CuSO4
10
1,0006
0,6053
5,78
6
2
CuSO4
1
1,0057
0,6057
5,8518
3
CuSO4
3
1,0070
0,5965
6,17
4
CuSO4
2
1,0091
0,6149
5,6807
5
CuSO4
8
1,0121
0,6053
5,9597
6
MgSO4
4
1,0009
0,4923
6,8874


7
7
MgSO4
5
1,0095
0,4967
6,8827
8
MgSO4
6
1,0073
0,4966
6,8640
9
MgSO4
7
1,0007
0,4915
6,9067
10
MgSO4
9
1,0069
0,4957
6,8751
(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2015).
            Cara menghitung suatu hidrat pada cawan yang berisi sampel tersebut digunakan dengan rumus sebagai berikut :
a = Wc+s – Wc(awal)
            Dimana Wc+s merupakan berat cawan ditambah berat sampel pada penimbangan pertama sebelum cawan dimasukkan ke dalam tanur, sedangkan Wc adalah berat cawan sebelum dimasukkan ke dalam tanur.

Penentuan rumus hidrat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Ø  Pada sampel MgSO4 dihitung menggunakan rumus:

Berikut adalah salah satu contoh perhitungan dari masing-masing sampel :
xCuso4 = 
X MgSO4 =
Mr CuSo4 = 159,5
Mr MgSO4 = 120
 Berikut adalah contoh perhitungan X beberapa kelompok :
Kelompok 1 :
Ø  Pada sampel CuSO4dihitung menggunakan rumus:
X CuSO4=
X CuSO4=
X CuSO4=

Berikut adalah salah satu contoh perhitungan MgSO4 yang dilakukan oleh kelompok 6 :
X MgSO4=
X MgSO4=
X MgSO4=
Rumus senyawa dalam sampel adalah CuSO4.6H2O (diambil nilai pembulatannya). Pada hasil pengamatan yang didapatkan menunjukan sampel sudah berwarna putih, maka semua air sudah 100% teruapkan dan tidak ada kontaminasi zat pengotor selama proses penyiapan sampel sampai produk. Seperti yang diketahui setelah berwarna putih tersebut bila ditambah air, maka sampel akan mengikat air lagi dalam bentuk hidrat dan membentuk warna biru.
Berdasarkan penentuan nilai hidrat yang didapat berbeda-beda namun dengan dimusyawarahkan bersama nilai hidrat di atas kemudian dibulatkan menurut Rivai (1995) beberapa sampel yang sama memiliki nilai hidrat yang berbeda, namun nilai hidratnya masih dapat diterima karena perbedaannya tidak terlalu jauh.  nilai x dari sampel MgSO4 adalah  7 untuk kelompok 6, s/d 10, sehingga rumus senyawa pada sampel adalah MgSO4.7H2O. Nilai x sudah menjadi nilai yang sebenarnya pada MgSO4 ini. Hal tersebut menandakan bahwa praktikan sudah cukup teliti dalam melakukan analisis gravimetric tersebut.
Rumus terusi untuk penentuan nilai x dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
CuSO4 x H2O à CuSO4 + xH2O
Menghitung x pada CuSO4 digunakan rumus :
            =
                    
 Dengan persamaan tersebut, massa xH2O dapat ditentukan dari massa CuSO4xH2O sebelum dilakukan pemanasan dikurangi dengan massa CuSO4xH2O setelah mengalami pemanasan. Massa yang hilang tersebut merupakan massa dari hidrat yang terkandung didalam kupri. BM (berat molekul air)vdari xH2O adalah 18 dikali x (fraksi hidrat dalam kupri).
Pada analisis  dengan cara gravimetri ini dapat terjadi kesalahan-kesalahan yang menyebabkan nilai x jauh berbeda menurut (Rivai, 1998) karena :
1.      Kesalahan yang sering terjadi pada metode analisis gravimetri adalah pembentukan endapan, pemurnian(pencucian), pemanasan atau pemijaran dan penimbangan.
2.      Pada pembentukan endapan kadang dalam contoh mengandung zat lain yang juga membentuk endapan dengan pereaksi yang digunakan, sehingga diperoleh hasil yang lebih besar dari yang sebenarnya. Kesalahan ini kadang dimbangi dengan kelarutan zat dalam pelarut yang digunakan.
3.      Pada proses pemurnian (pencucian endapan), dengan melakukan pencucian bukan hanya zat pengotor saja yang larut tetapi juga zat yang dianalisis juga ikut larut, meskipun kelarutannya jauh lebih kecil. Dengan demikan penggunaan pencuci harus sedemikan kecil supaya kehilangan zat yang dianalisis masih dapat diabaikan, artinya masih lebih kecil dari pada sensitivitas timbangan yang digunakan.
4.      Hal yang penting juga adalah adanya beberapa endapan yang mudah tereduksi oleh karbon bila disaring dengan kertas saring seperti perak klorida ,sehingga harus disaring dengan menggunakan cawan penyaring (berpori) dapat juga terjadi kelebihan pemijaran sehingga terjadi dekomposisi sehingga komposisi zat tidak tentu.
5.       Kesalahan juga terjadi dari suatu endapan yang telah dipijarkan akan mengalami penyerapan air atau gas karbondioksida selama pendinginan sehingga hasil penimbangan menjadi lebih besar dari yang seharusnya , ini dihindari dengan alat penggunaan penutup cawan yang rapat dan desikator yang cukup baik selama pendinginan.











V. KESIMPULAN dan SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut.
1.      Analisis gravimetri dapat diartikan sebagai cara analisis dimana suatu zat yang akan ditentukan, dipisahkan, kemudian diakhiri dengan menimbang zat tersebut.
2.      Prinsip gravimetri dapat digunakan untuk menentukan rumus hidrat dalam suatu senyawa.
3.      Perubahan warna terusi menjadi putih seluruhnya pada saat dipijarkan dalam tanur menunjukkan bahwa air yang terkandung di dalamnya telah teruapkan.
4.      Rumus senyawa sampel MgSO4 yang didapat adalah MgSO4.7H2O.
5.       Rumus senyawa sampel CuSO4 yang didapat adalah CuSO4.6H2O.



5.2 Saran
Selain terdapat berbagai peralatan laboratorium. Praktikan juga harus memperhatikan tentang keselamatan kerja di dalam laboratorium kimia. Sumber bahaya dalam laboratorium kimia dikelompokan menjadi bahan kimia yang berbahaya, teknik percobaan, dan sarana laboratorium.






DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press, Jakarta.

Sukarti, Tati. 2010. Pengantar Lengkap Analisa Bahan Pangan Kimia Analitik. Widya Padjadjaran. Bandung.

Wiryawan, Adam. 2008. Kimia analitik. Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta.
Basset, J., Jeffery, G. H., Mendham, J., Denney, R. C. 1994. Textbook of Quantitative Chemical Analysis. Fifth Edition. Longman, New York.
Sudarmadji, S. 2007. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta 


No comments:

Post a Comment