Tuesday, March 28, 2017

Laporan praktikum 3 ANALISIS PANGAN (KADAR LEMAK DENGAN METODE SOXLET,DAN VITAMIN C )

PRAKTIKUM ANALISIS KADAR LEMAK DENGAN METODE SOXLET,DAN VITAMIN C DENGAN METODE IODIMETRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN

Yoga Jati Pratama (240210140003)

Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor
Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022) 7798844, 779570 Fax. (022) 7795780 Email: yoga.jpratama1@gmail.com

ABSTRAK
            Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu minyak dan lemak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif dibanding dengan karbohidrat dan protein. Namun jika terlalu banyak mengonsumsi lemak dapat menimbulkan penyakit sepeti kardiovaskuler dan obesitas. kemudian Vitamin adalah suatu senyawa organik yang terdapat di dalam makanan dalam jumlah yang sedikit, dan dibutuhkan dalam jumlah yang besar untuk fungsi metabolisme yang normal. Tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu untuk mengetahui kadar lemak pada sampel serta mengetahui kadar vitamin c pada sampel yang berbeda. Metode yang digunakan pada praktikum ini yaitu metode soxlet untuk analisis kadar lemak serta metode Iodimetri untuk analisis vitamin C. Praktikum dilakukan di Laboratorium kimia pangan FTIP UNPAD.

Kata kunci : Analisis lemak, analisis vitamin C, soxlet, Iodimetri.






PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melakukan aktivitas yang membutuhkan energi cukup banyak. Energi ini kita peroleh dari bahan makanan yang kita makan. Pada umumnya bahan makanan itu mengandung tiga kelompok utama senyawa kimia yaitu kerbohidrat, protein, dan lemak.
Lemak merupakan sekelompok besar molekul-molekul alam yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen meliputi asam lemak, malam, sterol, vitamin-vitamin yang larut di dalam lemak (contohnya A, D, E, dan K), monogliserida, digliserida, fosfolemak, glikolemak, terpenoid (termasuk di dalamnya getah dan steroid) dan lain-lain. Lemak secara khusus menjadi sebutan  bagi minyak hewani pada suhu ruang, lepas dari wujudnya yang padat maupun cair, yang terdapat pada jaringan tubuh yang disebut adiposa.
Mengekstraksi lemak secara murni sangat sulit dilakukan, sebab pada waktu mengekstraksi lemak, akan terekstraksi pula zat-zat yang larut dalam lemak seperti sterol, phospholemak, asam lemak bebas, pigmen karotenoid, khlorofil, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan harus bebas dari air agar bahan-bahan yang larut dalam air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan keaktifan pelarut tersebut menjadi berkurang. Pelarut ini seperti dietil eter, hexana, benzena,  petroleum eter dan lain-lain.
Vitamin C adalah vitamin yang paling tidak stabil dari semua vitamin dan mudah rusak selama pemrosesan dan penyimpanan. Laju perusakan meningkat karena kerja logam, terutama tembaga dan besi, dan juga oleh kerja enzim. Pendedahan oksigen, pemanasan yang terlalu lama dengan adanya oksigen, dan pendedahan terhadap cahaya semuanya merusak kandungan vitamin C makanan. Enzim yang mengandung tembaga atau besi dalam gugus prostetiknya merupakan katalis yang efisien untuk penguraian asam askorbat. Asam L-askorbat (vitamin C) adalah lakton (ester dalam asam hidroksikarboksilat) dan diberi ciri oleh gugus enadiol, yang menjadikannya senyawa pereduksi yang kuat (Deman, 1997).


Metodologi

            Alat yang digunakan pada praktikum untuk analisis kadar lemak dan vitamin C yaitu kertas saring, Erlenmeyer, labu lemak, soxlet, pemanas listrik, stir, oven, neraca analitik, kapas bebas lemak, pemanas listrik pembakar, alat tersebut digunakan untuk analisis kadar lemak. Sedangkan alat untuk analisis  vitamin C yaitu waring blender, labu takar 100ml, aquades, sentrifug, pipet, Erlenmeyer 125ml, 2 ml amilum 1%, standard yodium 0,01 N.
            Bahan yang digunakan untuk praktikum analisis lemak adalah kornet,santan, tepung pisang, tepung koro sebagai sampel dan heksana sebagai pelarut lemak. Sedangkan bahan yang digunakan untuk analisis vitamin C adalah tomat, Vitacimin C, cabe, jambu, jeruk nipis,  

