Yoga Jati Pratama
240210140003
Kelompok 1A Universitas Padjadjaran
240210140003
Kelompok 1A Universitas Padjadjaran
IV. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel
1.Hasil Pengamatan standardisasi NaOH dan Standardisasi HCl
Kel
|
V
HCI
(ml)
|
N
HCl
standardisasi
|
V
NaOH
(ml)
|
N
NaOH
Standardisasi
|
1
|
9,4
|
0,106
|
4,9
|
0,20
|
2
|
8,5
|
0,11
|
5,1
|
0,19
|
3
|
9,5
|
0,105
|
7,2
|
0,13
|
4
|
8,8
|
0,1136
|
5
|
0,12
|
5
|
9,5
|
0,105
|
5,2
|
0,15
|
6
|
9,2
|
0,109
|
5
|
0,20
|
7
|
8,5
|
0,1176
|
5
|
0,20
|
8
|
8
|
0,125
|
5,2
|
0,19
|
9
|
9,3
|
0,107
|
5,4
|
0,190
|
10
|
9,5
|
0,105
|
5,1
|
0,19
|
Sumber
: (Dokumentasi Pribadi, 2015)
·
Pembuatan larutan HCl
0,1 N


N
= 11,86 N
V1.N1
= V2.N2
V1.11,86
= 1000.0,2
V1
= 8,432ml dan di pipet 8,4 ml
·
Pembuatan larutan NaOH 0,1 N yang di pakai NaOH 0,2 N
N = M x e
N = M x 1

Gram – 1 gram dan di timbang 0,97
gram
·
Pembuatan Larutan Na2CO3 0,1 N --> 2Na+
+ CO32-

Gram = 1,325 gram dan di timbang
1,3204gr
4.2 Pembahasan
Praktikum yang dilakukan
kali ini selasa, 22 September 2015 adalah titrasi asam basa. Titrasi
adalah pengukuran suatu larutan dari suatu reaktan yang dibutuhkan untuk
bereaksi sempurna dengan sejumlah reaktan tertentu lainnya. Dibutuhkan 2 macam larutan pada percobaan titrasi
yaitu titran dan analit.
Titran
(larutan penitrasi) merupakan
larutan baku yang sudah diketahui secara pasti konsentrasinya, biasanya
diletakkan di dalam buret (tabung panjang yang memiliki skala volume dan kran
penetes). Sedangkan analit (larutan
yang dititrasi) adalah larutan yang akan dicari konsentrasinya namun
volumenya harus sudah diketahui terlebih dahulu dan biasanya diletakkan di
dalam erlenmeyer.
Berikut ini merupakan cara
titrasi :
1.
Zat penitrasi (titran)
yang merupakan larutan baku dimasukkan ke dalam buret yang telah ditera.
2.
Zat yang dititrasi (titrat)
ditempatkan pada wadah (gelas kimia atau erlenmeyer).Ditempatkan tepat dibawah
buret berisi titran.
3.
Tambahkan indikator yang sesuai
pada titrat, misalnya, indikator fenoftalien.
4.
Rangkai alat titrasi
dengan baik. Buret harus berdiri tegak, wadah titrat tepat dibawah ujung buret,
dan tempatkan sehelai kertas putih atau tissu putih di bawah wadah titrat.
5.
Atur titran yang keluar dari buret
(titran dikeluarkan sedikit demi sedikit biasa disebut dengan metode setengah
tetes) sampai larutan di dalam gelas kimia menunjukkan perubahan warna dan
diperoleh titik akhir titrasi.
Titrasi asam basa terbagi menjadi 4
jenis yaitu :
1. Asam kuat - Basa kuat
2. Asam kuat - Basa lemah
3. Asam lemah - Basa kuat
4. Asam lemah – Basa lemah
1.
Titrasi Asam Kuat - Basa Kuat
-
Asam kuat : HCl
- Basa kuat : NaOH
- Basa kuat : NaOH
Persamaan
Reaksi :
HCl + NaOH → NaCl + H2O
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Reaksi
ionnya :
H+ + OH- → H2O
H+ + OH- → H2O
Kurva
Titrasi Asam Kuat Basa Kuat

