Yoga
Jati Pratama
240210140003
Kelompok
1A
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Praktikum yang dilakukan kali ini adalah pengujian aktivitas
enzim dalam beberapa sayuran dan buah-buahan. Pengamatan yang dilakukan antara
lain tes peroksidasi, uji katalase, perlakuan kontak dengan logam terhadap jaringan bahan,
dan pengamatan sampel dengan beberapa perlakuan terhadap pencoklatan enzimatis.
Sampel yang digunakan adalah salak, belimbing, apel, pir,
pisang, buncis, kentang, terung, wortel, dan nenas.
Sayuran dan
buah-buahan mempunyai daya simpan yang pendek dan mudah rusak karena kadar air
pada sayuran dan buah-buahan sangat tinggi sehingga merupakan tempat yang baik
untuk berkembang biaknya mikroorganisme maka dilakukan upaya untuk
mempertahankan memperpanjang daya simpan biasanya dilakukan perlakuan suhu
tinggi dan suhu rendah. Perlakuan suhu rendah, misalnya pembekuan.
Enzim merupakan biomolekul (protein globular kompleks) yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam
suatu reaksi kimia. Enzim berperan penting dalam makanan. Enzim terdapat secara alami
dalam tanaman, hewan, maupun mikroba, dan dapat menyebabkan perubahan komposisi
bahan makanan. Perubahan yang terjadi antara lain perubahan citarasa, aroma,
warna, tekstur, dan sifat-sifat lainnya. (Winarno, 1995).
Perubahan tersebut dapat diinginkan atau tidak diinginkan.
Perubahan yang tidak diinginkan misalnya terjadi pencoklatan pada salak yang
dikupas dan dibiarkan di udara terbuka dalam waktu yang cukup lama, sedangkan
perubahan yang diinginkan antara lain pada proses fermentasi daun teh pada
pembuatan teh hitam.
Perubahan yang tidak diinginkan dapat dicegah antara lain
dengan proses blansing. Beberapa jenis enzim ada yang menguntungkan juga ada
yang merugikan. Enzim yang menguntungkan misalnya dalam penjernihan sari buah,
pematangan buah-buahan, juga pengempukan daging. Enzim yang merugikan misalnya
dalam proses pembusukan makanan. Selain itu enzim banyak digunakan dalam
pengolahan makanan antara lain :
1.
Sebagai indikator pada
metode analisis, misalnya enzim fosfatase digunakan dalam uji fosfatase untuk
pasteurisasi susu
2.
Sebagai bahan bantu
dalam industri pengolahan, misalnya rennin digunakan sebagai koagulan pada
proses pembuatan keju.
Studi mengenai enzim
dalam bidang kimia berbeda dibandingkan dengan bidang biokimia. Dalam bidang
kimia studi tentang enzim lebih ditekankan pada reaksi dekomposisi, hidrolisis,
dan oksidasi, sedangkan dalam bidang biokimia lebih ditekankan pada mekanisme
sintetis. Enzim merupakan suatu protein globular kompleks, yang mempunyai sifat
katalisator (biokatalisator). Pada suhu 27 oC dapat mempercepat
reaksi kimia (10 - 12 ). Efisiensi katalis enzim tinggi, efektif pada
konsentrasi rendah, ternyata 1 molekul enzim dapat mentransformasi 10.000 –
1000.000 molekul substrat per menit. Enersi aktivasi enzim rendah, sehingga
masih tetap aktif pada suhu rendah (pembekuan). Sifat katalitik enzim bersifat
spesifik, karena itu enzim bermanfaat dalam studi analisis. Satu jenis enzim
hanya cocok pada satu jenis substrat tertentu, hal ini dikenal sebagai sebagai
lock and key theory.
Faktor-faktor
yang memepengaruhi aktivitas enzim antara lain adalah suhu, pH, dan kadar air.
Reaksi enzimatis biasanya terus berlangsung dalam suhu rendah. Bagian apoenzim
bersifat tidak tahan panas, sehingga pada suhu tinggi terjadi denaturasi
protein enzim. (Winarno, 1995).
Berkaitan dengan enzim, berikut akan dibahas mengenai hasil
praktikum yaitu uji katalase, uji peroksidase, kontak terhadap jaringan bahan
dan pencoklatan enzimatis..
4.1 Uji Peroksidase
Uji yang pertama adalah uji peroksidase. Kerja
enzim peroksidase dalam sayuran berguna untuk pendeteksian keefektifan
pemutihan, sedangkan enzim tersebut dapat juga merusak sayuran sehingga
mengakibatkan bau dan rasa yang menyimpang. Selain itu juga berguna dalam
penentuan glukosa dalam suatu bahan pangan yang dikombinasikan dengan glukosa
peroksidase. Kerja enzim peroksidase dalam buah yaitu mengakibatkan terjadinya
pencoklatan (Deman, 1997).