            Penentuan Lemak dengan Metode Hidrolisis
           Masukkan 2 gram sampel ke dalam gelas ukur,lalu tambahkan 30 ml HCl, tambahkan pula 20 ml aquades, kemudian tutup dengan kaca arloji. Dididihkan selama 15 menit, saring dalam keadaan panas, lalu cuci dengan air panas sampai netral, keringkan kertas saring dan isinya pada T=100-1050C dan t= 2-2,5 jam, setelah itu kemudian timbang.
Lemak Padat
Ambil 1-2 gram padatan kering, lalu masukkan pada hull dibuat dari kertas saring, beri tanda dengan pensil hull tersebut. Lalu masukan ke unit soxhlet, tambahkan pelarut heksan sampai menetes, diamkan dalam soxhlet selama 3-4 jam. Setelah itu, angkat dan uapkan labu lemak pada T=1050C selama 1-2 jam. Lalu dinginkan sampel dalam desikator dan kemudian timbang.
Kadar lemak pada sampel dapat dihitung dengan rumus berikut :
Analisis Vitamin C     
Sedangkan untuk prosedur analisis vitamin C yaitu  pertama sampel dihancurkan terlebih dahulu (blender) kemudian timbang sampel 10 – 30 gram dan tepatkan dalam labu ukur 100 ml saring dengan kertas saring ambil filtrate 5-25 ml masukan dalam Erlenmeyer 125 ml dan tambahkan 2 ml amilum 1 % titrasi I2 0,01 N. volume kadar vitamin C dapat dihitung dengan rumus berikut.
 

Hasil dan Pembahasan

Analisis kadar Lemak
Analisis kadar lemak pada praktikum kali ini menggunakan metode soxlet. Seperti yang diketahui bahan mempunyai kadar air tinggi, bahan tersebut harus dikeringkan karena pelarut sulit masuk kedalam jaringan bahan dan pelarut menjadi jenuh dengan air. Sehingga ekstraksi lemak menjadi kurang efisien (sudarmadji,1989). Pada praktikum ini, pengeringan bahan dilakukan dengan cara hidrolisis. Lalu ditimbang dan dimasukan dalam hull.
Seletah hcl dan aquades di masukan sampel di tutup dengan kaca arloji gunanya untuk menjaga agar HCl tidak teruapkan semua dan tertahan pada kaca arloji sehingga air yang teruapkan akan mengendap pada kaca arloji dan berubah menjadi cairan kembali. didihkan 15 menit (dari mendidih) saring dalam keadaan panas cuci dengan air panas sampai netral keringkan dalam kertas saring dan isinya kegunaan kertas saring tersebut untuk memisahkan filtrate dan residunya simpan pada cawan dan masukan pada oven dengan temperature 105°C dengan waktu 2 jam (tergantung sampel) setelah itu timbang.
Hull merupakan kertas yang dilipat dalam bentuk kantung supaya padatan sampel tidak tercecer dalam labu saat analisis lemak. Hull bersama dengan sampel ini dimasukan dalam soxlet. Alat tersebut dan labu yang telah dikonstankan dirangkai dan disambungkan pada heating mantle
Soxlet diisi dengan heksana hingga dapat digunakan selama 1 setengah siklus. Kemudian kondensor dipasangan dan dialirkan air pendingin. Heksan yang ditambahkan harus merendam sampel yang terdapat dalam hull, agar lemak dapat dilarutkan oleh heksana. Karena heksana merupakan senyawa organic non polar sehinggi dapat digunakan sebagai pelarut lemak pada sampel. Soxlet ini dilakukan selama 3-4 jam (tergantung sampel).
Berikut adalah tabel uji analisis kadar lemak
            Dapat dilihat pada sampel masing-masing sampel berbeda dan didapat rata-rata pada sampel kornet yaitu sebesar 7,6745% berdasarkan literature kadar lemak pada kornet yaitu 12 % (SNI 01-3775-2006). Hal tersebut menunjukan kadar kornet ini tidak sesuai dengan literature kadar lemak hasil praktikum lebih kecil dari kadar lemak sampel pada literature berarti pada sampel kornet tersebut lebih banyak kadar air daripada kadar lemaknya.
            Kadar lemak pada santan hasil praktikum telah didapat rata-rata yaitu sebesar 22,666% berdasarkan literature kadar lemak pada santan adalah 13,05% (sukasih dkk, 2009). Hal tersebut menunjukan bahwa kadar lemak pada santan belum sesuai dengan literature. Kadar lemak santan lebih besar dari pada kadar lemak santan pada literature.
            Didapat kadar rata-rata pada sampel tepung koro yaitu 4,9481 % berdasarkan literature tepung koro memiliki kadar lemak 2,3 – 3,9 % (Rini,2008). kadar lemak tepung koro pada praktikum lebih besar dari kadar lemak pada literature.
            Selanjutnya didapat nilai rata-rata pada sampel tepung pisang yaitu sebesar 0,4490 % sedangkan kadar rata-rata kadar lemak pada literature untuk tepung pisang sebesar 3,91 % - 6,95% (Sarifudin, 2015). Kadar lemak sampel tepung pisang ini sudah sesuai dengan literature.
            Kadar lemak sampel tepung ketan didapat rata-rata sebesar 0,3204% berdasarkan literature yang ada kadar lemak pada tepung ketan adalah 0,0142% (Mahmud,2011) kadar lemak pada sampel tepung ketan pada praktikum lebih besar daripada literature hal tersebut dapat terjadi di karenakan beberapa hal seperti kadar lemak yang terkandung dalam sampel praktikan dan sampel literature berbeda dan factor lainnya.

