Tuesday, March 28, 2017

Laporan praktikum 1 BIOPROSES DAN FERMENTASI (PIKEL)

Yoga Jati Pratama
240210140003
Kelompok 1A Universitas Padjadjaran

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
            Pickled, lebih dikenal masyarakat dengan nama acar, dibuat melalui prosesfermentasi. Beberapa jenis sayuran dan buah-buahan dapat diolah menjadi Pickled. Adatiga macam Pickled yang dikenal di masyarakat, yaitu Pickled asam, manis dan asin.Pickled asam yang sudah ada di pasaran antara lain Pickled mentimun, cabai, bawang,terung, dan wortel.Pickled asin adalah Pickled sawi. Sementara Pickled manis antara lain Pickledbengkuang, jambu biji dan salak (Buckle,1987)
            Menurut Buckle,(1987) Pikel merupakan bahan makanan yang diawetkan, dengan cara fermentasi asam laktat. Di Indonesia, jenis makanan yang termasuk pikel disebut acar, yang dibuat dari irisan ketimun dan direndam dalam larutan asam dan garam. Pikel merupakan produk fermentasi asam laktat yang penting disamping sauerkrout. Banyak sayuran dan buah-buahan dapat dibuat pikel, dengan keuntungan tidak hanya dari harga produk, tetapi juga dari flavor pikel yang baik pikel dari sayuran dan buah terdiri dari pikel timur, pikel buah per, pikel prem dan buah persik, serta pikel kacang-kacangan. Menurut (Buckle,1987) Tujuan utama pembuatan pikel adalah untuk mencegah pembusukan, sehingga bahan makanan akan tahan lebih lama, dan akan menghasilkan cita rasa yang lebih disukai. Dinegara maju, pikel sudah menjadi makanan yang sukar dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Faktor yang mengontrol berhasil tidaknya proses pembuatan pikel menurut Desrosier,(1988) adalah kadar garam, dan suhu larutan garam atau brine. Kadar larutan garam yang paling umum dipakai dalam pemeraman pikel adalah 5 - 8 %.
Praktikum kali ini yaitu akan membahas tentang fermantasi pembuatan pikel, yang bertujuan untuk mengetahui berapa persentase kadar garam yang digunakan untuk fermentasi pikel, kemudian untuk mengetahui bakteri asam laktat apa saja yang dapat tumbuh pada fermentasi pikal serta adakah bakteri pencemar dalam pembuatan pikel tersebut. media yang digunakan yaitu PCA dan MRS , untuk mengenal media tersebut lebih dalam berikut adalah contoh prosedur  media yang digunakan serta penjelasan media menurut Pelczar dan Chan. (1986). yang digunakan dalam praktikum ini.

Pembuatan Media PCA :
·      Ditimbang 2.35 gram PCA dan dimasukan kedalam Erlenmeyer100
·      Dilarutkan dengan 100 ml air, lalu
·      Dipanaskan dengan hot plate sambil diaduk hingga larutan
·      Ditutup dengan alumunium foil.
·      Disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 800oC selama 20 menit.

PCA (Plate Count Agar) yang digunakan sebagai medium untuk mikroba aerobic dengan inokulasi di atas permukaan. PCA dibuat dengan melarutkan semua bahan (casein enzymeichydrolisate, yeast extract, dextrose, agar) hingga membentuk suspensi 22,5 g/L kemudian disterilisasi pada autoklaf (15 menit pada suhu 121°C). Media PCA ini baik untuk pertumbuhan total mikroba (semua jenis mikroba) karena di dalamnya mengandung komposisi casein enzymichydrolisate yang menyediakan asam amino dan substansi nitrogen komplek lainnya serta ekstrak yeast mensuplai vitamin B kompleks (Pelczar,1986).
MRSA merupakan media yang diperkenalkan dan di kembangkan oleh De Mann, Rogosa, dan Shape (1960) Media ini dibuat untuk menunjang pertumbuhan dari bakteri genus, kemudian untuk memperkaya, menumbuhkan, dan mengisolasi jenis Lactobacillus dari seluruh jenis bahan serta media ini juga bisa menumbuhkan bakteri asam laktat lain seperti Streptococcus, Pediococcus, dan lain-lain. MRS agar mengandung polysorbat, asetat, magnesium, dan mangan yang diketahui untuk beraksi/bertindak sebagai faktor pertumbuhan bagi Lactobacillus, sebaik nutrien diperkaya MRS agar tidak sangat selektif, sehingga ada kemungkinan Pediococcus dan jenis Leuconostoc serta jenis bakteri lain dapat tumbuh. MRS agar mengandung:
 







