Yoga Jati Pratama
240210140003
Kelompok 1A Universitas Padjadjaran
Kelompok 1A Universitas Padjadjaran
IV.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Enzim
adalah satu atau beberapa gugus polipeptida (protein) yang berfungsi
sebagai katalis dalam suatu reaksi kimia. Enzim yang terdapat secara
alami dalam makanan dapat mengubah susunan makanan tersebut.
Enzim memegang peranan
penting dalam pematangan buah-buahan. Enzim mengkatalisis reaksi kimia yang
mengubah pati menjadi gula dan meningkatkan kemanisan buah, mendegradasi
senyawa pektin sehingga jaringan buah menjadi lunak, dan mensintesis pigmen
sehingga menghasilkan karakteristik warna sesuai dengan buah matang. Beberapa
jenis buah-buahan pada waktu dikupas, dipotong, atau memar dan dibiarkan
beberapa saat dapat berubah warna menjadi coklat. Warna coklat sebenarnya tidak
membahayakan, tetapi penampakannya kurang menarik. Pencoklatan terjadi karena
reaksi oksidasi pada substrat polifenol oleh enzim polifenol oksidase.
Enzim mempunyai peranan
yang penting dalam makanan. Enzim terdapat secara alami dalam tanaman, hewan
maupun mikroba, dan dapat menyebabkan perubahan komposisi bahan makanan.
Perubahan yang terjadi antara lain perubahan citarasa, warna, tekstur, dan
sifat-sifat lainnya. Perubahan tersebut dapat diinginkan atau tidak diinginkan.
Perubahan yang tidak diinginkan misalnya terjadi pencoklatan pada salak yang
dikupas dan dibiarkan di udara terbuka dalam waktu yang cukup lama, sedangkan
perubahan yang diinginkan antara lain pada proses fermentasi daun teh dalam
pembuatan teh hitam. Pada
praktikum yang dilakukan kali ini yaitu
cara pencegahan pencoklatan enzimatis dalam pengolahan sayur dan buah-buahan.
Browning
atau pencoklatan merupakan proses perubahan warna yang terjadi pada bahan
pangan yang ditandai dengan adanya warna coklat pada daging buah. Pencoklatan
banyak terjadi pada buah dan sayuran. Pencoklatan banyak menginfeksi buah yang
telah dikupas dari kulitnya. Buah dengan pencoklatan akan terlihat berbeda
dengan buah segar sehingga nampak dari bentuk fisik pada buah tersebut atau
bisa dikatakan kualitas buah yang
mengalami pencoklatan mengalami penurunan.
Proses pencoklatan atau browning sering terjadi pada
buah-buahan, seperti nanas, dan apel. Buah apel yang memar juga akan mengalami
proses pencoklatan. Pada umumnya, proses pencoklatan dapat dibagi menjadi dua,
yaitu proses pencoklatan enzimatis dan non enzimatis (Martins, 2012).
Pencoklatan enzimatik yang melibatkan enzim
polifenol oksidase ini membentuk melanin sehingga menyebabkan warna coklat.
Reaksi yang menyebabkan warna coklat ini merupakan suatu reaksi kimia yang
dikenal sebagai oksidatif enzimatik dengan oksigen sebagai katalisator dalam
reaksi tersebut. Jadi reaksi pencoklatan enzimatik ini membutuhkan tiga agen
utama yaitu oksigen (dibantu katalis Cu+), enzim (polifenolase/ PPO) serta
komponen fenolik (Zulfahnur, 2009).
Perubahan yang tidak diinginkan dapat dicegah antara lain
dengan proses blansing. Beberapa jenis enzim ada yang menguntungkan juga ada
yang merugikan. Enzim yang menguntungkan misalnya dalam penjernihan sari buah,
pematangan buah-buahan, juga pengempukan daging. Enzim yang merugikan misalnya
dalam proses pembusukan makanan. Selain itu enzim banyak digunakan dalam
pengolahan makanan antara lain :
1.Sebagai
indikator pada metode analisis, misalnya enzim fosfatase digunakan dalam uji
fosfatase untuk pasteurisasi susu
2.Sebagai bahan
bantu dalam industri pengolahan, misalnya rennin digunakan sebagai koagulan
pada proses pembuatan keju.
Pembentukan
warna coklat dikarenakan terjadinya oksidasi senyawa-senyawa fenol dan
polifenol oleh udara yang dikatalisis oleh fenolase dan polifenolase membentuk
quinon, yang selanjutnya berpolimerisasi membentuk melanin (pigmen berwarna
coklat). Untuk terjadinya reaksi browning enzimatis diperlukan adanya 4
komponen fenolase dan polifenolase (enzim), senyawa-senyawa fenol dan polifenol
(substrat), oksigen dan ion tembaga yang merupakan sisi aktif enzim (Martins,
2012). Terdapat berbagai cara pencegahan pencoklatan baik enzimatis maupun non
enzimatis, namun yang dilakukan saat praktikum hanyalah pencegahan pencoklatan enzimatis
dengan mengurangi kontak dengan peralatan besi, mengurangi kontak dengan
oksigen dan menonaktifkan enzim polifenol oksidase.