Analisis Vitamin C
            Analisis vitamin C dapat dilihat pada tabel 2, hasil tersebut didapatkan dengan menggunakan iodimetri.  
 











   Berdasarkan hasil praktikum, sampel yang memiliki kadar vitamin C tinggi adalah vitacimin c. Karena itu, pada saat penimbangan atau pengambilan sampel jumlah yang dibutuhkan hanya sedikit saja sudah mewakili, artinya kadar vitamin C nya akan tetap terdeteksi. Dalam kemasan tertulis bahwa kadar vitamin C pada vitacimin adalah 500, sedangkan hasil praktikum adalah sebesar 502. Ini artinya kadar vitacimin  hasil praktikum dengan kemasan sudah sesuai dan mendekati. Kurang lebihnya itu bisa disebabkan saat penimbangan yang kurang teliti, saat titrasi, dan bisa pada reagen yang ditambahkan sudah lama karena seharusnya reagen yang ditambahkan adalah reagen yang baru. Hasil praktikum, %Vit C pada vitacimin C rata-rata sebesar 26% ini menguatkan bahwa vitamin C memang mempunyai kadar vitamin C tinggi dibandingkan dengan sampel lain.
Jambu biji menurut literature mengandung kadar vitamin c sekitar 98 mg/100 gram dan hasil praktikum 24 mg/25 gram dan jika dikalikan 4 berarti kadar vitamin c nya sebesar 96 mg/100 gram. Ini artinya jambu biji tersebut mempunyai kualitas yang masih layak untuk dikonsumsi dan masih memiliki kandungan gizi bagi tubuh. Selain jambu sampel berikutnya adalah tomat, menurut hasil pengamatan tomat mempunyai kadar vitamin c 0,0527%. Sampel yang mempunyai kadar vitamin c paling rendah adalah sampel cabai sebesar 0,1005%.

KESIMPULAN DAN SARAN

  1. Kesimpulan
Dapat mengetahui kadar lemak pada sampel serta mengetahui kadar vitamin c pada sampel yang berbeda. Kadar lemak pada kornet tidak sesuai dengan literature, kadar lemak pada santan tidak sesuai dengan literature, kadar lemak pada tepung koro lebih besar daripada literatrur, kadar lemak pada tepung pisang sudah sesuai dengan literature, tepung ketan pada sampel lebih besar dari literature.
Hasil Pengamatan Analisis Kadar Vitamin C pada praktikum menunjukkan bahwa sampel yang memiliki kadar vitamin c tertinggi adalah vitacimin c dibandingkan dengan tomat, jambu biji, jeruk nipis, dan cabai, yaitu sebesar 502 mg/g dan %vitamin c sebesar 26,138%. Dan hasil ini sesuai dengan kadar yang tertera pada kemasan.

  1. Saran

Sebelum melakukan analisa kadar vitamin, mahasiswa harus benar-benar memahami prosedur kerja agar diperoleh data pengukuran dengan ketelitian yang tinggi dan mendekati keakuratan. · Sebaiknya dalam melakukan penghitungan waktu pemanasan dalam analisis kadar lemak praktikan telah memastikan bahwa kondisi sampel sudah mendidih. sehingga hasil akan sesuai dengan yang di inginkan. Harus lebih teliti melihat awal dan akhir titrasi. · Diharapkan semua praktikan dapat melakukan semua cara dalam praktikum agar praktikan lebih paham.

DAFTAR PUSTAKA

Deman, John M. 1997. Kimia Makanan. Bandung : Penerbit ITB

Jurnal pengaruh maltodekstrin dan substitusi tepung pisang, Agus Triyono, balai besar pengembangan teknologi tepat guna – LIPI

Arifin, Helmi, Vivi Delvita, dan Almahdy A., 2007, Pengaruh Pemberian Vitamin C terhadap Fetus pada Mencit Diabetes, Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 12, No. 1, ISSN : 1410 – 0177, Andalas.
Darmasih. 1997. Prinsip Soxhlet. peternakan.litbang.deptan.go.id/user/ptek97-24.pdf. (diakses pada tanggal 20 Maret 2016).

Harper, V. W Rodwell, P. A Mayes. 1979. Biokimia. Penerbit EGC: Jakarta.

Mahmud, Mien K. 2008. Tabel Komposisi Pangan Indonesia. PT Elex Media Komputindo.

Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 2010. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta.



No comments:

Post a Comment