Yoga Jati Pratama
240210140003
Kelompok 1A Universitas Padjadjaran
240210140003
Kelompok 1A Universitas Padjadjaran
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Standarisasi NaOH
Terhadap HCL
Kelompok
|
Sampel
|
V NaOH (ml)
|
Kadar Cuka
|
1
|
A
|
20,35 ml
|
24,42 %
|
2
|
B
|
16,50 ml
|
19,80 %
|
3
|
C
|
22,10 ml
|
26,52 %
|
4
|
A
|
20,20 ml
|
24,24 %
|
5
|
B
|
16,00 ml
|
19,20 %
|
6
|
C
|
21,30 ml
|
25,56 %
|
7
|
A
|
20,20 ml
|
24,24 %
|
8
|
B
|
16,05 ml
|
19,26 %
|
9
|
C
|
22,60 ml
|
27,12 %
|
10
|
A
|
19,80 ml
|
23,76 %
|
(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2015)
Cuka
biasanya mengandung 4 – 5 % asam setat. Untuk menentukan kadar atau
konsentrasinya dapat menggunakan titrasi asam basa atau mentitrasinya dengan
NaOH yang telah terstandardisasi.
4.2 Asam
Asetat (CH3COOH)
O
Asam asetat atau asam etanoat yang mempunyai rumus struktur CH3
- C - OH, merupakan suatu asam karboksilat. Yang kebanyakan dari asam
karboksilat penting secara biologis maupun komersial selain asam asetat,
aspirin, asam oleat, prostaglandin.
Sifat kimia yang paling menonjol dari asam karboksilat ialah kesamaanya.
Dibanding dengan asam mineral seperti HCL dan HNO3 (pKa skitar 1
atau lebih rendah). Hanya asam karboksilat, asam sulfonat (R - SO3H)
dan alkil hidrogen sulfat (RSO3H) yang merupakan kelompok - kelompok
senyawa organik yang lebih asam daripada asam karbonat (H2CO3),
namun asam karboksilat yang paling lazim.
Kuat asam adalah suatu istilah yang menjelaskan sejauh mana ionisasi
suatu asam bronsted dalam air. Makin besar ionisasinya, maka makin banyak ion
hidrogen yang terbentuk dan makin kuat asam itu. Kuat asam dinyatakan Ka atau
pKa. Kuat asam dari asam asetat adalah 4,75 Ka.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, ada tiga golongan, merupakan
golongan yang memberikan sifat asam pada zat organik. Kebanyakan asam karboksilat mempunyai konstan
pengion antara 10-4 atau 10-6 sehingga mudah dititrasi.
Konstan pengion ini tidak lepas dari pengaruh kuat asam. Indikator yang
digunakan harus punya trayek pH di daerah basa. Adapun cara - cara
penitaran adalah sebagai berikut :
a.
Titrasi asam - basa (asidimetri - alkalimetri)
Reaksi dasar dalam titrasi
asam - basa adalah netralisasi / penetralan, yaitu reaksi asam basa yang dapat
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
H+
+ OH- H2O
Bila diukur berapa ml larutan asam
tertentu diperlukan untuk menetralkan larutan basa (kadarnya atau titrannya),
maka pekerjaan itu disebut sabagai asidimetri sedangkan penitaran sebaliknya,
asam dengan basa yang titarnya diketahui disebut alkalimetri.
b.
Titrasi oksidimetri / permanganometri
Dalam golongan ini termasuk
penitaran - penitaran dengan kalium permanganat (KmnO4), kadang -
kadang digunakan pengoksidasi lain misalnya kalium dikromat, serium (IV)
sulfat.
c.
Titrasi reduktometri / iodimetri dan
iodometri
Yang dimaksud dalam golongan
ini adalah titrasi dengan iodin (iodimetri) atau dengan thio (iodometri). Zat
- zat yang bersifat pereduksi, dapat langsung dititar dengan iodin.
d.
Titrasi /
penitaran pengendapan (presipitasi)
Dasar penitaran
pengendapan adalah reaksi - reaksi yang menghasilkan endapan yang sukar larut.
