Friday, June 24, 2016

Laporan praktikum Kimia Fisik Analitik (Kitik) Standarisasi NaOH Terhadap HCL



 Yoga Jati Pratama
240210140003
Kelompok 1A Universitas Padjadjaran

IV.       HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Standarisasi NaOH Terhadap HCL
Kelompok
Sampel
V NaOH (ml)
Kadar Cuka
1
A
20,35 ml
24,42 %
2
B
16,50 ml
19,80 %
3
C
22,10 ml
26,52 %
4
A
20,20 ml
24,24 %
5
B
16,00 ml
19,20 %
6
C
21,30 ml
25,56 %
7
A
20,20 ml
24,24 %
8
B
16,05 ml
19,26 %
9
C
22,60 ml
27,12 %
10
A
19,80 ml
23,76 %
(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2015)

Cuka biasanya mengandung 4 – 5 % asam setat. Untuk menentukan kadar atau konsentrasinya dapat menggunakan titrasi asam basa atau mentitrasinya dengan NaOH yang telah terstandardisasi.

4.2  Asam Asetat (CH3COOH)
                                                                                                                             O
Asam asetat atau asam etanoat yang mempunyai rumus struktur CH3 - C - OH, merupakan suatu asam karboksilat. Yang kebanyakan dari asam karboksilat penting secara biologis maupun komersial selain asam asetat, aspirin, asam oleat, prostaglandin.
Sifat kimia yang paling menonjol dari asam karboksilat ialah kesamaanya. Dibanding dengan asam mineral seperti HCL dan HNO3 (pKa skitar 1 atau lebih rendah). Hanya asam karboksilat, asam sulfonat (R - SO3H) dan alkil hidrogen sulfat (RSO3H) yang merupakan kelompok - kelompok senyawa organik yang lebih asam daripada asam karbonat (H2CO3), namun asam karboksilat yang paling lazim.
Kuat asam adalah suatu istilah yang menjelaskan sejauh mana ionisasi suatu asam bronsted dalam air. Makin besar ionisasinya, maka makin banyak ion hidrogen yang terbentuk dan makin kuat asam itu. Kuat asam dinyatakan Ka atau pKa. Kuat asam dari asam asetat adalah 4,75 Ka.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, ada tiga golongan, merupakan golongan yang memberikan sifat asam pada zat organik. Kebanyakan asam karboksilat mempunyai konstan pengion antara 10-4 atau 10-6 sehingga mudah dititrasi. Konstan pengion ini tidak lepas dari pengaruh kuat asam. Indikator yang digunakan harus punya trayek pH di daerah basa. Adapun cara - cara penitaran adalah sebagai berikut :
a.            Titrasi asam - basa (asidimetri - alkalimetri)
Reaksi dasar dalam titrasi asam - basa adalah netralisasi / penetralan, yaitu reaksi asam basa yang dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
H+  +  OH-                 H2O
Bila diukur berapa ml larutan asam tertentu diperlukan untuk menetralkan larutan basa (kadarnya atau titrannya), maka pekerjaan itu disebut sabagai asidimetri sedangkan penitaran sebaliknya, asam dengan basa yang titarnya diketahui disebut alkalimetri.
b.            Titrasi oksidimetri / permanganometri
Dalam golongan ini termasuk penitaran - penitaran dengan kalium permanganat (KmnO4), kadang - kadang digunakan pengoksidasi lain misalnya kalium dikromat, serium (IV) sulfat.
c.             Titrasi reduktometri / iodimetri dan iodometri
Yang dimaksud dalam golongan ini adalah titrasi dengan iodin (iodimetri) atau dengan thio (iodometri). Zat - zat yang bersifat pereduksi, dapat langsung dititar dengan iodin.
d.            Titrasi / penitaran pengendapan (presipitasi)
Dasar penitaran pengendapan adalah reaksi - reaksi yang menghasilkan endapan yang sukar larut. Yang termasuk balam golongan ini antara lain argentometri yaitu penitaran berdasarkan pengendapan ion klorida, iodida atau bromida dengan AgNO3 yang titarnya diketahui.
e.             Titrasi / penitaran kompleksometri
Dasar penitaran komleksometri adalah terbentuknya senyawa rangkai (kompleks) yang mantap dan larut dalam air, bila larutan baku bereaksi dengan kation - kation yang sedang diuji.
4.3  Larutan standar
Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya diketahui secara pasti atau dapat pula diartikan sebagai bahan kimia yang digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan standar sekunder atau larutan yang harga konsentrasinya masih dapat berubah karena pengaruh lingkungan.
Dengan demikian, maka dikenal ada dua jenis larutan, yaitu larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Sedangkan proses penetapan konsentraasinya (biasanya dalam sistem kenormalan). Larutan standar sekunder dengan menggunakan larutan standar primer disebut standarisasi.
Reaksi antara titran dengan zat yang dipilih sebagai standar primer harus memenuhi syarat untuk analisa titrasi volumetri, yaitu :
1.                  Harus mudah diperoleh dalam bentuk murni atau dalam keadaan kemurnian yang konsentrasinya diketahui dengan harga yang wajar.
2.                  Zat itu harus tetap, harus mudah dikeringkan dan tidak terlalu hidrokospis, tidak berkurang beratnya jika terkena udara, garam hidratnya biasanya tidak dipergunakan dengan standar primer.
3.                  Mempunyai bobot ekuivalen tinggi agar dapat mengurangi konsentrasi kesalahan pada penimbangan.
Terdapat bermacam-macam larutan standar, antara lain sebagai berikut:
1.                  Standar primer asam
Ø    KHC8H4O4 (kalium hydrogen phatalat)
Ø    C8H8COOH (asam benzoat)
Ø    NH4.SO3H (asam sulfamat)
Ø    H2C2O4.2H2O (asam oksalat)
2.                  Standar primer basa
Ø    NaCO3 (natrium karbonat)
Ø    Na2B4O7.10H20 (boraks)