Studi mengenai enzim dalam
bidang kimia berbeda dibandingkan dengan bidang biokimia. Dalam bidang kimia
studi tentang enzim lebih ditekankan pada reaksi dekomposisi, hidrolisis, dan
oksidasi, sedangkan dalam bidang biokimia lebih ditekankan pada mekanisme
sintetis. Enzim merupakan suatu protein globular kompleks, yang mempunyai sifat
katalisator (biokatalisator). Pada suhu 27 oC dapat mempercepat
reaksi kimia (10 - 12 ). Efisiensi katalis enzim tinggi, efektif pada
konsentrasi rendah, ternyata 1 molekul enzim dapat mentransformasi 10.000 –
1000.000 molekul substrat per menit. Enersi aktivasi enzim rendah, sehingga
masih tetap aktif pada suhu rendah (pembekuan). Sifat katalitik enzim bersifat
spesifik, karena itu enzim bermanfaat dalam studi analisis. Satu jenis enzim
hanya cocok pada satu jenis substrat tertentu, hal ini dikenal sebagai sebagai
lock and key theory.
Komponen enzim terdiri
dari apoenzim dan koenzim, komponen enzim ini dapat dipisahkan dengan cara
dialisis. Lehninger dan Maggy (1982)
melakukan percobaan dengan cara memasukkan ekstrak ragi ke dalam bejana
dialisis. Ternyata bagian enzim yang berupa protein tak mampu melewati membran
dialisis, bagian ini disebut apoenzim,
sedangkan senyawa non protein dapat melewati membran dialisis. Bagian tersebut
dinamakan kofaktor atau koenzim atau
gugusan prostetik Kofaktor tidak begitu erat terikat pada apoenzim,
sedangkan gugusan prostetik terikat erat pada apoenzim, contohnya heme, flavin,
biotin.. Senyawa non protein
terdiri dari antara lain karbohidrat, lipid, fosfat, atau senyawa organik
lainnya. Enzim yang terdiri dari apoenzim dan kofaktor dinamakan holoenzim. Senyawa yang dikonversi
dalam suatu reaksi enzim dinamakan substrat.
Enzim memegang peranan
penting dalam industri pengolahan makanan, antara lain industri permen
menggunakan enzim invertase atau sukrase, untuk mencegah kristalisasi pada
produk yang dilapisi buah ceri. Glukosa isomerase, suatu jenis enzim yang
diisolasi dari bakteri tertentu, digunakan untuk mengkonversi glukosa menjadi
fruktosa. Pektinase merupakan enzim yang digunakan secara komersial dalam
pembuatan jus buah-buahan. Selama proses pengolahan, enzim tersebut memecah
pektin sehingga menghasilkan produk yang jernih. Enzim papain, ficin, dan
bromelin merupakan enzim protease, banyak digunakan untuk mengempukkan daging.
Enzim tersebut diekstrak dari pepaya, buah ara, dan nenas.
Terganggunya sel dalam
dalam proses pengolahan menyebabkan terlepasnya enzim-enzim yang tadinya
terdapat di dalam sel. Terlepasnya enzim ini pada sebagian makanan diinginkan
dan memperbaiki kualitas makanan. Contohnya ketika buah kurma menjadi matang
pohon, selnya mengalami gangguan sehingga beberapa jenis enzim terlepas, antara
lain pektinase, polifenol oksidase, invertase, dan selulase. Enzim-enzim ini
bekerja pada berbagai substrat dalam jaringan buah kurma , sehingga buah yang
tadinya berwarna terang, tidak berasa, dan keras menjadi produk dengan kualitas
tinggi dengan warna gelap, dan lunak. Sebaliknya, pada buah peach yang lewat
matang menunjukkan efek yang merusak dari enzim sehingga buahnya menjadi
lembek. Pengendalian aktivitas enzim harus dilakukan selama penyiapan dan
pengolahan bahan makanan untuk mencapai dan mempertahankan kualitasnya.
Reaksi
pencoklatan dapat dialami oleh buah-buahan dan sayur-sayuran yang tidak
berwarna. Reaksi ini disebut reaksi pencoklatan karena menyebabkan warna
makanan berubah menjadi coklat. Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya
reaksi pencoklatan, salah satunya adalah keberadaan enzim. Reaksi pencoklatan
ini dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu reaksi pencoklatan enzimatis dan
reaksi pencoklatan non-enzimatis.
Reaksi
pencoklatan enzimatis adalah proses kimia yang terjadi pada sayuran dan
buah-buahan oleh enzim polifenol oksidase yang menghasilkan pigmen warna coklat
(melanin). Proses pencoklatan enzimatis memerlukan enzim polifenol oksidase dan
oksigen untuk berhubungan dengan substrat tersebut. Enzim-enzim yang dikenal
yaitu fenol oksidase, polifenol oksidase, fenolase/polifenolase, enzim-enzim
ini bekerja secara spesifik untuk substrat tertentu (Sukarti,
2012). Reaksi ini dapat terjadi bila jaringan
tanaman terpotong, terkupas, dan karena kerusakan secara mekanis. Reaksi ini
banyak terjadi pada buah-buahan atau sayuran yang banyak mengandung substrat
senyawa fenolik seperti catechin dan turunannya yaitu tirosin, asam kafeat,
asam klorogenat, serta leukoantosianin.
