Friday, June 24, 2016

PRAKTIKUM kimia pangan (pembuatan larutan)


IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

            Praktikum kali ini diawali dengan “Pembuatan Larutan” yang dilakukan pada hari kamis tanggal 17 September 2015, Menurut Utami (2007), larutan merupakan campuran homogen antara pelarut atau solvent (jumlahnya lebih banyak) dan zat terlarut atau solute (jumlahnya sedikit). Zat-zat pembentuk campuran homogen bercampur secara merata, tidak dapat dibedakan, serba sama, tidak memiliki bidang batas, dan mempunyai sifat yang sama di seluruh bagian. Komposisi solvent dan solute dalam larutan dinyatakan sebagai konsentrasi larutan, dan untuk proses pencampuran  solvent dan solute dalam larutan disebut proses solvasi.
            Sedangkan menurut Brady (1999), larutan adalah campuran molekul (atom atau ion dalam beberapa hal), biasanya molekul-molekul pelarut agak berjauhan dalam larutan dibanding dalam pelarut murni. Pembuatan larutan pada praktikum kali ini, nantinya dipergunakan untuk keperluan praktikum selanjutnya. Ada beberapa nilai yang telah diketahui dan yang harus dicari terlebih dahulu untuk menentukan perbandingan antara volume dan gram dalam larutan. Yaitu dengan mengetahui beberapa satuan konsentrasi, di antaranya :
a)        Persentase (%)
Persentase menyatakan jumlah gram terlarut tiap 100 gram larutan.
           