Sumber: (Pelczar dan Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jilid 1)
Adapun sampel yang di gunakan dalam praktikum ini yaitu sayuran seperti wortel, timun, dan bawang putih. Pembuatan pikel isolasi bakteri asam laktat ini memiliki prosedur yang di awali dengan menyiapkan sampel terlebih dahulu kemudian di sortasi tujuannya untuk memperoleh kualitas yang lebih baik dan seragam serta memberikan standarisasi dan perbaikan-perbaikan cara pengolahannya (Vaughn. 1982). Kemudian potong sampel menjadi 2 bagian agar sampel dapat dengan mudah dimasukan pada wadah isolasi. Kemudian buat larutan garam dengan konsentrasi 5,10, dan 15% kemudian masukan pada wadah isolasi serta sampel dicuci dan masukan pada cawan yang telah diberi larutan garam dengan berbeda konsentrasi, setelah itu sampel di inkubasi selama 1 minggu dengan suhu 25°C.
Berikut adalah hasil pengamatan pikel yang di lakukan oleh praktikan :
Kel
Sampel
Dan
Konsentrasi
Hari
ke-
Total BAL (MRS)
Total MO (PCA)
Gambar dan keterangan
1
Wortel 5%
1
0 koloni
0 koloni
Tidak ada dokumentasi
2
Wortel 10%
1
0 koloni
0 koloni

3
Wortel 15%
1
0 koloni
0 koloni
4
Ketimun 5%
1
0 koloni
0 koloni
5
Ketimun 10%
1
0 koloni
0 koloni
6
Ketimun 15%
1
0 koloni
0 koloni
7
Bawang putih, 5%
1
0 koloni
0 koloni
8
Bawang putih, 10%
1
0 koloni
0 koloni

Keterangan: tidaktumbuhkoloni
9
Bawang putih 15%
1
0
0

(tidak ada koloni)
Kel
Sampel dan Konsentrasi
Harike-
Total BAL (MRS)
Total MO (PCA)
Gambar dan keterangan
1
Wortel 5%
2
12 koloni

23 koloni
Perbesaran: 40 x
Basil, ungu, Gram (+)
2
Wortel 10 %
2
0
0

Ket: tidak tumbuh koloni
3
Wortel 15 %
2
0
1 koloni


4
Ketimun 5%
2
0
0
Agar rusak, koloni tidak tumbuh
5
Ketimun 10%
2
10 koloni
20 koloni
6
Ketimun 15%
2
0 koloni
0 koloni
7
Bawang putih 5%
2
0
20 koloni

8
Bawang putih 10%
2
0 koloni
0 koloni
9
Bawang putih 15%
2
0
1 koloni besar

Kel
Sampel dan Konsentrasi
Harike-
Total BAL (MRS)
Total MO (PCA)
Gambar dan keterangan
1
Wortel 5%
3
18 koloni
3 koloni
Terdapat kesalahan saat preparasi sehingga koloni yang terlihat hanya sedikit
Perbesaran: 100 x
Basil, ungu, Gram (+)
2
Wortel 10%
3
13 koloni
74 koloni
3
Wortel 15%
3
0
3 koloni