Enzim
peroksidase adalah salah satu enzim yang termasuk kedalam jenis enzim fenol
oksidase yang akan berpengaruh pada pencoklatan sayur atau buah. Enzim
peroksidase merupakan enzim yang tahan terhadap panas. Adanya enzim ini dapat
menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan pada buah dan sayur. Cara yang paling
tepat dan sederhana untuk menonaktifkan enzim ini adalah dengan memblansing
sayuran dan buah-buahan tersebut. Penggunaan panas pada suhu tinggi dan waktu
yang memadai akan menghambat fenolase dan enzim lain yang ada dalam bahan
pangan (Tranggono, 1989).
Suatu reaksi yang dikatalisis oleh
peroksidase melibatkan hidrogen peroksida sebagai penerima, dan senyawa AH2
sebagai donor atom hidrogen, dapat ditunjukkan sebagai berikut :
H2O2 + AH2 peroksidase 2H2O + A
Enzim
ini berperan penting dalam perkembangan dan senesence jaringan tumbuhan.
Diantaranya perananya dalam biogenesis etilena, peranannya sebagai pengatur
pematangan senesence, dalam penguraian khlorofil, dan oksidasi asam
indol-3-asetat.
Dalam pengujian peroksidase ini, digunakan 10
buah sampel, yaitu salak, belimbing, apel, pir,
pisang, buncis, kentang, terung, wortel, dan nenas. Sampel-sampel
tersebut diiris dan kemudian ada yang diblasing selama 1,5’ dan 5 menit,
Perbedaan waktu ini untuk mengetahui sampai waktu berapa enzim peroksidase
tahan panas. Setelah itu, sampel dihancurkan dengan mortar dan tambah akuades
kemudian masukkan ke tabung reaksi. Lalu tambahkan 1% guaiakol, alkohol 95% dan
1 ml H2O2. Guaiakol merupakan senyawa fenol, sementara H2O2
merupakan hidrogen peroksida. Nantinya, bila pada sampel terdapat enzim
peroksidase, H2O2 akan diuraikan dan membentuk warna
coklat merah.
Tabel 1. Hasil
Pengamatan Uji Peroksidase
Sampel
(Kel.)
|
t (menit)
|
Warna
|
Gelembung
|
+/-
|
Salak
(Kel.
1)
|
1,5’
|
Kuning
keruh+
|
Tidak
ada
|
-
|
5’
|
Kuning
keruh
|
Tidak
ada
|
-
|
|
Belimbing
Kelompok 2
|
1,5
|
Putih
keruh
|
Ada
sedikit
|
+
|
5
|
Putih
keruh
|
Ada
sedikit
|
+
|
|
Apel
(Kelompok 3)
|
1,5
|
Cokelat ++
|
Ada
|
+
|
5
|
Putih Kekuningan
|
Tidak ada
|
-
|
|
Kelompok 4
Pir
|
1,5
|
Cokelat keruh
|
Tidak ada
|
+
|
5
|
putih keruh +
|
Tidak ada
|
-
|
|
Pisang
Kelompok 5
|
1,5
|
Coklat
muda
|
Ada
|
+
|
5
|
Putih
keruh
|
Tidak ada
|
-
|
|
Kelompok 6
(Buncis)
|
1,5
|
Hijau
|
Tidak
ada
|
-
|
5
|
Hijau
|
Tidak
ada
|
-
|
|
Kelompok 7
(kentang)
|
1,5
|
Putih
keruh
Coklat
-
|
Tidak
ada
|
+
|
5
|
Putih
keruh
Kuning
-
|
Tidak
ada
|
+
|
|
Kelompok 8
Terung
|
1,5
|
Coklat
|
Tidak
ada
|
-
|
5
|
Coklat muda
|
Tidak
ada
|
-
|
|
Wortel
(kel.
9)
|
1,5 ‘
|
Orange
pudar +
|
Tidak
ada
|
-
|
5’
|
Orange
|
Ada
|
+
|
|
Nanas (10)
|
1,5
|
Kuning cerah
|
Tidak ada
|
-
|
5
|
Kuning putih
|
Tidak ada
|
-
|
(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2015)
Dari data
diatas didapat bahwa hampir semua sampel terdapat enzim peroksidase dengan
kadar yang berbeda – beda. Dari data diatas terlihat bahwa semakin lama
blansing membuat enzim peroksidase perlahan mulai diinaktifasi, hal tersebut
dikarenakan enzim tersebut tidak tahan panas. Hal ini dapat dilihat dari
memudarnya warna coklat yang ada pada setiap sampel. Pada
umumnya proses blanshing dilakukan untuk sayur-sayuran, pada buah-buahan tidak
dilakukan karena dapat merubah tekstur dari buah-buahan menjadi lebih lembek.