Reaksi
pencoklatan enzimatis pada bahan pangan ini memiliki dua macam dampak yaitu
dampak yang menguntungkan dan juga dampak yang merugikan. Dampak yang
menguntungkan misalnya saja pada teh hitam, teh oolong dan teh hijau. Reaksi
pencoklatan enzimatis bertanggung jawab pada warna dan flavor yang terbentuk.(Fennema,
1996). Begitu juga yang terjadi pada produk pangan lain seperti misalnya kopi.
Polifenol oksidase juga bertanggung jawab pada karakteristik warna coklat
keemasan pada buah-buahan yang telah dikeringkan seperti kismis, buah prem, dan
buah ara.
Reaksi
pencoklatan enzimatis ini juga memiliki kerugian yaitu hilangnya nilai gizi
pada produk pangan dan dapat merusak flavor dari bahan pangan itu sendiri.
Dalam industri pangan perlu dilakukan langkah-langkah untuk meminimalisasi
adanya penurunan mutu produk yaitu dengan mengendalikan reaksi pencoklatan
enzimatis. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan yakni blansir, pendinginan,
pembekuan, mengubah pH, dehidrasi, iradiasi, HPP (High Pressure Processing),
penambahan inhibitor, ultrafiltrasi, dan juga ultrasonikasi.
Pencoklatan enzimatis
dapat dicegah dengan beberapa cara, misalnya permukaan potongan buah nanas
dapat direndam atau dilapisi dengan cairan lemon. Cara ini dapat melindungi
permukaan buah kontak dengan udara, juga menghambat aktivitas enzim karena
adanya penurunan pH. Selain itu dapat juga merendam buah dalam larutan asam
askorbat. Asam askorbat merupakan reducing agent atau antioksidan, yang
mengganggu oksidasi senyawa polifenol. .
Pencoklatan enzimatik yang melibatkan enzim polifenol
oksidase ini membentuk melanin sehingga menyebabkan warna coklat. Reaksi yang
menyebabkan warna coklat ini merupakan suatu reaksi kimia yang dikenal sebagai
oksidatif enzimatik dengan oksigen sebagai katalisator dalam reaksi tersebut.
Jadi reaksi pencoklatan enzimatik ini membutuhkan tiga agen utama yaitu oksigen
(dibantu katalis Cu+), enzim (polifenolase/ PPO) serta komponen
fenolik. Secara normal, sel memisahkan enzim dari komponen fenolik, tapi ketika
buah atau sayuran dipotong atau memar, enzim dan fenol bereaksi dengan
kehadiran oksigen membentuk produk yang kecoklatan.
Mekanisme reaksi
pembentukan melanin dapat dijelaskan sebagai berikut: Reaksi pertama merupakan
pengubahan p-cresol menjadi 4-methylcathecol. Hasilnya yaitu 4-methylcathecol
yang tidak stabil dan mengalami oksidasi non-enzimatis oleh oksigen dan
terpolimerisasi membentuk melanin. Reaksi kedua adalah cathecol menjadi
o-benzoquinone. Hasilnya yaitu o-benzoquinone bereaksi dengan grup amino dari
residu lisin protein
Aktivitas PPO
berada pada pH 5 sampai 7. Pada pH mendekati 3, enzim akan terinaktivasi secara
irreversible. Suhu optimum
enzim ini adalah 21-300C. Nilai pH akan mempengaruhi konformasi
enzim, sisi aktif yang dikenali, dan konformasi substrat. Enzim ini relatif
stabil terhadap panas dan dapat dihambat
oleh asam, halida, asam fenolat, sulfit, chelating agent, reducing
agent (asam askorbat), quinon, contohnya adalah sistin. Selain itu,
enzim ini juga dipengaruhi oleh faktor ionik, aktivitas air, lokasi substrat,
dan konsentrasi substrat.
Reaksi pencoklatan terdiri
dari reaksi pencoklatan enzimatis dan non-enzimatis. Reaksi pencoklatan
enzimatis biasa terjadi pada buah-buahan dan sayur-sayuran yang memiliki
senyawa fenolik. Senyawa ini berfungsi sebagai substrat bagi enzim
polifenoloksidase Terdapat berbagai macam senyawa fenolik, yaitu katekin dan
turunannya (tirosin), asam kafeat, asam klorogenat, serta leukoantosianin. Pada
jaringan tanaman, enzim PPO dan substrat fenolik dipisahkan oleh struktur sel
sehingga tidak terjadi pencoklatan. Untuk memicu terjadinya reaksi pencoklatan,
harus ada reaksi antara enzim PPO, substrat fenolik, serta oksigen. Reaksi
pencoklatan megubah struktur kuinol menjadi kuinon.