Yang termasuk balam golongan ini antara lain argentometri yaitu penitaran
berdasarkan pengendapan ion klorida, iodida atau bromida dengan AgNO3
yang titarnya diketahui.
e.
Titrasi /
penitaran kompleksometri
Dasar penitaran
komleksometri adalah terbentuknya senyawa rangkai (kompleks) yang mantap dan
larut dalam air, bila larutan baku bereaksi dengan kation - kation yang sedang
diuji.
4.3 Larutan
standar
Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya
diketahui secara pasti atau dapat pula diartikan sebagai bahan kimia yang digunakan
untuk menetapkan konsentrasi larutan standar sekunder atau larutan yang harga
konsentrasinya masih dapat berubah karena pengaruh lingkungan.
Dengan demikian, maka dikenal ada dua jenis larutan,
yaitu larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Sedangkan proses
penetapan konsentraasinya (biasanya dalam sistem kenormalan). Larutan standar
sekunder dengan menggunakan larutan standar primer disebut standarisasi.
Reaksi antara titran dengan zat yang dipilih sebagai
standar primer harus memenuhi syarat untuk analisa titrasi volumetri, yaitu :
1.
Harus mudah
diperoleh dalam bentuk murni atau dalam keadaan kemurnian yang konsentrasinya
diketahui dengan harga yang wajar.
2.
Zat itu harus
tetap, harus mudah dikeringkan dan tidak terlalu hidrokospis, tidak berkurang
beratnya jika terkena udara, garam hidratnya biasanya tidak dipergunakan dengan
standar primer.
3.
Mempunyai bobot
ekuivalen tinggi agar dapat mengurangi konsentrasi kesalahan pada penimbangan.
Terdapat bermacam-macam larutan standar, antara lain
sebagai berikut:
1.
Standar primer
asam
Ø
KHC8H4O4
(kalium hydrogen phatalat)
Ø
C8H8COOH
(asam benzoat)
Ø
NH4.SO3H
(asam sulfamat)
Ø
H2C2O4.2H2O
(asam oksalat)
2.
Standar primer
basa
Ø
NaCO3
(natrium karbonat)
Ø
Na2B4O7.10H20
(boraks)
4.4 Dasar Volumetri dan Titik Ekuivalen
Volumetri atau titrimetri adalah analisis jumlah
berdasarkan pada pengukuran volume larutan pereaksi (larutan
penitar/titran/larutan baku) yang direaksikan dengan larutan contoh/sampel yang
ditentukan kadarnya (titrit). Pelaksanaan pengukuran volume ini disebut titrasi
atau penitraan, yaitu larutan penitar ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam
larutan contoh atau sampel sampai terjadi titik akhir titrasi yang secara kimia
jumlah titrit dan jumlah titrit ekuivalen. Namun, tidak semua larutan dapat
digunakan sebagai titran.
Titik ekuivalen adalah titik akhir titrasi, yaitu dimana suatu titrasi
akan dihentikan karena telah mencapai
suatu kesetaraan. Untuk mengetahui kapan suatu titrasi dikatakan setara ialah
bila pada larutan titrit telah terjadi perubahan warna. Hal ini disebabkan
karena penambahan indikator sebagai larutan petunjuk. Namun, tidak semua
larutan dapat digunakan sebagai titran. Untuk itu, pereaksi harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
·
Berlangsung sempurna,
tunggal dan menurut persamaan yang jelas (dasar teoritis)
·
Cepat dan irreversible
·
Ada petunjuk akhir
titrasi
Larutan
baku yang digunakan harus stabil sehingga konsentrasinya tidak mudah berubah
bila disimpan. (Harjadi , W. 1986)
4.5 Indikator PP
Indikator
PP adalah asam dwiprotik yang tak berwarna. Mula-mula zat ini berdiososiasi
menjadi suatu bentuk tak berwarna dan kemudian dengan kehilangan proton kedua,
menjadi ion dengan sistem konjugasi maka timbulah warna merah. Untuk asam
lemah, PH titik kesetaraan diatas 7 dan biasanya dipilih phenoptalein. Untuk
basa lemah, dimana PH titik kesetaraan dibaawah 7, biasanya digunakan metil
merah atau metil jingga. Untuk asam kuat dan basa kuat biasanya dipilih metil
merah, bromo timol biru, dan phenolptalein.