4.4  Dasar  Volumetri dan Titik Ekuivalen
Volumetri atau titrimetri adalah analisis jumlah berdasarkan pada pengukuran volume larutan pereaksi (larutan penitar/titran/larutan baku) yang direaksikan dengan larutan contoh/sampel yang ditentukan kadarnya (titrit). Pelaksanaan pengukuran volume ini disebut titrasi atau penitraan, yaitu larutan penitar ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam larutan contoh atau sampel sampai terjadi titik akhir titrasi yang secara kimia jumlah titrit dan jumlah titrit ekuivalen. Namun, tidak semua larutan dapat digunakan sebagai titran.
Titik ekuivalen adalah titik akhir titrasi, yaitu dimana suatu titrasi akan    dihentikan karena telah mencapai suatu kesetaraan. Untuk mengetahui kapan suatu titrasi dikatakan setara ialah bila pada larutan titrit telah terjadi perubahan warna. Hal ini disebabkan karena penambahan indikator sebagai larutan petunjuk. Namun, tidak semua larutan dapat digunakan sebagai titran. Untuk itu, pereaksi harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
·                     Berlangsung sempurna, tunggal dan menurut persamaan yang jelas (dasar teoritis)
·                     Cepat dan irreversible
·                     Ada petunjuk akhir titrasi
Larutan baku yang digunakan harus stabil sehingga konsentrasinya tidak mudah berubah bila disimpan. (Harjadi , W. 1986)
4.5  Indikator  PP
Indikator PP adalah asam dwiprotik yang tak berwarna. Mula-mula zat ini berdiososiasi menjadi suatu bentuk tak berwarna dan kemudian dengan kehilangan proton kedua, menjadi ion dengan sistem konjugasi maka timbulah warna merah. Untuk asam lemah, PH titik kesetaraan diatas 7 dan biasanya dipilih phenoptalein. Untuk basa lemah, dimana PH titik kesetaraan dibaawah 7, biasanya digunakan metil merah atau metil jingga. Untuk asam kuat dan basa kuat biasanya dipilih metil merah, bromo timol biru, dan phenolptalein.