4
Ketimun 5%
3
903 koloni
SPC =
9,0 x 106
78 koloni
Coccus, gram -
5
Ketimun 10%
3
137 koloni
SP=
1,4 x 106
200 koloni
Basil, ungu, gram (+)
6
Ketimun 15%
3
64 koloni

SPC =
6,4 x 105
0,64 x 106
94 koloni
Basil , merah, gram (-)

7
Bawang putih 5%
3
8 koloni
36 koloni

8
Bawang putih 10%
3
7 koloni
18 koloni kecil
7 koloni besar
Ket.: basil dan kokus (+)
9
Bawang putih 15%
3
344 koloni
264 koloni
Basil, merah (-)

Kel.
SampeldanKonsentrasi
Harike-
Total BAL (MRS)
Total MO (PCA)
Gambar dan keterangan
1
Wortel 5%
4
212 koloni

109 koloni bakteri
6 koloni khamir (115 Koloni)
Perbesaran: 100 x
Basil, ungu, Gram (+)
2
Wortel 10 %
4
425
355
3
Wortel 15 %
4
16 koloni
24 koloni

Perbesaran 100x, Coccus, merah, gram (-)
4
Ketimun 5%
4
1464 koloni

SPC =
14,6 x 106
840 koloni







Basil, gram +
5
Ketimun 10%
4
616 koloni
SPC =
6,2 x 106
436 koloni
Perbesaran 100x, Coccus, merah, gram (-)
6
Ketimun 15%
4
115 koloni

SPC =
1,2 x 106
1 koloni besar
Basil, merah, gram (-)
7
Bawang putih 5%
4
212 koloni

SPC = 2,1 x 106
248 koloni kecil dan 1 koloni besar
Basil, merah, gram (-)
8
Bawang putih 10%
4
58 koloni
109 koloni
Ket.: basil (-)
9
Bawang Putih 15%
4
1 koloni kecil
TBUD

Sumber : (Dokumentasi pribadi,2016)
Pada proses pembuatan pikel, terjadi fermentasi asam laktat yakni proses pengubahan gula (glukosa) yang terkandung dalam sayur dan buah menjadi asam laktat. Proses ini dibantu oleh bakteri asam laktat seperti Lactobacillus sp, Leuconostocsp, Streptococcus sp, dan Pediococcus sp. Proses fermentasi asam laktat terjadi pada kondisi anaerob. Kondisi ini dapat dicapai dengan menutup wadah yang digunakan untuk proses fermentasi. Ketika kadar oksigen menurun dan habis, maka bakteri akan mulai melakukan proses fermentasi (Ermila, 2005), (Gatot 1988).