Gambar
1. Kurva titrasi asam kuat – basa kuat
2.
Titrasi Asam Kuat - Basa Lemah
-
Asam kuat : HCl
- Basa lemah : NH4OH
- Basa lemah : NH4OH
Persamaan
Reaksi :
HCl + NH4OH → NH4Cl + H2O
Reaksi ionnya :
H+ + NH4OH → H2O + NH4+
HCl + NH4OH → NH4Cl + H2O
Reaksi ionnya :
H+ + NH4OH → H2O + NH4+
Kurva
Titrasi Asam kuat – Basa Lemah

Gambar
2. Kurva titrasi asam kuat – basa lemah
3.
Titrasi Asam Lemah - Basa Kuat
-
Asam lemah : CH3COOH
- Basa kuat : NaOH
- Basa kuat : NaOH
Persamaan
Reaksi :
CH3COOH + NaOH → NaCH3COO + H2O
Reaksi ionnya :
H+ + OH- → H2O
CH3COOH + NaOH → NaCH3COO + H2O
Reaksi ionnya :
H+ + OH- → H2O
Kurva
Titrasi Asam Lemah – Basa Kuat

Gambar
3. Kurva titrasi asam lemah – basa kuat
4. Titrasi Asam Lemah – Basa
Lemah
Contoh yang biasa
untuk kurva titrasi asam lemah dan basa lemah adalah asam etanoat danamonia : CH3COOH
(aq) + NH3(aq) --->CH3COONH4 (aq). Hal ini
juga terjadi karena keduanya bersifat lemah - pada kasus tersebut, titik
ekivalen kira-kira terletak pada pH 7. Gambar ini hanyalah
penggabungan gambar yang telah anda lihat. Sebelum titik ekivalen sama seperti kasus amonia - HCl. Setelah titik ekivalen seperti bagian
akhir kurva asam etanoat - NaOH. (Harjadi , W . 1986)