Standardisasi NaOH 0,1 N dilakukan dengan rumus
N1.V1 = N2.V2
Standarisasi ini dilakukan untuk menguji keakuratan konsentrasi NaOH hasil pengenceran. NaOH bukan merupakan bahan baku primer karena bersifat higroskopis dan mudah menyerap CO2 dari udara. Oleh karena itu NaOH harus di standarisasi terlebih dahulu. NaOH merupakan basa kuat yang mudah menyerap CO2, sehingga mudah dikotori oleh karbonat. Hal ini dapat diatasi dengan cara digunakannya air bebas CO2 untuk melarutkan basa. Cara untuk membuat air bebas CO2 yaitu dengan memanaskan akuades sampai mendidih, tutup kemudian keluarkan uap selama 10 menit (agar O2 keluar), lalu dinginkan dengan air mengalir. (Ismail. E. 2004)
Larutan baku basa selain NaOH yaitu ada KOH dan Ba(OH)2. Karakteristik dari larutan baku sekunder ini adalah :
1.      Tidak tersedia dalam bentuk murni
2.      Tidak stabil, sangat higroskopis atau mudah bereaksi dengan udara
3.      Mempunyai berat molekul relatif kecil
Oleh sebab itu, larutan baku sekunder, pada saat sebelum digunakan harus distandarisasi oleh larutan baku primer.
Dari praktikum yang telah dilaksanakan pada tanggal 29 September 2015 mengenai penentuan kadar asam asetat pada asam cuka dengan titrasi NaOH 0.1 N dengan cara masukan 10 ml gula makan pada erlenmeyer 25ml lalu tambahkan 3 tetes indikator pp kemudian titrai dengan NaOH 0,1 N sampai berwarna merahlalu hitung kadar asam asetat yang ada pada cuka makanan tersebut dalam persen.
3 Sampel yang praktikan gunakan adalah
  1. Cuka makan indomaret 25% asam cuka 150ml dengan komposisi air matang, asam asetat dan didapat tanggal kadaluarsa pada kemasan 4 April 2018
  2. Cuka masak double L 60 ml dengan komposisi air matang,asam asetat  dengan tanggal kadaluarsa pada kemasan 1 september 2018
  3. Cuka dixi (makan) 100ml dengan komposisi asam cuka 25% , air purifikasi 25% degan tanggal kadaluarsa pada kemasan 1 juni 2020
Dengan sebelumnya dilakukan terlebih dahulu standar deviasi untuk mengetahui data statistik yang akan digunakan untuk menentukan bagaimana sebaran data dalam sampel, dengan perhitungan sbb :
  1. 0,28
  2. 0,35
  3. 0,78