Standardisasi NaOH 0,1
N dilakukan dengan rumus
N1.V1
= N2.V2
Standarisasi
ini dilakukan untuk menguji keakuratan konsentrasi NaOH hasil pengenceran. NaOH bukan
merupakan bahan baku primer karena bersifat higroskopis dan mudah menyerap CO2
dari udara. Oleh karena itu NaOH harus di standarisasi terlebih dahulu. NaOH
merupakan basa kuat yang mudah menyerap CO2, sehingga mudah dikotori oleh
karbonat. Hal ini dapat diatasi dengan cara digunakannya air bebas CO2 untuk
melarutkan basa. Cara untuk membuat air bebas CO2 yaitu dengan memanaskan akuades
sampai mendidih, tutup kemudian keluarkan uap selama 10 menit (agar O2 keluar),
lalu dinginkan dengan air mengalir. (Ismail. E. 2004)
Larutan baku basa selain NaOH yaitu ada KOH dan Ba(OH)2. Karakteristik
dari larutan baku sekunder ini adalah :
1.
Tidak tersedia dalam
bentuk murni
2.
Tidak stabil, sangat
higroskopis atau mudah bereaksi dengan udara
3.
Mempunyai berat molekul
relatif kecil
Oleh
sebab itu, larutan baku sekunder, pada saat sebelum digunakan harus
distandarisasi oleh larutan baku primer.
Dari praktikum
yang telah dilaksanakan pada tanggal 29 September 2015 mengenai penentuan kadar asam
asetat pada asam cuka dengan titrasi NaOH 0.1 N dengan cara masukan 10 ml gula makan pada erlenmeyer
25ml lalu tambahkan 3 tetes indikator pp kemudian titrai dengan NaOH 0,1 N
sampai berwarna merahlalu hitung kadar asam asetat yang ada pada cuka makanan
tersebut dalam persen.
3 Sampel yang praktikan gunakan adalah
- Cuka makan indomaret 25% asam cuka 150ml dengan komposisi air matang, asam asetat dan didapat tanggal kadaluarsa pada kemasan 4 April 2018
- Cuka masak double L 60 ml dengan komposisi air matang,asam asetat dengan tanggal kadaluarsa pada kemasan 1 september 2018
- Cuka dixi (makan) 100ml dengan komposisi asam cuka 25% , air purifikasi 25% degan tanggal kadaluarsa pada kemasan 1 juni 2020
Dengan
sebelumnya dilakukan terlebih dahulu standar deviasi untuk mengetahui data
statistik yang akan digunakan untuk menentukan bagaimana sebaran data dalam
sampel, dengan perhitungan sbb :
- 0,28
- 0,35
- 0,78
Setelah dilakukan pengamatan maka didapat
hitungannya dalam persen kadar asam asetat pada cuka sebagai berikut :
1. =
= x 100%
= 24413,24 % (mg/ml)
= 24,4 % (g/ml)
Titrasi asam basa sering disebut dengan titrasi
netralisasi. Dalam titrasi ini, kita dapat menggunakan laritan standar asam dan
larutan standar basa. Reaksi netralisasi terjadi antara ion hidrogen sebagai
asam dengan ion hidroksida sebagai basa dan membentuk air yang bersifat netral.
(Sukarti, T. 2008)
Berdasarkan konsep lain, reaksi netralisasi dapat juga
dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton
(basa). Dalam melakukan titrasi netralisasi kita perlu mengamati secara cermat
perubahan pH, khususnya pada saat akan mencapai titik akhir titrasi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
kesalahan dimana akan terjadi perubahan warna dari indikator.
Dalam percobaan penentuan kadar asam
asetat yang terdapat dalam cuka, kami menggunakan tiga merek sampel cuka yang
terjual di pasaran antara lain: cuka Indomaret, double L dan dixi yang telah
dipaparkan di atas. Tujuannya adalah untuk membandingakan dari ketiga merek
tersebut yang kandungan asam asetatnya jauh lebih tinggi dari pada yang
lainnya, dengan demikian mengetahui jenis yang baik untuk dikonsumsi oleh
masyarakat.