Konsentrasi garam 5 %
                Hasil pengamatan yang dilakukan oleh kelompok 1 dengan sampel wortel ,4 dengan sampel ketimun dan 7 dengan sampel bawang putih pada hari 1 pengamatan dengan perbedaan konsentrasi garam yang berbeda dan media yang berbeda tidak ada satupun bakteri yang tumbuh, hal tersebut disebabkan ada 2 kemungkinan yaitu ada kesalahan dalam melakukan prosedur awal ketika mengisolasi bakteri tersebut, atau mikroorganisme masih dalam tahap adaptasi dan membutuhkan waktu yang lama untuk tumbuh karena menurut Desrosier, (1988) dengan menggunakan konsentrasi garam dan media yang berbeda seharusnya bakteri asam laktat dan bakteri proteolitik dan halofilik dapat tumbuh.
            Pada hari kedua pengamatan dalam media MRS kelompok 1 terdapat 12 koloni dan pada media PCA terdapat 23 koloni , dan pada kedua media MRS dan PCA kelompok 4 dengan sampel timun tetap tidak terdapat bakteri yang tumbuh hal tersebut mungkin terjadi akibat kesalahan prosedur pada saat isolasi sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh karena menurut Vaughn. (1982) sampel ketimun rentan terhadap berbagai jenis mikroorganisme karena lebih dari 80% berisi air dan dalam setiap 100 gram timun mengandung Gula – 1,67 gm, Karbohidrat – 3,63 gm, Serat Diet – 0,5 gm, Riboflavin (Vitamin B2) – 0,033 mg, Niacin (Vitamin B3) – 0,098 mg, Asam Pantothenic (Vitamin B5) – 0,259 mg,
Thiamin (Vitamin B1) – 0,027 mg, Vitamin B6 – 0,040 mg, Lemak – 0,11 gm, Protein – 0,65 gm, Vitamin C – 2,8 mg, Asam Folat (Vitamin B9) – 7 μg, Zat besi – 0,28 mg, Calcium – 16 mg, Magnesium – 13 mg, Fosfor – 24 mg, Zinc- 0,20 mg, dan Potassium – 147 mg. Kemudian pada sampel kelompok 7 bawang putih  pada media MRS tidak terdapat bakteri asam laktat dan pada media PCA terdapat 20 koloni bakteri.
Sedangkan pada hari ketiga pengamatan kelompok 1 terdapat kenaikan pada media MRS menjadi 18 koloni dan terjadi penurunan pada media PCA yaitu 3 koloni, kemudian pada sampel timun kelompok 4 pada hari ketiga bakteri asam laktat pada media MRS dengan sampel timun tumbuh subur yaitu  903 koloni dan pada media PCA 78 koloni hal tersebut sudah sesuai dengan literatur yaitu timun kaya akan karbohidrat sehingga bakteri gram + seperti Aerococcus, Bifidobacterium, Enterococcus, Lactobacillus, Lactococcus, dan Leuconostoc yang tidak membentuk spora dapat dengan mudah memfermentasi karbohidrat untuk menghasilkan asam laktat. Kemudian pada sampel bawang putih kelompok 7 yaitu terdapat 7 koloni pada media MRS dan 18 koloni kecil dan 7 koloni besar.
Menurut Buckle, et,al. (1987). Banyak dan sedikitnya koloni yang ada pada media tersebut tergantung dari banyaknya sampel yang di ambil ketika melakukan pengenceran kemudian tergantung dari sumber gizi yang ada pada masing-masing sampel tersebut.

Konsentrasi garam 10 %
            Hasil pengamatan yang dilakukan oleh kelompok 2,5,8 pada hari 1 pengamatan dengan perbedaan konsentrasi garam yang berbeda dan media yang berbeda tidak ada satupun bakteri yang tumbuh, hal tersebut disebabkan mikroorganisme masih dalam tahap adaptasi menurut Dahlan dan Sriwulan (2005) mikroorganisme dapat dengan cepat atau lambatnya beradaptasi dan berkembang biak yaitu tergantung dari media atau substrat, nutrisi, suhu, lingkungan, oksigen, air dan RH.
            Pada hari pertama semua sampel pada semua kelompok dengan berbagai macam media tidak terdapat pertumbuhan bakteri hal tersebut kemungkinan bakteri masih adaptasi.
Pada hari kedua dengan sampel wortel kelompok 2 dalam kedua media tidak terdapat adanya koloni, kemudian pada sampel timun kelompok 5 timun 10 koloni pada media MRS dan 20 koloni pada media PCA, serta pada sampel kelompok 8 bawang putih tidak terdapat adanya bakteri yang tumbuh.
 Pada hari ketiga untuk sampel wortel pada media MRS dan 74 pada media PCA, kemudian pada sampel timun kelompok 5 terjadi kenaikan yang sangat signifikan pada media MRS yaitu 137 koloni, dan 200 koloni pada media PCA.