Setelah dilakukan pengamatan  maka didapat hitungannya dalam persen kadar asam asetat pada cuka sebagai berikut :
1.       =
          =  x 100%
          = 24413,24 % (mg/ml)
          = 24,4 % (g/ml)
Titrasi asam basa sering disebut dengan titrasi netralisasi. Dalam titrasi ini, kita dapat menggunakan laritan standar asam dan larutan standar basa. Reaksi netralisasi terjadi antara ion hidrogen sebagai asam dengan ion hidroksida sebagai basa dan membentuk air yang bersifat netral. (Sukarti, T. 2008)
Berdasarkan konsep lain, reaksi netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton (basa). Dalam melakukan titrasi netralisasi kita perlu mengamati secara cermat perubahan pH, khususnya pada saat akan mencapai titik akhir  titrasi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan dimana akan terjadi perubahan warna dari indikator.
Dalam percobaan penentuan kadar asam asetat yang terdapat dalam cuka, kami menggunakan tiga merek sampel cuka yang terjual di pasaran antara lain: cuka Indomaret, double L dan dixi yang telah dipaparkan di atas. Tujuannya adalah untuk membandingakan dari ketiga merek tersebut yang kandungan asam asetatnya jauh lebih tinggi dari pada yang lainnya, dengan demikian mengetahui jenis yang baik untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
Pengenceran cuka bertujuan agar jumlah kandungan ion asam asetat di dalam larutan sedikit berkurang, dengan demikian mempercepat pada saat titrasi. Karena basa kuat hanya mengubah sejumlah kecil ion asam asetat. Sehingga pengenceran juga bermanfaat untuk menghemat bahan kimia yang digunakan untuk titrasi.
Titrasi oleh basa kuat menyebabkan larutan hasil titrasi sedikit bersifat basa, karena basa kuat dominan dibandingkan asam asetat yang lemah. Titrasi dibantu oleh suatu larutan petunjuk yaitu indikator fenoftalein yang jangkauan pH antara 8-9,4. Pada saat ion basa kuat yang dalam hal ini adalah NaOH (Natrium hidroksida) mengubah semua ion asam asetat yang terdapat dalam erlenmeyer, maka indikator akan berubah warna menjadi merah muda sebab telah terjadi titik kesetaraan antara ion basa kuat dengan ion asam asetat dalam erlenmeyer. Titrasi pada masing-masing sampel dilakukan sebanyak dua kali atau duplo bertujuan agar diperoleh data yang akurat. Titrasi secara duplo dikatakan berhasil apabila diperoleh data mengenai volume penitar basa kuat yang tidak terlalu berbeda sebesar 0,1 bahkan dapat saja sama.
Untuk menentukan kadar asam asetat dalam cuka perdagangan. Penitar yang digunakan adalah NaOH yang telah distandarisasi. Dapat dilihat dalam tabel hasil pengamatan bahwa kadar CH3COOH cuka tersebut adalah tinggi dan melebihi 3%. Sehingga ketiga sampel cuka tersebut harus diencerkan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi oleh konsumen sebab seperti yang kita tahu bahwa apabila cuka di konsumsi secara berlebihan dapat membuat usus menipis 20% (khopkar,2002). Kadar CH3COOH dapat diketahui dengan menitrasi menggunakan NaOH 0,1 N, (menambahkan indicator PP sebanyak 3 tetes) dan titrasi dihentikan ketika warna dari sampel telah berubah warna menjadi merah muda.


























V.        PENUTUP

5.1  Kesimpulan
1.      Dalam melakukan titrasi netralisasi kita perlu mengamati secara cermat perubahan pH, khususnya pada saat akan mencapai titik akhir  titrasi.
2.      Pengenceran cuka bertujuan agar jumlah kandungan ion asam asetat di dalam larutan sedikit berkurang, dengan demikian mempercepat pada saat titrasi.
3.      Kadar CH3COOH dapat diketahui dengan menitrasi menggunakan NaOH 0,1 N, (menambahkan indicator PP sebanyak 3 tetes) dan titrasi dihentikan ketika warna dari sampel telah berubah warna menjadi merah muda.
4.      Cuka dapat membuat usus menipis 20% apabila dikonsumsi secara berlebih
5.      Dapat mengetahui kadar asam asetat dalam setiap sampel
5.2  Saran
                 Selain terdapat berbagai peralatan laboratorium. Praktikan juga harus memperhatikan tentang keselamatan kerja di dalam laboratorium kimia. Sumber bahaya dalam laboratorium kimia dikelompokan menjadi bahan kimia yang berbahaya, teknik percobaan, dan sarana laboratorium. Prosedur dan cara kerja perlu diberikan secara jelas dan sempurna sebelum dikerjakan oleh mahasiswa.
-          Berdoa diawal praktikum dan di akhir praktikum






DAFTAR PUSTAKA

Harjadi , W . 1986 . Ilmu Kimia Analitik Dasar . PT. Gramedia Pustaka Utama .         Jakarta.
Ismail. E. Krisnandi. 2004. Pengantar Kimia Analisis II. Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor. Departemen Perindustrian RI.
Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press, Jakarta.
Sukarti, Tati. 2008. Kimia Analitik. Penerbit Widya Padjadjaran, Bandung.

No comments:

Post a Comment