4.2 Uji
Katalase
Setelah dilakukan pengujian terhadap enzim peroksidase,
dilakukan pula pengujian terhadap enzim katalase. Katalase merupakan sejenis
enzim yang dapat mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen.
2H2O2 katalase 2H2O + O2
Katalase juga merupakan salah satu enzim yang tahan panas
seperti halnya enzim peroksidase. Enzim katalese juga dapat menimbulkan
perubahan yang tidak dikehendaki selama masa penyimpanan. Untuk memperpanjang daya tahan simpan suatu bahan pangan
dibutuhkan pemanasan pendahuluan (blansing) untuk menginaktifasi enzim katalase tersebut. Enzim ini
bersifat heat-resistant (tahan pemanasan 82oC) dalam buah-buahan dan
sayur-sayuran. Uji ini dilihat dari adanya gelembung-gelembung udara pada
jaringan yang merupakan hasil reaksi antara aquades dengan H2O2,
hal ini menunjukkan bahwa uji katalase tersebut positif artinya terdapat enzim
katalase dalam jaringan tersebut.
Pada
praktikum ini digunakan 10 sampel yang sama seperti pada tes
peroksidase. Setelah itu, sampel diiris dan diblansing selama 1,5’ dan 5 menit.
Tujuannya adalah untuk mengetahui aktivitas enzim katalase pada beberapa
perlakuan pemanasan. Selanjutnya 5 gram sampel dimasukkan ke tabung reaksi
dengan 10 ml aquades dan 1cc H2O2 3% untuk setiap 5 gram
sampel . Kemudian tabung reaksi ditutup dan dikocok dan terakhir masukan O2
sebagai bukti adanya aktifitas katalase.
Tabel 2. Hasil
Pengamatan Uji Katalase
Sampel
(Kel.)
|
t (menit)
|
Warma
|
Gelembung
|
+/-
|
Salak
(Kel.
1)
|
1,5’
|
Keruh
|
Tidak
ada
|
-
|
5’
|
|
Tidak
ada
|
-
|
|
Belimbing
Kelompok 2
|
1,5
|
Coklat
keruh
|
Tidak
ada
|
-
|
5
|
Coklat
keruh
|
Tidak
ada
|
-
|
|
Apel
(Kelompok 3)
|
1,5
|
Cokelat ++
|
Ada
|
+
|
5
|
Cokelat +
|
Ada
|
+
|
|
Kelompok 4
Pir
|
1,5
|
Putih keruh ++
|
Tidak ada
|
-
|
5
|
Putih keruh
|
Tidak ada
|
-
|
|
Pisang
Kelompok 5
|
1,5
|
Bening
keruh
|
Ada ++
|
+
|
5
|
Bening
keruh
|
Ada +
|
+
|
|
Kelompok 6
(Buncis)
|
1,5
|
Hijau
pudar
|
Ada
|
+
|
5
|
Hijau
pudar
|
Tidak
ada
|
-
|
|
Kelompok 7
(kentang)
|
1,5
|
Coklat
|
Ada ++
|
+
|
5
|
Bening
keruh
|
Ada
|
+
|
|
Kelompok 8
Terung
|
1,5
|
Coklat
|
Ada
|
+
|
5
|
Coklat muda
|
Ada
|
+
|
|
Wortel
(kel.
9)
|
1,5 ‘
|
Oraange pudar
|
Tidak
ada
|
-
|
5’
|
Orange
|
Tidak
ada
|
-
|
|
Nanas (10)
|
1,5
|
Kuning cerah
|
Ada gelembung
|
+
|
5
|
Kuning putih
|
Tidak ada
|
-
|
(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2015)
Hasil pengamatan pada semua sampel menunjukkan hasil yang berbeda-beda ada yang positif
dan ada yang negatif pada sebagian sampel seperti pada sampel salak, blimbing,
pir dan wortel pada menit ke 1,5 dan 5 dan pada sampel nuncis dan nanas pada
menit ke 5 menunjukan hasil negatif untuk uji katalase ini.