P : persen berat zat terlarut
w : jumlah gram zat terlarut
w0 : jumlah gram zat pelarut.
b)      Fraksi mol (X)
Fraksi mol menyatakan perbandingan jumlah mol suatu zat larutan terhadap jumlah mol seluruh zat dalam larutan.
c)        Molaritas (M)
Molaritas menyatakan jumlah zat terlarut di dalam tiap 1 L larutan.
            Ket :
M : Molaritas (M)
n : mol per larutan (m)
V : Volume (L)
d)       Molalitas (m)
Molalitas menyatakan jumlah zat terlarut dalam tiap 1000 gram pelarut.
m =  x
Ket :
G : berat zat terlarut (gram)
p : berat pelarut (gram)
e)        Normalitas (N)
Normalitas menyatakan jumlah gram ekivalen zat terlarut dalam tiap liter larutan (grek).
grek = mol x jumlah H+ atau OH-
f)         Rumus pengenceran larutan
V1M1 = V2M2
V1M1 + V2M2 = V3M3
Ket :
V1 : volume sebelum diencerkan
V2 : volume setelah diencerkan
M1 : konsentrasi sebelum diencerkan
M2 : konsentrasi setelah diencerkan
V3 : volume campuran
M3 : konsentrasi campuran
            Pembuatan larutan asam sebaiknya dilakukan di dalam ruangan asam, karena jika larutan tersebut tidak dilakukan di dalam ruang asam maka asam-asam dalam wadah akan menguap yang mengakibatkan larutan tersebut kehilangan asamnya, reaksi yang seharusnya terjadipun mungkin akan terbentuk secara tidak sempurna atau mungkin tidak terjadi reaksi sama sekali. Selama praktikum di dalam ruang asam sebaiknya blower dihidupkan agar reagen yang dihasilkan tidak terhirup oleh praktikan.
Larutan yang dibuat pada praktikum kali ini antara lain Nacl jenuh, Alkohol 95% netral, NaOH 10%, NaOH 0,1N, asam asetat 0.1N. dengan terlebih dahulu dbuat indikator PP 1% dan KOH 0,1N -> 0,14gr
4.1 Pembuatan Alkohol 95% Netral
Senyawa alkohol atau alkanol dapat dikatakan senyawa alkana yang satu atom H-nya diganti dengan gugus –OH (hidroksil). Alkohol adalah R-OH dimana R adalah gugus alkil. Golongan senyawa akohol juga dapat ditulis CnH2n + 1 –OH (Kusnandar, F. 2010
Sifat fisik dan kimia dari alkohol adalah:
1)      Sifat Fisik alkohol:
·         Alkohol monohidroksi suku rendah (jumlah atom karbon 1-4 ) berupa cairan tidak berwarna dan dapat larut dalam air dengan segala perbandingan.
·         Kelarutan alkohol dalam air makin rendah bila rantai hidrokarbonnya makin panjang.
·         Makin tinggi berat molekul alkohol, makin tinggi pula titik didih dan viskositasnya.
·         Alkohol yang mengandung atom karbon lebih dari 12 berupa zat padat yang tidak berwarna.
·          Alkohol suku rendah tidak mempunyai rasa, akan tetapi memberikan kesan panas dalam mulut.
2)      Sifat Kimia Alkohol
·      Oksidasi alkohol primer
Oksidasi alkohol primer dengan menggunakan natrium bikromat dan asam sulfat akan menghasilkan suatu aldehida dan air.
·         Oksidasi alkohol sekunder
Oksidasi alkohol sekunder dengan menggunakan natrium bikromat dan asam sulfat akan menghasilkan suatu keton dan air.
·         Oksidasi alkohol tersier
Oksidasi alkohol tersier oleh oksigen akan menghasilkan campuran asam karboksilat, keton, karbondiokaida dan air.
·         Reaksi dengan natrium
Alkohol bereaksi dengan logam natrium menghasilkan suatu alkoksida. Hasil samping berupa gas hidrogen.
·         Reaksi dengan asam halida
Alkohol bereaksi dengan asam halida menghasilkan alkil halida dan air.
·         Esterifikasi
Alkohol bereaksi dengan asam karboksilat menghasilkan ester dan produk samping berupa air. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi  kesetimbangan
·         Dehidrasi alkohol
Dehidrasi alkohol dengan suatu asam sulfat akan menghasilkan alkena dan air.
Selama pembuatan larutan terdapat perubahan fisik yang terjadi. Perubahan fisik yang terjadi adalah perubahan warna larutan alkohol 95% dengan alkohol 95% netral menjadi berwarna pink. Perubahan menjadi warna pink inilah indikator bahwa alkohol tersebut sudah bersifat netral. Sifat netral ini dikarenakan diketahui KOH dapat menetralkan karena terjadi reaksi antara alkohol yang sedikit asam bertemu dengan KOH yang bersifat basa.
Berikut merupakan sifat fisik dan kimia alkohol 95%.
Bentuk fisik : Cairan
Bau : khas alcohol
Rasa : Terbakar, tajam.
Berat molekul : Tidak dipakai
Warna : tak berwarna
pH : Netral
Titik didih : > 760C (168,80F)
Titik baku : -113,840C (-172,90F)
Masa jenis : 0,789 – 0,806
Tekanan uap : 5.7 kPa
Densitas : 1,59 – 1,62
Tingkat penguapan : 1,7
Solubilitas / kelarutan : larut dalam air dingin, air panas, methanol, dietil eter, dan aseton.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Proses Pembuatan Alkohol 95% Netral