4.1 Pencegahan Pencoklatan
Enzimatis dengan Mengurangi Kontak dengan Peralatan Pengolahan dari Besi
Peralatan pengolahan deri besi dapat
meningkatkan reaksi oksidasi senyawa fenol dan pilifenol. Peralatan pengolahan
dari besi mudah mengalami karat atau korosi, menurut Asda dan Ade (2001) korosi
adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks dengan suatu logam
dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang
tidak dikehendakinya. reaksi yang berlangsung adalah:
Fe(s) Ã Fe2+ + 2e
(reaksi oksidasi )
O2
+ 2H2O + 4 e à 4 – OH (reaksi reduksi)
2Fe
+ O2 + 2H2O
à 2Fe(OH)2
Terlihat pada reaksi dengan adanya
korosi, kontak dengan oksigen akan semakin tinggi maka pencoklatan enzimatis
berlangsung lebih cepat. Terlihat pada tabel 1. perbedaan bahan yang dipotong
dengan pisau stainless steel dan
pisau besi.
Warna dari semua sampel yang dipotong dengan pisau
besi lebih coklat dari yang dipotong dengan pisau stainless steel
karena pemotongan yang menggunakan pisau
besi akan mempengaruhi perubahan warna pada buah. Warna buah yang menggunakan
pisau besi berwarna lebih coklat disebabkan pisau besi mengandung ion Fe, mudah berkarat
(oksidasi) maka enzim
polifenolase akan bereaksi dengan besi dan mempercepat warna coklat. Namun menurut literature yang ada untuk warna pada sampel apel, dan kentang yang
dipotong dengan pisau stainless steel dapat menjadi lebih tua dibandingkan dengan pemotongan
pisau besi, hal terebut dapat terjadi bukan hanya
dari kontak dengan alat yang dipakai,
bisa juga dari cara pemotongan dll, kemudian tergantung dari bahan pangan itu
sendiri, disamping dari literature yang mengatakan bahwa pisau biasa yang terbuat dari
besi akan mudah teroksidasi dan akan cepat menyebabkan karat, jika dipakai
untuk mengiris bahan pangan maka bahan pangan tersebut akan cepat teroksidasi
dan akan cepat menjadi coklat. Aktivitas kresolase dimana terbentuknya kompleks
protein-tembaga dengan menggabungkan satu molekul oksigen dengan protein tempat
atom kupro yang berdampingan terikat. Aktivitas kresolase melibatkan tiga tahap
yang dapat dinyatakan sebagai berikut :
Protein-Cu+-O2
+ monofenol →Protein-Cu2+ + o-kuinon + H2O
Bahan yang dipotong-potong lebih cepat mengalami
pencoklatan, karena enzim polifenolase yang menyebabkan peristiwa pencoklatan
lebih cepat bereaksi pada buah atau sayuran yang jaringannya telah rusak. Enzim
polifenolase dapat mengoksidsasi senyawa fenol menjadi o-kuinon. Enzim ini juga melakukan aktivitas katekolase yang
melibatkan pengoksidasian dua molekul o-difenol
menjadi dua molekul o-kuinon,
mengakibatkan reduksi satu molekul oksigen menjadi dua molekul air.
Apel mengandung enzim yang disebut oksidase polifenol (PPO)
atau tryosinase. Enzim inilah yang bertanggung jawab atas warna coklat apel.
Ketika apel diiris. enzim tersebut muncul dan bereaksi dengan oksigen sehingga
mengoksidasi senyawa fenolik yang dalam jaringan apel, o-kuinon. O-kuinon
kemudian menghasilkan produk-produk sekunder berwarna coklat yang merubah dari
warna asli apel (Mamanoenk, 2011). Berikut adalah tabel hasil pengamatan Pengurangan Kontak dengan Peralatan Pengolahan Besi.
Tabel 1.