Hal tersebut tidak sesuai dengan literature karena hampir semua sampel
mengandung enzim katalase ini hanya kandungannya yang berbeda-beda, hal
tersebut kemungkinan dapat disebabkan oleh kandungan katalase yang berbeda-beda
kemudian tingkat ketelitian dari masing-masing praktikan tersebut berbeda-beda
kemungkinan tidak terlihat perubahannya ditambah tabel hasil pengamatan
tersebut tidak semua melampirkan foto hasil pengamatannya jadi tidak dapat
dilihat dengan pasti perbandingannya. Kemudian dilihat dari tabel hasil pengamatan,
semakin lama waktu pemanasan (blansing) dilakukan, gelembung gas pada sampel
semakin berkurang sampai ada yang berubah menjadi tidak adanya gelembung (tergantung pada kadar enzim katalase yang sidikit atau
banyak).
Jumlah gelembung ini merupakan indikasi adanya aktivitas enzim katalase yang
bereaksi dengan hidrogen peroksida. Sesuai dengan literatur, semakin lama blansing
maka gelembung gas yang dihasilkan akan semakin sedikit. Penyebabnya karena enzim katalase pada bahan
telah terdenaturasi oleh suhu yang tinggi. Disimpulkan bahwa semakin rendah
konsentrasi substrat semakin lambat pula terjadinya reaksi antara enzim
katalase dan substratnya (peroksida) dan semakin tinggi konsentrasi substrat
semakin cepat pula terjadi reaksi antara enzim katalase dan substratnya.
4.3 Pengaruh Perlakuan
terhadap Jaringan buah
Reaksi
pencoklatan enzimatis dapat terjadi karena adanya jaringan yang terluka seperti
memar, dipotong, dikupas, terserang penyakit atau karena kondisi yang tidak
normal. Bagian yang terluka tersebut secara cepat menjadi berwarna gelap karena
terjadi kontak dengan udara. Enzim yang berperan dalam reaksi pencoklatan
adalah senyawa polifenol. Senyawa polifenol dioksidasi menjadi kuinon dan
mengalami polimerasi menjadi pigmen berwarna coklat.
Dalam praktikum ini dilakukan dua macam pengujian, yaitu
menguji pengaruh jenis pisau yang dipakai dan pengaruh penghalusan, pemotongan
dan pememaran terhadap bahan, serta ada sampel yang tidak diberi perlakuan yang
digunakan sebagai kontrol. Sampel yang digunakan adalah sama seperti perlakuan
sebelumnya.
Tabel 3. Hasil
Pengamatan Jaringan terhadap buah
Sampel
(Kel.)
|
Pisau
|
t
|
Warna
|
Aroma
|
Tekstur
|
Salak
(Kel.
1)
|
Stainless
steel
|
0’
|
Kuning
|
Aroma
salak
|
Keras
|
15’
|
Kuning
+
(Tidak
ada dokumentasi)
|
Aroma
salak
|
Keras
|
||
30’
|
Coklat
|
Aroma
salak
|
Keras
|
||
Besi
|
0’
|
Kuning
|
Aroma
salak
|
Keras
|
|
15’
|
Coklat
++
(Tidak
ada dokumentasi)
|
Aroma
salak
|
Keras
|
||
30’
|
Coklat
+++
|
Aroma
salak
|
Keras
|
||
Belimbing
(Kelompok
2)
|
Stainless
steel
|
0’
|
Kuning
|
Belimbing
|
Lunak
|
15’
|
Kuning
segar
|
Belimbing
|
Lunak
|
||
30’
|
Sedikit
coklat
|
Belimbing
|
Lunak
|
||
Besi
|
0’
|
Kuning
|
Belimbing
|
Lunak
|
|
15’
|
Sedikit
coklat
|
Belimbing
|
Lunak
|
||
30’
|
Coklat
dipinggir
|
Belimbing
|
Lunak
|
||
Apel
(kel 3)
|
Stainless
steel
|
0’
|
Putih
|
|
|
15’
|
Putih
|
|
|
||