Warna
Suhu
Bentuk
Bau
Endapan
Kejernihan
Alkohol 95% netral
Bening
Ruang
Cair
Menyengat +++
-
Jernih +++
Alkohol 95% netral +PP
Bening
Ruang
Cair
Menyengat ++
-
Jernih +++
Alkohol 95% netral +PP+KOH
Pink bening
Ruang
Cair
Menyengat ++
-
Jernih +++
(Sumber: Data Hasil Praktikum Kelas TIP A 2015)
Pembuatan Alkohol 95% netral dilakukan dengan menambahkan indicator PP 1% sebanyak 3 tetes atau setara dengan 0,15 ml (1ml=20 tetes) PP 1 %, ketika penambahan PP 1 % dilakukan, tidak terjadi perubahan warna namun aroma menyengat sedikit berkurang. Setelah itu dilakukan sedikit demi sedikit penambahan KOH hingga terjadi perubahan warna pink pada alkohol yang tadi diberi indicator PP 1%, setelah penambahan dilakukan, warna pink terjadi ketika KOH yang ditambahkan mencapai 2,65 ml.
Alkohol 95% mempunyai formula CH3 - CH2 – OH,  berbentuk cair, berwarna bening, dan mempunyai bau menyengat. Mempunyai berat molekul 46,07g/mol, mempunyai titik didih 78,3oC, tekanan uap 59,3 mmHg pada 25°C, larut dalam air, dan tidak larut dalam minyak.
Dalam pembuatan alkohol 95 % netral digunakan alkohol yang bersifat stabil. Alcohol 100% bersifat tidak stabil dan mudah menguap sehingga tidak cocok untuk digunakan. Sehingga digunakan alcohol 95% yang bersifat lebih stabil.
Fungsi penambahan PP 1 % pada pembuatan alkohol 95 % ini yaitu sebagai indikator yang menunjukkan KOH yang ditambahkan pada alkohol sudah mencukupi untuk pembuatan alkohol 95 % netral yang ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi merah muda pada larutan.
4.2 Pembuatan NaCl jenuh
Tabel 2. Hasil Pengamatan Proses Pembuatan NaCl jenuh
Reagen
Warna
Bau
Endapan
keterangan
NaCl
Bening
-
-
-
NaCl jenuh + aquades
keruh
-
ada
-
(Sumber: Data Hasil Praktikum Kelas TIP A 2015)
            Untuk membuat NaCl jenuh pertama timbang NaCl dengan berat awal 20,00000017gr kemudan setelah di larutkan dalam akuades 25ml sisanya 15,981gr jadi 20,00000017-15,981= 4,0917gr yang terpakai. Sebelum dilarutkan sifat fisik serbuk NaCl berwarna putih namun setelah dilarutkan yang terjadi padatan agak sulit larut dalam akuades dan sifat dari larutan NaCl adalah berwarna bening dan suhu meningkat. Sebab terjadinya reaksi menggunakan sepatula dan gaya yang diberikan lewat tangan praktikan yang membuat suhu dalam wadah tersebut meningkat.