Hasil Pengamatan Pengurangan Kontak dengan Peralatan Pengolahan Besi
Sampel
|
Stainless Steel
|
|||
0 menit
|
5 menit
|
10 menit
|
15 menit
|
|
Wortel
|
Orange
|
Orange
+
|
Orange
hitam++
|
Orange
hitam +++
|
Nanas
|
Kuning
+
|
Coklat
+
|
Kuning
++
|
Kuning
+++
|
Apel
|
Putih
|
Coklat +
|
Coklat ++
|
Coklat +++
|
Kentang
|
Kuning
|
Kuning kecokelatan
|
Kuning kecokelatan (+)
|
Kecokelatan (++)
|
Terung
|
putih kecoklatan
-
|
coklat +
|
coklat ++
|
coklat +++
|
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
Sampel
|
Besi
|
|||
0 menit
|
5 menit
|
10 menit
|
15 menit
|
|
Wortel
|
Orange
|
Orange
+
|
Orange
++
|
Orange
hitam++
|
Nanas
|
Kuning
|
Coklat
+
|
Coklat
++
|
Coklat +++
|
Apel
|
Coklat +
|
Coklat ++
|
Coklat +++
|
Coklat +++
|
Kentang
|
Kuning
|
Cokelat (+)
|
Cokelat (++)
|
Cokelat (+++)
|
Terung
|
putih kecoklatan -
|
Coklat ++
|
coklat +++
|
coklat +++
|
Sumber : Dokumentasi Pribadi,2015
4.2 Pencegahan
Pencoklatan Enzimatis dengan Cara Mengurangi Kontak dengan Oksigen
Berlangsungnya pencoklatan enzimatis
harus ada 4 komponen salah satunya adalah oksigen, maka dengan mengurangi
kontak dengan oksigen pencoklatan enzimatis dapat dicegah. Mengurangi kontak dengan
oksigen dilakukan dengan merendam potongan bahan. Berdasarkan
hasil pengamatan, perendaman sayuran dan buah ternyata dapat memperlambat reaksi
pencoklatan enzimatis. Terlihat
dari warna dan kesegaran yang relatif tidak berubah dan bahkan kerenyahannya
menunjukkan tingkat yang sama dengan buah yang masih segar. Berikut dibawah ini
adalah tabel hasil pengamatan pengurangan Kontak dengan oksigen.
Tabel 2. Hasil Pengamatan Pengurangan Kontak Dengan Oksigen
Perlakuan
|
Wortel
|
|||
Warna
|
Tekstur
|
|||
0 menit
|
15 menit
|
0 menit
|
15 menit
|
|
Kosong
|
Orange
|
Orange
|
Keras
|
Keras
|
Air
|
Orange
|
Orange
+
|
Keras
|
Lunak
+
|
Gula
|
Orange
|
Orange
|
Keras
|
Lunak
+
|
Garam
|
Orange
|
Orange
+
|
Keras
|
Lunak
|
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
Perlakuan
|
Nanas
|
|||
Warna
|
Tekstur
|
|||
0 menit
|
15 menit
|
0 menit
|
15 menit
|
|
Kosong
|
Kuning
|
Kuning
+
|
Keras
|
Lunak
|
Air
|
Kuning
|
Kuning
+
|
Keras
|
Keras
|
Gula
|
Kuning
|
Kuning
|
Keras
|
Lunak
|
Garam
|
Kuning
|
Kuning
|
Keras
|
Lunak
|
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
Perlakuan
|
Apel
|
|||
Warna
|
Tekstur
|
|||
0 menit
|
15 menit
|
0 menit
|
15 menit
|
|
Kosong
|
Putih
|
Putih Kecoklatan
|
Lunak
|
Lunak +
|
Air
|
Putih
|
Putih Kecoklatan +
|
Lunak
|
Lunak +
|
Gula
|
Putih
|
Putih Kecoklatan +
|
Lunak
|
Lunak +
|
Garam
|
Putih
|
Putih
|
Lunak
|
Lunak +
|
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
Perlakuan
|
Kentang
|
|||
Warna
|
Tekstur
|
|||
0 menit
|
15 menit
|
0 menit
|
15 menit
|
|
Kosong
|
Kuning
|
Kuning kecokelatan
|
Keras (+++)
|
Keras (+)
|
Air
|
Kuning
|
Kuning pucat
|
Keras (+++)
|
Keras (+++)
|
Gula
|
Kuning
|
Kuning pucat
|
Keras (+++)
|
Keras (++)
|
Garam
|
Kuning
|
Kuning pucat
|
Keras (+++)
|
Keras (++)
|
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
Perlakuan
|
Terung
|
|||
Warna
|
Tekstur
|
|||
0 menit
|
15 menit
|
0 menit
|
15 menit
|
|
Kosong
|
putih kecoklatan
|
coklat +
|
keras +
|
keras
|
Air
|
putih kecoklatan +
|
coklat +++
|
keras +
|
keras
|
Gula
|
putih kecoklatan +
|
coklat ++
|
keras +
|
lunak +
|
Garam
|
putih kecoklatan +
|
coklat +
|
keras +
|
lunak ++
|
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
Secara
umum hasil yang paling efektif mengurangi kontak dengan oksigen adalah dengan
larutan gula
karena menunjukkan hasil yang tidak terlalu buruk dalam konsentrasi 20%, sedangkan
garam kurang efektif karena menunjukkan
hasil yang kurang baik bila dibandingkan dengan gula, hal tersebut dapat dilihat pada
sampel wortel hal tersebut juga mungkin dapat terjadi karena konsentrasi garam
yang jauh berbeda dengan gula, selain itu juga tergantung pada sampel yang
diujikan. Begitu juga
dengan perendaman dengan air yang menunjukan hasil yang lebih kurang
dibandingkan dengan larutan garam dan
gula.
Larutan gula berfungsi untuk menghambat terjadinya
pencoklatan enzimatik karena larutan gula dapat memberikan lapisan atau mantel
sehingga mencegah permukaan buah dapat kontak dengan oksigen. Larutan gula dapat menurunkan pH
lingkungan sehingga enzim PPO ini menjadi inaktif. Semakin tinggi konsistensi
pemanis dalam suatu larutan menyebabkan pH menurun, hal ini disebabkan karena
gula mempunyai sifat coolingeffect (Winarno dalam Zulfahnur dkk, 1997).