30’
|
Cokelat
|
|
|
||
Besi
|
0’
|
Putih
|
|
|
|
15’
|
Cokelat +
|
|
|
||
30’
|
Cokelat ++
|
|
|
||
4
Pir
|
Stainless
steel
|
0’
|
Putih
|
Pir ++++
|
Keras ++++
|
15’
|
Putih agak cokelat
|
Keras +++
|
Pir ++
|
||
30’
|
Putih kecokelatan +
|
Keras ++
|
Pir +
|
||
Besi
|
0’
|
Putih
|
Pir +++
|
Keras ++++
|
|
15’
|
Kecoklatan ++
|
Pir +
|
Keras ++
|
||
30’
|
Putih keceokelatan +++
|
Tidak beraroma
|
Keras +
|
||
5
Pisang
|
Stainless
steel
|
0’
|
Putih
|
Pisang
|
Lunak
|
15’
|
Putih
|
Pisang
|
Lunak
|
||
30’
|
Putih
|
Pisang
|
Lunak
|
||
Besi
|
0’
|
Putih
|
Pisang
|
Lunak
|
|
15’
|
Putih
bergaris hitam
|
Pisang
|
Lunak
|
||
30’
|
Putih
bergaris hitam +
|
Pisang
|
Lunak
|
||
6
Buncis
|
Stainless
steel
|
0’
|
Hijau
|
Buncis
|
Keras
|
15’
|
Hijau
|
Buncis
|
Keras
|
||
30’
|
Hijau
|
Buncis
|
Keras
|
||
Besi
|
0’
|
Hijau
|
Buncis
|
Keras
|
|
15’
|
Hijau
kecoklatan
|
Buncis
|
Keras
|
||
30’
|
Hijau
kecoklatan +
|
Buncis
|
Keras
|
||
7 (kentang)
|
Stainless
steel
|
0’
|
Kuning
|
X
|
X
|
15’
|
Kuning
+
Coklat
|
X
|
X
|
||
30’
|
Kuning
++
Coklat
+
|
X
|
X
|
||
Besi
|
0’
|
Kuning
|
X
|
X
|
|
15’
|
Kuning
++
Coklat
+
|
X
|
X
|
||
30’
|
Kuning
+++
Coklat
++
|
x
|
X
|
||
Terung (8)
|
Stainless
steel
|
0’
|
Hijau muda kecoklatan
|
Terung segar
|
Keras
|
15’
|
Hijau muda kecoklatan+
|
Terung
|
Lunak
|
||
30’
|
Hijau muda kecoklatan++
|
Terung
|
Lunak+
|
||
Besi
|
0’
|
Hijau muda kecoklatan+
|
Terung segar
|
Keras
|
|
15’
|
Hijau muda kecoklatan++
|
Terung
|
Lunak
|
||
30’
|
Hijau muda kecoklatan+++
|
Terung
|
Lunak+
|
||
Wortel
(Kel.
9)
|
Stainless
steel
|
0’
|
Orange
|
Wortel
segar
|
Keras
|
15’
|
Orange
kusam
|
Wortel
|
Lunak
|
||
30’
|
Orange
kusam +
|
Wortel
|
Lunak +
|
||
Besi
|
0’
|
Orange
|
Wortel
segar
|
Keras
|
|
15’
|
Orange
kusam
|
Wortel
|
Lunak
|
||
30’
|
Orange
kusam ++
|
Wortel
|
Lunak +
|
||
Nanas (10)
|
Stainless
steel
|
0’
|
Kuning
|
Nanas segar
|
Keras +
|
15’
|
Kuning putih ++
|
Nanas
|
Keras
|
||
30’
|
Kuning putih ++
|
Nanas ++
|
Sedikit lunak
|
||
Besi
|
0’
|
Kuning
|
Nanas segar
|
Keras +
|
|
15’
|
Kuning kecoklatan
|
Nanas
|
Keras
|
||
30’
|
Kuning coklat +
|
Nanas ++
|
Lunak
|
(Sumber : Dokumentasi
pribadi, 2015)
Dari data diatas didapat bahwa,
pada perlakuan pertama ternyata penggunaan jenis pisau akan berpengaruh terhadap
pencoklatan. Pada umumnya bila berdasarkan hasil diatas penggunaan pisau besi
lebih mempercepat pencokelatan daripada pisau stainless steel. Hal ini karena
enzim polifenolase akan bereaksi dengan besi dan mempercepat warna coklat. Sedangkan pada pengamatan pemotongan dengan pisau stainless
steel, warna coklat pada bahan tidak sepekat
warna coklat yang dihasilkan oleh pemotongan dengan menggunakan pisau karatan
karena logam pada pisau dilapisi oleh baja sehingga
tidak mudah menempel
pada bahan. Enzim yang terlibat dalam reaksi
pencoklatan tersebut adalah polifenoloksidase atau fenolase, yang secara
alamiah terdapat pada bahan pangan nabati.