Gambar
4. Kurva titrasi asam lemah – basa lemah
Soda kering (Na2CO3)
adalah garam yang bersifat basa, sehingga dapat bereaksi dengan HCl. Karena HCl
adalah asam kuat sedangkan soda bersifat basa lemah, maka dipakai metil orange
sebagai indikator (titik setara pada pH ±3,7). Reaksi dasar dalam titrasi asam
basa adalah netralisasi/ penetralan, yaitu reaksi asam dan basa, yang dapat
dinyatakan dalam persamaan reaksi seperti berikut:
H+ + OH-
→ H2O
Bila mengukur berapa ml
larutan asam yang diperlukan untuk menetralkan larutan basa yang kadar atau
titrannya belum diketahui, maka pekerjaan tersebut dinamakan asidimetri.
Penitaran sebaliknya, asam dengan basa yang titrannya diketahui disebut
alkalimetri. (Sukarti, T. 2008)
Titrasi pada praktikum
kali ini menggunakan HCl dan NaOH sebagai larutan standar sekunder, NaOH
bersifat basa. Natrium hidroksida juga dikenal sebagai soda kaustik, adalah
sejenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang
kuat ketika dilarutkan ke dalam air. NaOH murni berbentuk putih padat dan
tersedia dalam bentuk pil, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Mengingat
bahwa bahan baku sekunder sendiri adalah suatu bahan kimia yang kenormalannya
tidak dapat tepat seperti yang dihitung secara teoritis, disebabkan bahan baku
sekunder tidak stabil, seperti:
· Mudah
menarik air: H2SO4 pekat, NaOH
· Mudah
menguap : HCl pekat
· Menarik
CO2 : NaOH, KOH
Sedangkan Na2CO3
merupakan bahan baku primer. Bahan baku primer merupakan bahan kimia yang
dapat digunakan untuk membuat suatu larutan standar primer, dipakai untuk
menetapkan kenormalan larutan standar sekunder. Contoh bahan baku primer
lainnya adalah boraks, asam oksalat, asam sulfamat, asam benzoat, dan
lain-lain. (Sukarti, T. 2008)
Larutan Na2CO3
0,1N dibuat dengan cara menimbang 5
gram Na2CO3 anhidrat, kemudian
dilarutkan di dalam labu ukur. Digunakan labu ukur karena labu ukur mempunyai
keakuratan lebih tinggi dibanding piala gelas. Na2CO3 yang
telah dibuat kemudian dipipet menggunakan pipet ukur. Penggunaan pipet ukur
bertujuan agar volume Na2CO3 yang akan dititrasi akurat.
Indikator
asam basa adalah asam lemah atau basa lemah (senyawa organik) yang dalam
larutannya warna molekul-molekulnya berbeda dengan warna ion-ionnya. Zat indikator dapat
berupa asam atau basa yang larut, stabil, dan menunjukkan perubahan warna yang
kuat. Indikator
asam-basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pH. Dari Tabel 1, dapat dilihat
bahwa volume HCl yang diperlukan untuk titrasi sebagian ada yang berbeda untuk
setiap kelompok, hal ini mungkin saja terjadi akibat dari penambahan indikator
pada saat sebelum proses titrasi dilakukan.
Banyak
atau sedikitnya indikator yang ditambahkan dapat mempengaruhi volume titran
yang diperlukan dalam proses titrasi, karena larutan indikator ini yang menentukan
titik akhir titrasi dengan memperlihatkan perubahan warna yang terjadi pada
reaksi ini. Bila indikator yang ditambahkan jumlahnya sedikit sekali, titran
yang dibutuhkan menjadi lebih banyak, sedangkan bila indikator yang ditambahkan
terlampau banyak, maka titran yang dibutuhkan lebih sedikit. Untuk itu lebih
baik indikator yang ditambahkan tidak perlu terlalu banyak dan terlalu sedikit.
Penambahan indikator sebanyak 2 tetes saja sudah cukup untuk melakukan titrasi
ini. Berikut ini merupakan beberapa
indikator asam basa:
Tabel 2
Indikator asam basa
(Sumber : www.kimia.upi.edu,
2015)
Menurut Widodo 2010,
indikator untuk titrasi HCl dan NaOH diatas maka digunakan indikator pp
disebabkan trayek pH
indicator pp adalah 8,3 – 10 dimana trayek pH ini dekat dengan pH
titik ekuivalen titrasi HCl-NaOH yaitu pada pH 7. Pemilihan indikator yang baik
adalah setidak-tidaknya antara -1 pH titik ekuivalen sampai dengan +1 pH titik
ekuivalen. Indikator lain yang bisa dipakai adalah Bromothymol blue.
Menurt Brandy 1999, fenolftalein
adalah indikator titrasi yang lain yang sering digunakan, dan fenolftalein ini
merupakan bentuk asam lemah yang lain. Reaksi asam lemah tidak berwarna dan
ion-nya berwarna merah muda terang. Penambahan ion hidrogen berlebih menggeser
posisi kesetimbangan ke arah kiri, dan mengubah indikator menjadi tak berwarna.
Penambahan ion hidroksida menghilangkan ion hidrogen dari kesetimbangan yang
mengarah ke kanan untuk menggantikannya sampai mengubah indikator menjadi merah
muda. Setengah tingkat terjadi pada pH 9.3, karena pencampuran warna merah muda
dan tak berwarna menghasilkan warna merah muda yang pucat, hal ini sulit untuk
mendeteksinya dengan akurat.
Dengan
menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa
menghitung kadar titrant.
Untuk
mengetahui titik ekivalen, dapat digunakan indicator asam basa. Indikator
ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan
berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita
hentikan. Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang
perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH.
Penambahan indicator
diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Keadaan
dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut
sebagai “titik akhir titrasi”. Titik
akhir titrasi berfungsi sebagai alat untuk membedakan suatu larutan bersifat