Pengenceran cuka bertujuan agar jumlah
kandungan ion asam asetat di dalam larutan sedikit berkurang, dengan demikian
mempercepat pada saat titrasi. Karena basa kuat hanya mengubah sejumlah kecil
ion asam asetat. Sehingga pengenceran juga bermanfaat untuk menghemat bahan
kimia yang digunakan untuk titrasi.
Titrasi oleh basa kuat menyebabkan larutan
hasil titrasi sedikit bersifat basa, karena basa kuat dominan dibandingkan asam
asetat yang lemah. Titrasi dibantu oleh suatu larutan petunjuk yaitu indikator
fenoftalein yang jangkauan pH antara 8-9,4. Pada saat ion basa kuat yang dalam
hal ini adalah NaOH (Natrium hidroksida) mengubah semua ion asam asetat yang
terdapat dalam erlenmeyer, maka indikator akan berubah warna menjadi merah muda
sebab telah terjadi titik kesetaraan antara ion basa kuat dengan ion asam
asetat dalam erlenmeyer. Titrasi pada masing-masing sampel dilakukan sebanyak
dua kali atau duplo bertujuan agar diperoleh data yang akurat. Titrasi secara
duplo dikatakan berhasil apabila diperoleh data mengenai volume penitar basa
kuat yang tidak terlalu berbeda sebesar 0,1 bahkan dapat saja sama.
Untuk
menentukan kadar asam asetat dalam cuka perdagangan. Penitar yang digunakan
adalah NaOH yang telah distandarisasi. Dapat dilihat dalam tabel hasil
pengamatan bahwa kadar CH3COOH cuka tersebut adalah tinggi dan melebihi 3%.
Sehingga ketiga sampel cuka tersebut
harus diencerkan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi oleh konsumen
sebab seperti yang kita tahu bahwa apabila cuka di konsumsi secara berlebihan
dapat membuat usus menipis 20% (khopkar,2002). Kadar CH3COOH dapat
diketahui dengan menitrasi menggunakan NaOH 0,1 N, (menambahkan indicator PP
sebanyak 3 tetes) dan titrasi dihentikan ketika warna dari sampel telah berubah
warna menjadi merah muda.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.
Dalam melakukan
titrasi netralisasi kita perlu mengamati secara cermat perubahan pH, khususnya
pada saat akan mencapai titik akhir
titrasi.
2.
Pengenceran
cuka bertujuan agar jumlah kandungan ion asam asetat di dalam larutan sedikit
berkurang, dengan demikian mempercepat pada saat titrasi.
3.
Kadar CH3COOH
dapat diketahui dengan menitrasi menggunakan NaOH 0,1 N, (menambahkan indicator
PP sebanyak 3 tetes) dan titrasi dihentikan ketika warna dari sampel telah
berubah warna menjadi merah muda.
4.
Cuka dapat membuat usus
menipis 20% apabila dikonsumsi secara berlebih
5.
Dapat mengetahui kadar
asam asetat dalam setiap sampel
5.2 Saran
Selain terdapat
berbagai peralatan laboratorium. Praktikan juga harus memperhatikan tentang
keselamatan kerja di dalam laboratorium kimia. Sumber bahaya dalam laboratorium
kimia dikelompokan menjadi bahan kimia yang berbahaya, teknik percobaan, dan
sarana laboratorium. Prosedur
dan cara kerja perlu diberikan secara jelas dan sempurna sebelum dikerjakan
oleh mahasiswa.
-
Berdoa diawal praktikum dan di akhir
praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Harjadi , W . 1986 . Ilmu Kimia Analitik
Dasar . PT. Gramedia Pustaka Utama . Jakarta.
Ismail. E. Krisnandi. 2004. Pengantar Kimia Analisis II. Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor.
Departemen Perindustrian RI.
Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia
Analitik. UI-Press, Jakarta.
Sukarti, Tati. 2008. Kimia
Analitik. Penerbit Widya Padjadjaran, Bandung.
No comments:
Post a Comment