Tembaga merupakan komponen dari semua polifenolase. Kerja
polifenolase. Kerja polifenolase bersifat merusak yaitu membuat bahan mengalami
pencoklatan. Polifenolase merupakan enzim yang terlibat pada pencoklatan
enzimatik yaitu enzim yang yang mampu mengoksidase senyawa fenol menjadi
o-kuinon. Tembaga membentuk kompleks yaitu dengan reaksi :
Protein-Cu2+-O2
+ monofenol protein-Cu2++
0-kuinon + H2O
Kerja enzim
polifenolase ini bersifat merusak jika hal ini memfokuskan pada pencoklatan
dalam jaringan tumbuhan yang memar dan rusak. Selain
mengubah o-difenol menjadi o-kuinon, enzim ini juga mengkatalisis pengubahan
monofenol menjadi o-difenol. Aktivitas ini disebut sebagai aktivitas kresolase, sedangkan aktivitasnya yang pertama disebut katekolase. Kedua aktivitas
tersebut sangat melibatkan tembaga. Logam ini diketahui sebagai komponen dari
semua polifenolase. Substrat enzim
polifenol oksidase ini merupakan senyawa fenol yang terdapat dalam jaringan
tumbuhan, terutama flavonoid.
Dalam data hasil pengamatan juga menunjukkan
bahwa pada perlakuan pemotongan dengan pisau besi atau mengalamin
penghalusan untuk semua
sampel terlihat lebih cepat mengalami pencoklatan dalam waktu 15 hingga 30 menit dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini terjadi karena sampel yang telah mengalami penghalusan luas
permukaannya lebih besar, sehingga kontak oksigen dan sampel semakin banyak
pula yang mengakibatkan warna sampel yang dihaluskan lebih coklat dibandingkan
dengan sampel yang mengalami perlakuan lain.
Sampel yang
dibiarkan mengalami pencoklatan yang paling sedikit karena luas permukaannya
lebih kecil untuk mengalami kontak dengan oksigen sehingga pencoklatan
enzimatis yang terjadi lebih sedikit. Sampel yang diiris dan dimemarkan
mengalami pencoklatan yang lebih banyak daripada yang dibiarkan. Hal ini
disebabkan karena luas permukaan bahan untuk terkena oksigen lebih besar.
5.4 Pengaruh
Perlakuan terhadap Pencoklatan Enzimatis
Dalam ilmu
pangan, gejala berubahnya bahan pangan menjadi coklat adalah browning atau
pencoklatan (Buckle, 1987). Yaitu, terbentuknya warna coklat pada bahan pangan
secara alami atau karena proses tertentu. Dan yang terjadi pada buah dan sayur
adalah pencoklatan enzimatis . Pencoklatan enzimatis terjadi pada buah – buahan
yang banyak mengandung substrat senyawa fenolik (Winarno, 1992).
Enzim yang
terlibat dalam pencoklatan enzimatik dikenal dengan nama polifenoloksidase atau
biasa disebut fenolase. Kerja fenolase bersifat merusak jika hal ini mengacu
pada pencoklatan dalam jaringan tumbuhan yang memar dan rusak. Tetapi enzim ini
bermanfaat pada pemrosesan teh dan kopi. Fenolase mampu mengoksidasi senyawa
fenol menjadi o-kuinon dan mengkatalisis perubahan monofenol menjadi o-difenol.
Untuk mencegah proses pencoklatan pada bahan pangan dapat
dilakukan proses pemanasan atau blansing. Selain itu, pencegahan pencoklatan
dapat pula dilakukan dengan penambahan asam. Pada praktikum kali ini akan
dilihat pengaruh dari beberapa zat pada proses pencoklatan enzimatis, dengan
sampelnya yaitu buncis, apel, kentang, nenas, wortel, salak, jambu biji dan
pisang. Asam yang digunakan adalah asam askorbat (vitamin C) dan asam sitrat.
Digunakan pula aquades sebagai pembanding.
Perlakuannya adalah dengan direndam dalam aquades, vitamin C
dan asam sitrat. Semuanya diblansing selama 1, 3, dan 5 menit.
Tabel 5. Hasil
Pengamatan Pengaruh Perlakuan terhadap Pencoklatan Enzimatis
Sampel
(Kel.)