4.3 Pembuatan NaOH 5% dan NaOH 0,1N
Tabel 3. Hasil Pengamatan Proses Pembuatan NaOH 10%
Reagen
Warna
Bau
Endapan
keterangan
NaOH 5%
Bening
Menyengat
-
Jernih
NaOH 0,1N
Bening
-
-
Jernih
(Sumber: Data Hasil Praktikum Kelas TIP A 2015)
Untuk membuat NaOH 0,1 N (100 ml)  timbang 4 gram NaOH lalu masukkan ke dalam  akuades 25 ml yang sebelumnya telah dipanaskan sampai mendidih lalu didinginkan, aduk. Lalu pindahkan ke labu ukur dan diisi akuades sampai tanda batas . Larutan yang dimasukkan dalam labu ukur tidak semuanya langsung dimasukkan, sisakan sedikit, lalu tambahkan perlahan-lahan larutan tersebut hingga tanda batas.
Sebelum dilarutkan sifat fisik padatan NaOH adalah berwarna putih dan berbentuk bangkahan. Pada saat dilarutkan yang terjadi padatan agak sulit larut dalam akuades dan sifat dari larutan NaOH 0,1 N adalah berwarna bening dan suhu tetap.
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai  soda kaustik atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum,sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia.
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalametanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas.
Untuk membuat NaOH 5 % (50 ml), timbang NaOH 5 gram lalu masukkan ke dalam  akuades 25 ml . Lalu pindahkan ke labu ukur. Larutan yang dimasukkan dalam labu ukur tidak semuanya langsung dimasukkan, sisakan sedikit, lalu tambahkan perlahan-lahan larutan tersebut hingga tanda batas.
Sebelum dilarutkan sifat fisik padatan NaOH adalah berwarna putih keruh dan cepat meleleh. Pada saat dilarutkan yang terjadi adanya gelembung asap, tidak mudah larut panas dan sifat dari larutan NaOH 5 % adalah berwarna bening, terdapat sedikit serbuk yang belum larut.
Perbedaan pembuatan, perhitungan, dan penggunaan NaOH 5 % dan NaOH 0,1 N yaitu Pada pembuatannya perbedaan terletak pada berat NaOH yang digunakan untuk membuat larutan tersebut, terlihat bahwa NaOH yang digunakan untuk membuat NaOH 0,1 N lebih sedikit daripada NaOH 5 %. Pada perhitungan terlihat dari rumus yang digunakan pada NaOH 5 % rumus yang digunakan yaitu pengenceran/perbandingan, sedangkan NaOH 0,1 N digunakannya rumus normalitas. Pada penggunaannya NaOH 5 % biasa digunakan untuk pelarut (tidak memerlukan ketelitian), sedangkan NaOH 0,1 N biasa digunakan untuk titrasi atau pengukuran yang memerlukan ketelitian.
Natrium adalah logam putih-perak yang lunak, yang melebur pada 97,5 oC. Natrium teroksidasi dengan cepat dalam udara lembab, maka harus disimpan terendam seluruhnya dalam pelarut nafta atu silena. Logam ini bereaksi keras dengan air, membentuk natrium hiroksida dan hidrogen :
2Na + 2 H2O à 2Na+ + 2OH- + H2
Sama halnya dengan KOH, NaOH (Natrium Hidroksida) juga merupakan basa tinggi atau basa kuat. NaOH dibentuk dari  larutan alkali kuat yang dilarutkan dalam pelarut seperti air. Bahan ini digunakan dalam beberapa industri, sebagai kimia basa kuat di pabrik seperti bubur kayu dan kertas, tekstil, air minuman, sabun dan deterjen, serta pembersih saluran. NaOH bersifat korosif dan tidak terbakar. Suhu Titik leburnya adalah 318 oC sedangkan titik didihnya adalah 1390 oC. Natrium Hidroksida merupakan ionic sempurna/lengkap karena mengandung ion Natrium (Na) dan ion hidroksida. Sama pula halnya dengan KOH, Bahan kimia ini biasanya dilarutkan dengan akuades yang telah dipanaskan lalu didinginkan. (Kusnandar, F. 2010).
Tujuannya adalah agar pelarut (akuades) yang digunakan terbebas dari ion-ion logam sehingga tidak terjadi reaksi-reaksi saat dilakukan pelarutan. Pada saat pelarutan terjadi reaksi eksoterm yaitu larutan mengeluarkan panas.
NaOH berwarna putih atau praktis putih, berbentuk pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain. Sangat basa, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap karbondioksida dan lembab. mudah larut dalam air dan dalam etanol tetapi tidak larut dalam eter.
NaOH membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam air, NaOH murni merupakan padatan berwarna putih. Senyawa ini sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida.
Sifat fisik dan kimia yang di miliki oleh NaOH adalah sebagai berikut:
1)      Sifat fisik:
·         Rapuh (mudah hancur)
·         Asin (garam dapur)
·         Larut dalam air (air laut)
·         Tidak bisa melewati selaput semipermeable
2)      Sifat kimia
·         Bisa didapat dari reaksi NaOH dan HCl sehingga pHnya netral
·         Ikatan ionik kuat (Na+) + (Cl-) selisih elektronegatifnya lebih dari 2
·         Larutannya merupakan elektrolit kuat karena terionisasi sempurna pada air
NaOH (Natrium Hidroksida) padatan memiliki sifat fisik berupa berwarna putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain. Sangat basa, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap karbondioksida dan lembab. Kelarutan mudah larut dalam air dan dalam etanol tetapi tidak larut dalam eter. Titik leleh 318°C serta titik didih 1390°C. (Vogel, A. 1985)
NaOH larutan dan padatan membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam air, NaOH larutan memiliki densitas NaOH adalah 2,1 . Senyawa ini sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida (Keenan dkk., 1989).
Perbedaan dari NaOH 5% dan NaOH 0,1 N dilihat dari persentase berat (%)digunakan untuk menyatakan perkiraan konsentrasi dari reagen laboratorium.
Berikut merupakan sifat fisik dan kimia NaOH.
Rumus molekul : NaOH
Massa molar : 39.99711 g/mol mol
Penampilan : putih solid, hidroskopis
Kepadatan : 2.13 g/cm 3
Titik lebur : 318 °C, 591 K, 604 °F
Titik didih : 1388 °C, 1661 K, 2530 °F
Kelarutan dalam air : 1110 g/L (20 °
Kelarutan dalam etanol : 139 g/L
Kelarutan dalam metanol : 238 g/L
Kelarutan dalam gliserol : Larut
Keasaman (pKa) : ~13