Konsentrasi garam 15 %
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh kelompok 3,6,9 pada hari 1 pengamatan dengan perbedaan konsentrasi garam yang berbeda dan media yang berbeda tidak ada satupun bakteri yang tumbuh, hal tersebut disebabkan mokroorganisme masih dalam tahap adaptasi.
Pada hari pertama semua sampel pada semua kelompok dengan berbagai macam media tidak terdapat pertumbuhan bakteri hal tersebut kemungkinan bakteri masih adaptasi.
Pada hari kedua dengan sampel wortel kelompok 3 dalam media MRS tidak terdapat adanya BAL dan pada media PCA ada 1 koloni bakteri tersebut diduga bakteri halofilik sejenis Halobakterium, sp dll, kemudian pada sampel timun kelompok 4 timun pada kedua media tidak adanya bakteri yang tumbuh hal tersebut karena bakteri masih beradaptasi.
 Pada hari ketiga untuk sampel wortel pada media MRS tidak adanya bakteri BAL yang tumbuh, pada media PCA terdapat 3 koloni yang tumbuh, kemudian pada sampel timun kelompok 6 terjadi kenaikan yang sangat signifikan pada media MRS yaitu 64 koloni, dan 94 koloni pada media PCA.
            Menurut Desrosier, (1988) Fungsi garam adalah sebagai garam yang menarik air dari jaringan bahan sehingga akan merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri asam laktat, timbulnya asam laktat akan menghambat timbulnya bakteri perusak yang merugikan. Konsnetrasi garam yang digunakan dalam fermentasi asam laktat mempengaruhi jenis mikroorganisme yang tumbuh. Bila konsentrasi garam kurang dari 5 %, maka  bakteri proteolitik dapat tumbuh yang menyebabkan peruraian protein yang ditandai adanya aroma busuk. Sedangkan bila konsentrasi garam lebih dari 15 % maka dapat menghambatkan pertumbuhan bakteri asam laktat dan membiarkan bakteri halofilik tumbuh sehingga proses fermentasi menjadi gagal (Gatot dan Prianto, 1988).
            Penggunaan media MRS sangat cocok untuk pertumbuhan asam laktat pada pikel karena seperti yang di sebutkan dalam literatur media MRS dibuat untuk menunjang pertumbuhan dari bakteri genus, kemudian untuk memperkaya, menumbuhkan, dan mengisolasi jenis Lactobacillus dari seluruh jenis bahan serta media ini juga bisa menumbuhkan bakteri asam laktat lain seperti Streptococcus, Pediococcus, dan lain-lain (Pelczar dan Chan. 1986).
Berikut hasil pengamatan tersebut disediakan dalam kurva pertumbuhan bakteri  yang ada pada halaman selanjutnya:
Gambar 1. Kurva Pertumbuhan pada Pikel Ketimun dengan berbagai konsentrasi garam
Sumber : (Dokumentasi pribadi,2016)
Gambar 2. Kurva Pertumbuhan pada Pikel Wortel dengan berbagai konsentrasi garam
Sumber : (Dokumentasi pribadi,2016)

Gambar 3. Kurva Pertumbuhan pada Pikel Bawang Putih dengan berbagai konsentrasi garam
Sumber : (Dokumentasi pribadi,2016)


Berikut adalah kurva pertumbuhan mikroorganisme menurut Hutkins, RW. (2006)







Fase pertama yaitu Fase permulaan:
Dikenal pula dengan initial phase atau lag phase atau laten phase. Dalam fase ini bakteri belum mengadakan perbanyakan sel, bahkan sebagian sel bakteri mati, hingga hanya sel yang kuat saja yang bertahan hidup. Ukuran sel membesar yang disebabkan oleh adanya pemasukan air imbibisi ke dalam sel.  Secara teoritis, keadaan laten atau lag dari populasi bakteri ini diakibatkan oleh pasokan metabolit yang tidak mencukupi, atau oleh tidak aktifnya suatu enzim hingga keseluruhan metabolisme terhambat. Ini disebabkan oleh keberadaan sel bakteri dalam lingkungan baru sehingga sel harus menyesuaikan diri dalam lingkungan yang baru tersebut.
Disamping itu, secara khusus ada dua peristiwa lain yang memungkinkan terjadinya fase ini, yaitu:
Fase lag yang terjadi karena pembentukan enzim induktif
Fase lag yang terjadi karena germinasi spora

Fase kedua Fase Pertumbuhan
Fase pertumbuhan yang dipercepat (Accelarated Growth Phase) Selama fase ini, sel bakteri belum memperbanyak diri. Kecepatan pertumbuhan makin lama makin meningkat, seperti terlihat pada gambar 21.