Perendaman
dengan air garam dilakukan untuk mencegah sampel buah dan sayur agar tidak
kontak dengan oksigen sehingga tidak terbentuk senyawa polifenol oksidase
(fenolase). NaCl menghambat browning dengan cara menurunkan pH pada wortel dan
nanas sehingga mencegah terjadinya browning. Garam juga dapat digunakan untuk meningkatkan
cita rasa dari sampel (Friedman, 1996).
Pengurangan oksigen (O2) dalam rendaman air akan mencegah
reaksi pencoklatan, karena air dapat membatasi jumlah oksigen yang kontak
dengan jaringan sampel buah dan sayuran. Semakin minimal jumlah oksigen yang
mengalami kontak langsung dengan sampel maka semakin minimal proses pencoklatan
yang akan terjadi (Friedman, 1996) namun kurang efektif.
4.3
Pencegahan Pencoklatan Enzimatis dengan
Cara Menonaktifkan Enzim Polifenoloksidase (PFO)
Salah
satu upaya untuk mencegah pencoklatan buah akibat oksidasi enzim dapat
digunakan antioksidan untuk mencegah pencoklatan dan melindungi buah- buahan
dan sayuran. Menurut Wisnu, (2006) berdasarkan sumbernya antioksidan terdapat
antioksidan yang bersifat alami, seperti komponen fenolik/flavonoid, vitamin E,
vitamin C dan beta-karoten.
Senyawa-senyawa
sulfit misalnya natrium bisulfit, natrium sulfit dan lain-lain mempunyai
kemampuan untuk menghambat reaksi browning baik enzimatis maupun non
enzimatis. Penghambatan terhadap browning enzimatis terutama disebabkan
karena kemampuannya untuk mereduksi ikatan disulfida pada enzim, sehingga enzim
menjadi tidak aktif (Martins, 2012). Sulfit dapat menghambat enzim fenolase
pada konsentrasi satu ppm secara langsung atau mereduksi hasil oksidasi quinon
menjadi bentuk fenolat sebelumnya (Anonim, 2011).
Enzim
fenolase dan polifenolase bekerja optimum pada pH 5 – 7. Disamping menurunkan
pH, penambahan asam askorbat yang bersifat pereduksi kuat akan berfungsi
sebagai antioksidan. Dengan penambahan asam askorbat, oksigen yang menjadi
pemacu reaksi browning enzimatis dapat dieliminasi (Martins, 2012). Vitamin C
dapat mereduksi kembali quinon berwarna hasil oksidasi (o-quinon) menjadi
senyawa fenolat (o-difenol) tak berwarna. Asam askorbat selanjutnya dioksidasi
menjadi asam dehidroaskorbat (Anonim, 2011).
Asam
sitrat adalah asam trikarboksilat yang tiap molekulnya mengandung tiga gugus
karboksilat selain
itu ada satu gugus hidroksil yang terikat pada atom karbon di tengah. Asam
sitrat termasuk asidulan, yaitu senyawa kimia yang bersifat asam dan
ditambahkan pada proses pengolahan makanan dengan berbagai tujuan. Asidulan
dapat bertindak sebagai penegas rasa dan warna atau menyelubungi after taste
yang tidak disukai. Asam sitrat (yang banyak terdapat dalam lemon) sangat mudah
teroksidasi dan dapat digunakan sebagai pengikat oksigen untuk mencegah buah
berubah menjadi berwarna coklat. Asam ini ditambahkan untuk menurunkan pH yang cenderung sedang
sampai di bawah 4,5. Pemanasan untuk
menginaktivasi enzim-enzim.
Enzim umumnya bereaksi optimum pada suhu 30-40
ºC. Pada suhu 45 ºC enzim mulai terdenaturasi dan pada suhu 60 ºC mengalami
dekomposisi. Blanching dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu pemanasan secara langsung dengan air panas
(Hot Water Blanching) atau dengan menggunakan uap (Steam blanching). Blanching bertujuan
untuk menginaktifkan enzim yang memungkinkan perubahan warna, tekstur, cita
rasa bahan pangan (Aoyama et al., 1997).
Berikut
dibawah ini adalah tabel hasil pengamatan Pencegahan Pencoklatan Enzimatis
dengan Cara Menonaktifkan Enzim Polifenoloksidase (PFO).