|
Perlakuan
|
t
|
Warna
|
Aroma
|
Tekstur
|
Salak
(Kel. 1)
|
As. Sitrat
|
1,5’
|
Kuning kecoklatan
|
Makin kuat
|
Sedikit lunak
|
Vit. C
|
Kuning cerah
|
Makin kuat +
|
Lunak
|
||
Akuades
|
Kuning kecoklatan +
|
Aroma salak +
|
Sedikit lunak
|
||
As. Sitrat
|
5’
|
Kuning
|
Makin kuat +
|
Lunak
|
|
Vit. C
|
Kuning cerah +
|
Makin kuat ++
|
Lunak +
|
||
Akuades
|
Kuning kecoklatan
|
Aroma salak
|
Sedikit lunak
|
||
Belimbing (Kelompok 2)
|
As.sitrat
|
1,5’
|
Putih kekuningan
|
Tidak berbau
|
Keras
|
Vit C
|
Kuning segar +++
|
Berbau masam
|
Keras
|
||
Akuades
|
Kuning pucat
|
Tidak berbau
|
Lunak
|
||
As.sitrat
|
5’
|
Putih kekuningan
|
Belimbing rebus
|
Lunak
|
|
Vit C
|
Kuning Segar +++
|
Belimbing rebus
|
Lunak
|
||
Akuades
|
Kuning pudar +++
|
Tidak berbau
|
Lunak
|
||
Apel (kel 3)
|
As.sitrat
|
1,5’
|
Kuning cerah
|
Segar
|
Keras
|
Vit C
|
Kuning pucat
|
Segar
|
Lunak +
|
||
Akuades
|
Kuning pucat
|
Segar
|
Lunak
|
||
As.sitrat
|
5’
|
Kuning cerah
|
Segar
|
Lunak +
|
|
Vit C
|
Kuning cerah
|
Segar
|
Lunak ++
|
||
Akuades
|
Kuning pucat
|
Segar
|
Lunak
|
||
4
|
As.sitrat
|
1,5’
|
Putih pucat +
|
asam
|
Lunak +
|
Vit C
|
Putih pucat +
|
vit c
|
Lunak +
|
||
Akuades
|
Putih pucat ++
|
Aroma berkurang
|
Lunak +
|
||
As.sitrat
|
5’
|
Pucat +++
|
asam
|
Lunak ++
|
|
Vit C
|
Pucat +++
|
Vit c
|
Lunak ++
|
||
Akuades
|
Pucat +++
|
Aroma berkurang
|
Lunak +++
|
||
5
Pisang
|
As.sitrat
|
1,5’
|
Putih +
|
Bau pisang ++
|
Lunak +
|
Vit C
|
Kuning ++
|
Bau pisang +
|
Lunak +
|
||
Akuades
|
Putih pucat +
|
Bau pisang
|
Lunak +
|
||
As.sitrat
|
5’
|
Putih bening
|
Bau +
|
Lunak ++
|
|
Vit C
|
Putih kekuningan +
|
Bau pisang +++
|
Lunak ++
|
||
Akuades
|
Putih puvat ++
|
Bau pisang ++
|
Lunak ++
|
||
6
(Buncis)
|
As.sitrat
|
1,5’
|
Hijau kekuningan
|
Bau buncis
|
Lembek ++
|
Vit C
|
Hijau kekuningan +
|
Bau buncis
|
Lembek
|
||
Akuades
|
Hijau
|
Bau buncis
|
Keras -
|
||
As.sitrat
|
5’
|
Hijau kekuningan ++
|
Bau buncis
|
Lembek
|
|
Vit C
|
Kuning +
|
Bau buncis
|
Keras -
|
||
Akuades
|
Hijau pudar
|
Bau buncis
|
Keras
|
||
7 (kentang)
|
As.sitrat
|
1,5’
|
Kuning +
|
Aroma kentang +
|
Lunak +
|
Vit C
|
Kuning ++
|
Aroma kentang
|
Lunak ++
|
||
Akuades
|
Kuning
|
Aroma kentang
|
Lunak
|
||
As.sitrat
|
5’
|
Kuning ++
|
Aroma kentang ++
|
Lunak ++
|
|
Vit C
|
Kuning +++
|
Aroma kentang
|
Lunak +++
|
||
Akuades
|
Kuning
|
Aroma kentang ++
|
Lunak +
|
||
Terung
8
|
As.sitrat
|
1,5’
|
Hijau kecoklatan++
|
Terung matang+
|
Lunak+
|
Vit C
|
Kuning kecoklatan+
|
Terung matang+
|
Lunak+
|
||
Akuades
|
Coklat++
|
Terung matang++
|
Lunak+
|
||
As.sitrat
|
5’
|
Hijau kecoklatan+
|
Terung matang++
|
Lunak++
|
|
Vit C
|
Kuning kecoklatan++
|
Terung matang+
|
Lunak++
|
||
Akuades
|
Coklat+
|
Terung matang+
|
Lunak++
|
||
Wortel
(kel.9)
|
As. Sitrat
|
1,5’
|
Orange
|
Wortel +
|
Lunak +
|
Vit. C
|
Orange
|
Wortel -
|
Lunak ++
|
||
Akuades
|
Orange
|
Wortel +
|
Lunak +
|
||
As. Sitrat
|
5’
|
Orange
|
Wortel -
|
Lunak ++
|
|
Vit. C
|
Orange
|
Wortel +
|
Lunak +++
|
||
Akuades
|
Orange
|
Wortel ++
|
Lunak +
|
||
Nanas (10)
|
As.sitrat
|
1,5’
|
Kuning terang +
|
Aroma nanas +++
|
Lunak ++
|
Vit C
|
Kuning terang
|
Aroma nanas +++
|
Lunak
|
||
Akuades
|
Kuning terang +
|
Aroma nanas ++