Bila kecepatan pertumbuhan diberikan dalam term waktu generasi (doubling time, td, yaitu waktu yang dibutuhkan populasi sel untuk melipatkan jumlahnya menjadi dua kali lipat, maka waktu generasinya makin lama makin pendek). Sedangkan kecepatan pertumbuhan dinyatakan dalam kecepatan tumbuhnya makin lama x dt tinggi. Secara individual makin lama ukuran sel makin mendekati maksimum. Ini disebabkan oleh adanya kemasukan air imbibisi dan adanya permulaan aktivitas metabolisme.

Fase Ketiga Fase Logaritma
Fase logaritma (Logaritmic phase atau exponensial phase) Selama fase ini kecepatan pertumbuhan populasi sel berjalan maksimum dan konstan seperti terlihat pada gambar sinstesis bio massa, sangat tepat bila digambarkan dengan term logaritma, apabila kecepatan sintesisnya dinyatakan dengan kecepatan pertumbuhan spesifik, μ seperti dinyatakan diatas.
X= XoOμt
X dan Xo adalah konsentrasi sel (g/l) pada waktu 0 dan t jam nilai μ sangat tergantung pada spesies dan strain mikroba, serta kondisi lingkungan kultur mikroba tersebut. Dalam kondisi kultur yang optimum, sel mikroba mengalami kecepatan reaksi metabolisme yang maksimum. Ditinjau dari sel bakteri secara individual, ukuran sel justru pada waktu ukuran yang minimum, dengan ketebalan dinding sel yang minimum. Ini disebabkan oleh sangat aktifnya sel membelah diri. hingga  sintesis makromolekul dari komponen sel pun berlomba dengan waktu.
Bila populasi sel yang sedang mengalami fase ini dipindahkan ke dalam medium baru, dengan komposisi nutrient yang sama dengan kondisi lingkungan yang sama, maka dalam medium baru populasi ini akan langsung mengalami fase logaritma. Jadi tidak mengawali pertumbuhan dengan fase permulaan dan fase pertumbuhan dipercepat.
Fase Keempat Fase pertumbuhan terhambat
Fase Pertumbuhan yang mulai terhambat (Phase of negative accelerated growth) Dimulai dari awal fase ini, kecepatan pertumbuhan makin lama makin menurun.