Tabel 3. Hasil Pengamtan Inaktivasi
enzim PFO (warna dan tekstur)
Sampel
|
Pengamatan
|
Blansing
|
Tanpa Perlakuan
|
||||
Kukus
|
Rebus
|
||||||
0 menit
|
15 menit
|
0 menit
|
15 menit
|
0 menit
|
15 menit
|
||
Wortel
|
Warna
|
Orange
|
Orange
|
Orange
|
Orange
|
Orange
|
Orange
|
|
Tesktur
|
Keras
|
Lunak
++
|
Keras
|
Lunak
+
|
Lunak
|
Lunak
|
Apel
|
Warna
|
Putih kecoklatan
|
Putih kecoklatan +
|
Putih kecoklatan
|
Putih kecoklatan
|
Putih
|
Putih kecoklatan
|
|
Tekstur
|
Lunak
|
Lunak ++
|
Lunak
|
Lunak++
|
Lunak
|
Lunak +
|
Nanas
|
Warna
|
Kuning
|
Kuning
+
|
Kuning
|
Kuning
++
|
Kuning
|
Kuning
++
|
|
Tesktur
|
Keras
|
Lembek
+
|
Keras
|
Lembek
++
|
Lunak
|
Lunak
++
|
Kentang
|
Warna
|
Kuning
|
Kuning (+)
|
Kuning
|
Kuning (+)
|
Kuning
|
Kuning cokelat
|
|
Tesktur
|
Keras
|
Lunak (+)
|
Keras
|
Lunak (++)
|
Keras (+++)
|
Keras (+)
|
Terung
|
Warna
|
putih kecoklatan +
|
putih kecoklatan ++
|
putih kecoklatan +
|
putih kehijauan
|
putih kecoklatan +
|
putih kecoklatan
|
|
Tesktur
|
keras +
|
lunak
|
keras +
|
lunak+
|
keras +
|
keras +
|
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
Tabel 3. Hasil Pengamtan Inaktivasi
enzim PFO (warna dan tekstur)
Sampel
|
Pengamatan
|
Asam Sitrat
|
Asam Askorbat
|
Na-bisulfit
|
|||
0 menit
|
15 menit
|
0 menit
|
15 menit
|
0 menit
|
15 menit
|
||
Wortel
|
Warna
|
Orange
|
Orange
|
Orange
|
Orange
|
Orange
+
|
Orange
+
|
|
Tesktur
|
Lunak
+
|
Lunak +
|
Lunak
|
Lunak
|
Lunak
++
|
Lunak ++
|
Apel
|
Warna
|
Putih kecoklatan
|
Putih kecoklatan
|
Putih kecoklatan
|
Putih kecoklatan
|
Putih kecoklatan
|
Putih kecoklatan
|
|
Tekstur
|
Keras
|
Lunak +++
|
Keras
|
Lunak +
|
Keras
|
Lunak ++
|
Nanas
|
Warna
|
Kuning
|
Kuning
++
|
Kuning
+
|
Kuning
++
|
Kuning
|
Kuning
pucat
|
|
Tesktur
|
Lunak
+
|
Lunak
+
|
Lunak
|
Lunak
++
|
Keras
|
Keras
|
Kentang
|
Warna
|
kuning
|
Kuning (--)
|
Kuning
|
Kuning (-)
|
Kuning
|
Kuning (--)
|
|
Tesktur
|
Keras (+++)
|
Keras (++)
|
Keras (+++)
|
Keras (++)
|
Keras (+++)
|
Keras (++)
|
Terung
|
Warna
|
putih kecoklatan +
|
putih kecoklatan
|
putih kecoklatan +
|
coklat +
|
putih kecoklatan +
|
putih
|
|
Tesktur
|
keras +
|
lunak +
|
keras +
|
lunak ++
|
keras +
|
keras
|
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
Warna kentang dan terong yang lebih efektif dalam
pencegahan pencoklatan dengan perlakuan
perendaman natrium bisulfit, sementara apel tidak mengalami perubahan
warna pada natrium bisulfit dan asam askorbat, nanas mengalami perubahan warna menjadi kuning cerah pada asam
askorbat sedangkan memutih pada
perendaman asam sitrat, warna salak yang
lebih baik pada perendaman asam askorbat. Rata- rata warna sampel menjadi lebih tua atau
lebih coklat setelah diblansing kukus atau rebus.
Secara umum hasil organoleptik terbaik adalah
perendaman dengan larutan natrium
bisulfat Sulfit
dapat menghambat enzim fenolase pada konsentrasi satu ppm secara langsung atau
mereduksi hasil oksidasi quinon menjadi bentuk fenolat sebelumnya serta kemampuannya untuk mereduksi ikatan
disulfida pada enzim, sehingga enzim menjadi tidak aktif. Selanjutnya diikuti oleh asam sitrat , , Asam Askorbat, dan
blansing.
Tekstur kentang
yang lebih lunak yaitu dengan perlakuan blansing lalu natrium bisulfit, asam askorbat dan asam sitrat.
Tekstur terong yang lebih lunak yaitu perlakuan dengan blansing, asam sitrat dan natrium bisulfit
lalu asam askorbat. Tekstur apel yang lebih lunak yaitu perlakuan dengan blansing, asam sitrat , asam askorbat dan natrium bisulfit. Tekstur nanas yang lebih lunak dengan perlakuan blansing, asam sitrat , natrium bisulfit, dan
asam askorbat.
V.