|
Lunak +
|
||
As.sitrat
|
5’
|
Kuning terang -
|
Aroma nanas
|
Lunak +++
|
|
Vit C
|
Kuning terang +
|
Aroma nanas ++
|
Lunak
|
||
Akuades
|
Kuning terang
|
Aroma nanas
|
Lunak +
|
(Sumber : Dokumentasi Pribadi,
2015)
Berdasarkan hasil pengamatan diatas, hasil yang didapat untuk
nenas, wortel, kentang dan buncis sendiri tidak terjadi reaksi pencoklatan pada
setiap perlakuan, hanya terjadi perubahan warna menjadi lebih muda. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan berbagai senyawa antioksidan dan tanpa blanshing dapat
menghambat reaksi pencoklatan. Reaksi pencoklatan yang terjadi sangat lambat.
Apel menunjukkan terjadinya reaksi pencoklatan dengan intensitas warna lebih
gelap pada perlakuan menggunakan asam sitrat dibandingkan dengan vitamin C. Hal
ini menunjukkan bahwa sampel tersebut kurang efektif jika ditambahkan
antioksidan berupa asam sitrat.
Berdasarkan
hasil pengamatan, penggunaan asam yang paling efektif untuk menjaga bahan
pangan adalah asam askorbat (vitamin C) 5%. Asam tersebut berperan menurunkan
pH jaringan dan mempertahankan warna bahan sehingga kecepatan pencoklatan
enzimatis dapat diturunkan. Bahan-bahan yang direbus dengan asam askorbat
(vitamin C) dapat mempertahankan warna aslinya. Asam askorbat (vitamin C) tidak
memiliki cita rasa yang kuat pada dosis yang digunakan sehingga tidak
mempengaruhi hasil olahan dan tidak memiliki sifat korosi terhadap logam. Penggunaan
dengan vitamin C dengan pemanasan 5 menit menunjukkan waktu yang efektif untuk
mencegah terjadinya reaksi pencoklatan untuk sampel yang mengalami pencoklatan.
V. KESIMPULAN
·
Semakin lama blansing
membuat enzim peroksidase dan enzim katalase perlahan mulai diinaktifasi
- Hasil uji perlakuan terhadap jaringan bahan warna coklat yang dihasilkan lebih pekat pada sampel yang dipotong dengan pisau karatan atau besi dibandingkan dengan pisau stainless steel.
·
Penghalusan mempercepat
laju pencoklatan.
·
Semakin
lama blansing maka gelembung gas yang dihasilkan akan semakin sedikit.
·
Semakin
rendah konsentrasi substrat semakin lambat terjadinya reaksi antara enzim
katalase dan substratnya (peroksida) dan semakin tinggi konsentrasi substrat
semakin cepat pula terjadi reaksi antara enzim katalase dan substratnya.
·
Untuk mencegah proses
pencoklatan pada bahan pangan dapat dilakukan proses pemanasan atau blansing
serta dapat pula dilakukan dengan penambahan asam.
·
Asam
berperan menurunkan pH jaringan dan mempertahankan warna bahan sehingga
kecepatan pencoklatan enzimatis dapat diturunkan.
- Pengujian pengaruh perlakuan terhadap pencoklatan enzimatis dengan menggunaan vitamin C sebagai antioksidan pada sebagian besar sampel lebih efektif dibandingkan dengan larutan lain dikarenakan tidak terjadinya reaksi pencoklatan.
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K.A, Edwards, R.A, Fleet, G.H. dan M. Wooton.1987.
Ilmu Pangan. Penerjemah
Hari Purnomo dan Adiono. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Deman, M. John. 1997. Kimia Makanan. ITB :
Bandung.
Tranggono dan Surtadi.1990.
Biokimia dan
Teknologi Pasca Panen. PAU-Pangan dan Gizi UGM,
Yogyakarta.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka
: Jakarta.
No comments:
Post a Comment