Penghambatan pertumbuhan diakibatkan oleh berbagai sebab. Dalam banyak hal. penurunan kecepatan pertumbuhan ini diakibatkan oleh kehabisan nutrisi. Tetapi sering terjadi walaupun pasokan nutrisi diberikan dengan cukup, penurunan kecepatan pertumbuhan tetap berjalan .
Umumnya ini disebabkan oleh akumulasi substansi toksik hasil metabolisme sel yang menghambat dapat menghambat pertumbuhan sel. Substansi ini memungkinkan pula menyebabkan represi terhadap kerja sistem sintesis enzim, yang mengakibatkan terhentinya transkripsi kode genetik dari gen tertentu hingga pembentukan enzim baru terhenti sama sekali. Selanjutnya perubahan kondisi lingkungan, seperti perubahan pil yang tajam sebagai akibat metabolisme sel, dapat mengakibatkan penghambatan terhadap pertumbuhan sel.
Fase stasioner
Selama fase ini kecepatan pertumbuhan adalah nol. Walaupun demikian, tidak berarti tidak terjadi pertumbuhan sel. Jumlah pembentukan sel baru sebagai hasil reproduksi, seimbang dengan jumlah sel yang mati selama fase ini.
Oleh karena itu, ekspresi dalam grafik linear dan sejajar selama fase ini, menggunakan cadangan makanan yang ada di dalam protoplasma sebagai building blocks pembangun sel yang baru.
Fase kematian dipercepat dan fase kematian logaritma
Kedua fase ini biasanya dijadikan satu menjadi fase yang menurun (phase of decline). Selama fase ini jumlah sel yang hidup makin lama makin menurun, sedangkan jumlah kematian sel makin banyak. Kematian ini, disebabkan oleh kondisi lingkungan yang makin memburuk, terutama sekali oleh makin banyaknya akumulasi hasil metabolisme yang toksik terhadap sel. Lamanya fase ini tergantung pada kondisi lingkungannya sendiri.
Berdasarkan analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi garam memberikan pengaruh yang berbeda nyata, berdasarkan kurva pertumbuhan diketahui bahwa jumlah konsentrasi garam yang digunakan berpengaruh terhadap pertumbuhan jumlah mikroorganisme. Pada sampel ketimun hari ke-1 sampai dengan hari ke-2 menunjukan mikroorganisme berada pada fase adaptasi. Pada kurva diatas menunjukan bahwa waktu adaptasi bakteri asam laktat memiliki waktu yang relative cukup lama dan tidak ada koloni yang tumbuh. Hal ini disebabkan karena pikel belum sepenuhnya terendam larutan garam sehingga kurang merangsang pertumbuhan mikroorganisme. Panjang pendeknya fase adaptasi sangat ditentukan oleh jumlah sel yang diinokulasikan, kondisi fisiologis dan morfologis yang sesuai serta media kultivasi yang dibutuhkan (Winarno, 1984). Sedangkan pada hari ke-3 sampai dengan hari ke-4 berada pada fase logaritmik yang ditunjukan dengan pertumbuhan signifikan pada sel-selnya.
Pada sampel wortel hari ke-1 sampai dengan hari ke-3 menunjukan mikroorganisme berada pada fase adaptasi. Pada kurva diatas menunjukan bahwa waktu adaptasi bakteri asam laktat memiliki waktu yang relative cukup lama dan tidak ada koloni yang tumbuh. Sedangkan pada hari ke-4 berada pada fase logaritmik yang ditunjukan dengan pertumbuhan signifikan pada sel-selnya.
Pada sampel bawang putih hari ke-1 sampai dengan hari ke-2 menunjukan mikroorganisme berada pada fase adaptasi. Pada kurva diatas menunjukan bahwa waktu adaptasi bakteri asam laktat memiliki waktu yang relative cukup lama dan tidak ada koloni yang tumbuh. Sedangkan pada hari ke-3 sampai dengan hari ke-4 berada pada fase logaritmik yang ditunjukan dengan pertumbuhan signifikan pada sel-selnya.
Penambahan garam menyebabkan fermentasi berlangsung secara selektif karena hanya mikroorganisme tahan garam saja yang dapat tumbuh dengan baik. Garam merupakan komponen penting dalam proses fermentasi pembuatan pikel. Garam berfungsi untuk mengeluarkan substrat tertentu. Menurut (Winarno, 1984) garam dapat menarik air keluar dari buah-buahan yang mengandung padatan terlarut seperti protein, karbohidrat, mineral, dan vitamin yang penting bagi bakteri asam laktat. Garam juga membantu mengontrol mikroflora selama fermentasi yang dapat bersaing dengan mikroba yang diinginkan, terutama bakteri proteolitik, bakteri aerob, dan bakteri pembentuk spora. Garam bersama asam yang dihasilkan akan menghambat pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan. Pada tahap ini bakteri asam laktat yang sesungguhnya mulai berperan dalam proses fermentasi dan akan  mencapai puncak pertumbuhan pada hari pertama fermentasi.
Jika konsentrasi garam yang digunakan untuk proses fermentasi terlalu rendah, maka yang terjadi selanjutnya adalah proses pelunakan jaringan buah-buahan dan sayur-sayuran akibat aktivitas enzim pektinolitik. Enzim ini berfungsi untuk mendegradasi molekul pektin yang banyak ditemukan pada sel tananaman. Sebaliknya apabila jumlah garam yang terlalu banyak justru akan menunda fermentasi alamiah, menyebabkan warna menjadi gelap, dan memungkinkan pula pertumbuhan khamir (Potter. 1986).
Pada proses fermentasi pembuatan pikel, pH yang digunakan adalah sekitar 3,6-3,8. Bakteri asam laktat hetero fermentative dapat tumbuh pada pH 3,2. Bakteri hetero fermentative tumbuh pada ph di atas 4,0. Bakteri heterofermentatif yang sering tumbuh saat proses pembuatan pikel adalah Lactobacillius brevis sedangkan bakteri homofermentatif yang hidup adalah Lactobacillus plantarum. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dimana bakteri yang tumbuh berbentuk basil.





