asam atau basa.
(Khopkar,
S. 2002). Ada dua
cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa yaitu :
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama
titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara
pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi. Titk tengah dari kurva titrasi tersebut
adalah titik ekuivalen
2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan
pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna
ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalen
asam akan sama dengan mol-ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis
sebagai berikut:
mol-ekuivalen
asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen
diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka rumus
diatas dapat kita tulis sebagai:
NxV asam =
NxV basa
Normalitas
diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+
pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
nxMxV asam =
nxVxM basa
keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
Ada
dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
1.
Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan,
kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva
titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalen”.
2.
Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses
titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen
terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan. (Wiryawan, A. 2008)
Metil
orange merupakan basa organik yang bersifat amfoter karena adanya gugus basa
dari N(CH3)2 dan gugus asam dari SO2H. Bila
larutan diasamkan, konsentrasi ion akan naik dan larutan menjadi merah. Bila
larutan ditambah basa, ion amfoter ini bereaksi dengan OH- sambil
terjadi perubahan struktur molekul dan warna menjadi kuning. Trayek pH metil
orange adalah 3,1 – 4,5.
Bila suatu indikator pH kita digunakan untuk
menunjukkan titik akhir titrasi, maka (1)
indikator harus berubah warna tepat pada saat titrant menjadi ekivalen dengan
titrat agar tidak terjadi kesalahan titrasi. (2) perubahan warna harus terjadi
secara mendadak, agar tidak ada keraguan tentang kapan titrasi harus
dihentikan. Bila perubahan warna mendadak dapat dikatakan titik akhirnya tegas
dan tajam. (Harjadi.1993)
Selain Na2CO3,
kenormalan HCl dapat ditetapkan dengan larutan baku boraks. HCl yang telah
diketahui kenormalannya secara pasti dapat digunakan untuk menetapkan kadar
suatu sampel, misalnya menentukan kadar NH3 dalam pupuk ammonium
sulfat. Dasar dari penentuan kadar NH3 adalah NH3 yang
berasal dari ammonium sulfat akat lepas melalui proses destilasi. NH3
yang lepas akan ditangkap pada penampung NaOH. Kemudian NaOH penampung akan
dititrasi dengan larutan HCl. Kadarnya pun dapat diketahui.
V. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
·
Titrasi adalah
pengukuran suatu larutan dari suatu reaktan yang dibutuhkan untuk bereaksi
sempurna dengan sejumlah reaktan tertentu lainnya.
·
Titran (larutan penitrasi) merupakan
larutan baku yang sudah diketahui secara pasti konsentrasinya, biasanya diletakkan di
dalam buret (tabung panjang yang memiliki skala volume dan kran penetes).
·
Analit (larutan yang dititrasi) adalah
larutan yang akan dicari konsentrasinya namun volumenya harus sudah diketahui
terlebih dahulu dan biasanya diletakkan
di dalam erlenmeyer.
·
Soda kering (Na2CO3)
adalah garam yang bersifat basa, sehingga dapat bereaksi dengan HCl.
·
Natrium hidroksida juga
dikenal sebagai soda kaustik, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium
hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air
·
NaOH murni berbentuk
putih padat dan tersedia dalam bentuk pil, serpihan, butiran ataupun larutan
jenuh 50%.
·
Reaksi dasar dalam
titrasi asam basa adalah netralisasi/ penetralan, yaitu reaksi asam dan basa,
yang dapat dinyatakan dalam persamaan reaksi
·
Bahan baku primer
merupakan bahan kimia yang dapat digunakan untuk membuat suatu larutan standar
primer, dipakai untuk menetapkan kenormalan larutan standar sekunder.
5.2 Saran
Banyak di
lab yang mudah pecah, slain itu harus memperhatikan tentang keselamatan kerja
di dalam laboratorium kimia. Sumber bahaya dalam laboratorium kimia
dikelompokan menjadi bahan kimia yang berbahaya, teknik percobaan, dan sarana
laboratorium, diusahakan sebelum praktikum alangkah baiknya mengetahui sifat
dari larutan yang kita buat dalam MSDS atau literaturnya. Harus teliti pada
saat menimbang apakah waterpassnya pas di tempatnya atau tidak dll.
DAFTAR PUSTAKA
Harjadi , W .1993 . Ilmu Kimia Analitik Dasar . PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Ismail. E. Krisnandi. 2004. Pengantar
Kimia Analisis II. Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor : Departemen Perindustrian RI.
Khopkar, S.M. 2002.
Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press : Jakarta.
Rivai, H. 1990. Asas
Pemeriksaan kimia. Jakarta : UI-Press.
Sukarti, Tati. 2008. Kimia Analitik. Penerbit Widya Padjadjaran : Bandung.
Widodo, 2010, Manajemen penelitian kimia analitik. Rineka cipta : Jakarta
Wiryawan, Adam. 2008. Kimia analitik.
Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta
No comments:
Post a Comment