KESIMPULAN dan SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktikum pencegahan pencoklatan enzimatis dapat disimpulkan bahwa:
·
Penggunaan pisau besi
dapat mempercepat reaksi oksidasi sehingga
·
Pencoklatan pada
sampel satu dengan yang lainnya berbeda tergantung pada masing-masing sampel
apakah mengandung kadar air tinggi dsb.
·
Pencegahan
pencoklatan enzimatik dengan mengurangi kontak dengan oksigen, cara yang paling
efektif adalah dengan merendamnya dalam larutan gula diikuti larutan garam dan terakhir adalah dalam
air.
·
Penonaktifan
enzim polifenol oksidase yang paling efektif adalah dengan perendaman dalam
larutan natrium bisulfit, diikuti asam
sitrat, asam askorbat, dan blansing.
·
Cara paling baik untuk mencegah pencoklatan enzimatis
dan tetap mempertahankan tekstur sebaik mungkin adalah perendaman dengan natrium bisulfat.
·
Warna
apel tidak berubah dengan perendaman natrium bisulfit dan asam
askorbat.
·
Tekstur
yang paling lunak yaitu perlakuan dengan
blansing, lalu asam sitrat.
5.2 Saran
·
Waktu yang
dipakai untuk praktikum sebaiknya dipakai dengan baik sehingga praktikum bisa
selesai lebih cepat dan tertib.
·
Lebih baik jika
setiap kelompok menyimpan hasil pengamatannya dengan diikuti gambar photo dari
hasil sampel yang diamati.
DAFTAR
PUSTAKA
Fennema, O.R. 1996. Food
Chemistry. Marcell Dekker Inc, New York.
Herudiyanto.,
Marlen, S. 2006. Pengantar Teknologi Pengolahan Pangan. Widya Padjajaran,
Bandung.
Lehninger, Albert L. dan Maggy Thenawidjaja. 1982. Dasar-Dasar
Biokimia. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Sukarti, Tati dkk. 2012.
Diktat Praktikum Biokimia Pangan. Fakultas Teknologi Industri Pertanian: Universitas
Padjadjaran.
Tjahjadi, C dan Herlina, M. 2008. Pengantar
Teknologi Pangan (Volume I). Jurusan Teknologi Industri Pangan. Fakultas
Teknologi Industri Pertanian. Universitas Padjajaran, Jatinangor.
Asda, Agus dan Ade Kendiri. 2011.
Korosi Merata. Available online at: http://www.angelfire.com (Diakses
Tanggal 17 November 2012).
Aoyama, S., & Yamamoto, Y.
(2007). Antioxidant activity and flavonoid content of Welsh onion (Allium
fistulosum) and the effect of thermal treatment. Food Science and Technology
Research, 13, 67–72.
Wisnu, Cahyadi. 2006.
Bahan Pengawet Makanan. Bumi
Aksara, Jakarta.
Mamanoenk.2011. Kenapa Warna Apel Berubah Coklat?.
http:// mamanunung.wordpress.com /2011/03/20/ kenapa-warna-apel-berubah-coklat/. Diakses tanggal 8 November 2014.
Martins, Rian. 2012. Reaksi
Pencoklatan. Available online at: http://www.scribd.com (Diakses
Tanggal 16 November 2012).
Zulfahnur, 2009. Mempelajari Pengaruh Reaksi
PencoklatanEnzimatis Pada Buah Dan Sayur. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
JAWABAN
PERTANYAAN
1.
Berdasarkan
hasil praktikum, jelaskan mengapa dalam prakteknya pencegahan pencoklatan
enzimatis tidak pernah dilaksanakan dengan menggunakan satu metode saja?
Jawab:
Pencegahan
pencoklatan enzimatis tidak pernah dilaksanakan dengan menggunakan satu metode
saja karena selama proses pengolahan terdapat banyak celah yang memungkinkan
terjadinya pencokltan enzimatis, seperti kontak dengan alat-alat produksi,
terdapat jeda waktu setelah pengupas dan pemotongan ke proses selanjutnya,
hingga penyimpanan produk akhir. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan
pencegahan pencoklatan enzimatis pada setiap tahapan proses pengolahan sesuai
kebutuhan, misalkan digunakan alat-alat pengolahan dari stainless steel,setelah dikupas atau dipotong bila tidak segera
diolah maka harus direndam dalam larutan garam atau gula untuk mengurangi
kontak dengan oksigen dan untuk pencegahan pencoklatan enzimatik agar
didapatkan produk akhir yang stabil maka dilakukan perendaman dengan asam
sitrat, natrium bisulfit dan sebagainya.
2.
Jelaskan mengapa
untuk buah-buahan metode blansing jarang sekali digunakan sebagai usaha menegah
pencoklatan enzimatis?
Jawab:
blansing jarang sekali
digunakan sebagai usaha menegah pencoklatan enzimatis untuk buah-buahan karena
sebagian buah-buahan memiliki kandungan air yang tinggi maka bila dilakukan
blansing jaringan buah akan rusak dan air dalam buah banyak yang keluar
sehingga tekstur buah akan lembek.
No comments:
Post a Comment