V.        KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1.     Kesimpulan
            Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum kali ini ialah sebagai berikut :
  1. Pada semua kelompok dengan perbedaan konsentrasi garam dan media yang digunakan pada hari pertama bakteri tidak ada yang tumbuh karena mikroorganisme masih dalam tahap adaptasi
  2. Banyak dan sedikitnya koloni yang ada pada media tersebut tergantung dari banyaknya sampel yang di ambil ketika melakukan pengenceran kemudian tergantung dari sumber gizi yang ada pada masing-masing sampel tersebut.
  3. Pada hari ketiga sampel timun paling banyak bakteri yang tumbuh di banding sampel lainnya.
  4. Pertumbuhan bakteri fermentasi tergantung dari media atau substrat, nutrisi, suhu, lingkungan, oksigen, air dan RH.
5.      Media MRS dipilih karena media tersebut merupakan media khusus untuk menumbuhkan bakteri asam laktat.
6.      Bakteri heterofermentatif yang sering tumbuh saat proses pembuatan pikel adalah Lactobacillius brevis sedangkan bakteri homofermentatif yang hidup adalah Lactobacillus plantarum.
7.      Penambahan garam menyebabkan fermentasi berlangsung secara selektif karena hanya mikroorganisme tahan garam saja yang dapat tumbuh dengan baik.
  1.  
  2.  
5. 2.     Saran
sebaiknya praktikan lebih memahami prosedur pengisolasian bakteri agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan praktikum sehingga hasil yang di dapat tidak jauh berbeda dengan literatur.



DAFTAR PUSTAKA

Buckle, K.A.,RA Edwards, GH Fleet, M. Wotton. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah : Hari Purnomo dan Adiono. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta
Dahlan dan Sriwulan Handono,2005. Fermentasi Sayur dan Buah, Departemen Perindustrian Bogor.
Desrosier, NW. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Penerjemah : M. Muljodihardjo. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta
Ermila, Mila. 2005. Penuntun Praktikum Mikrobiologi jilid 1. Jakarta. Penerbit Universitas Padjadjaran
Gatot dan Prianto, 1988. Teknik Pengawetan Pangan, PAU Pangan Gizi UGM Jogjakarta Kapti Rahayu dan Slamet,1988.
Hutkins, RW. 2006. Microbiology and Technology of Fermented Food. Blackwell Publishing, Iowa.
Pelczar dan Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jilid 1. Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia.
Potter, N.N. 1986. Food Science Fourth Edition. Chapman & Hall, New York.
Saripah Hudaya dan Setiasik Darajat, 2000. Dasar-dasar Pengawetan, Depdikbud Jakarta
Vaughn. 1982 . Lactic Acid Fermentation of Carrot, Cabbage, Cucumber, Olives and Other Product. In Prescott and Dunns Industrial Microbiology. Fourth edition. AVI Publishing Co.Texas

Winarno, 1984, Kimia Pangan dan Gizi, PT Gramedia Jakarta.

No comments:

Post a Comment