4.5 Pembuatan Asam Asetat 0,1 N
Tabel 5. Hasil Pengamatan Proses Pembuatan Asam Asetat 0,1 N

Warna
Suhu
Bentuk
Bau
Endapan
Kejernihan
Asam Asetat 0,1 N
Bening
Ruang
Cair
Asam ++++
-
Jernih ++
Asam Asetat 0,1N+ Aquades
Bening
Ruang
Cair
Asam +++
-
Jernih ++
Asam Asetat 0,01 N
Bening
Ruang
Cair
Asam +++
-
Jernih ++
(Sumber: Data Hasil Praktikum Kelas TIP A 2015)
          Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16,7°C. Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. (Khopkar, S. 1990)
          Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati.
Pembuatan asam asetat 0,1 N dilakukan dengan pengenceran asam asetat 1 N yang sudah terlebih dahulu dibuat. Jumlah Asam asetat yang diperlukan didapat dari perhitungan berikut:
N1.V1 = N2.V2
1.V1 = 0,1. 25
V1 = 2,5 ml
Mula-mula diambil 2,5 ml larutan asam asetat 1 N kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur. Setelah itu diamati sifat fisik dan kimianya dan terlihat bahwa larutan tersebut tidak berwarna, berbau asam, berada pada suhu ruang dan tampak jernih. Setelah ditambahkan aquades sampai batas 25 ml, larutan asam asetat 0,01 N telah berhasil dibuat dengan sifat fisik dan kimia yang tidak jauh berbeda dengan asam asetat 1 N.
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air.
Berikut merupakan sifat fisik dan kimia asam asetat
Sifat fisik :
Rumus Kimia : CH3COOH
Kadar : 99,8%
Bentuk : cairan tidak berwarna
Berat molekul : 60 kg/kmol
Titik didih : 117,87oC
Titik lebur : 16,6oC
Densitas (25oC) : 1,049 kg/L
Ø    Spesifik gravitasi: 1,05 
Ø    Berat jenis uap air 2.07 
Ø    Tekanan uap 11 mm Hg pada 20 C, 20 mmHg pada 30 C 
Ø    Titik nyala: 40 C 
Ø    Ledakan batas: 4% - 16% 
Ø    Suhu penyalaan 426 C
Sifat Kimia
·                     Reaksi penyabunan
Asam asetat bila direaksikan dengan caustic soda menghasilkan Na asetat.
CH3COOH(l) + NaOH(S) CH3COONa + H2O ........ (9)
Asam asetat caustic soda Na Asetat air
·                     Esterifikasi
Asam asetat bila direaksikan dengan alkohol menghasilkan ester
CH3COOH + C5H11OH CH3COOC5H11 + H2O........(10)
Pada pembuatan 50 ml CH3COOH 0,1 N, yang harus dicari terlebih dahulu adalah volume dari CH3COOH yang dibutuhkan, yaitu

V.        KESIMPULAN

Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1)      Larutan merupakan campuran homogen antara pelarut atau solvent (jumlahnya lebih banyak) dan zat terlarut atau solute (jumlahnya sedikit).
2)      Fungsi penambahan PP 1 % pada pembuatan alkohol 95 % ini yaitu sebagai indikator yang menunjukkan KOH yang ditambahkan pada alkohol sudah mencukupi untuk pembuatan alkohol 95 % netral yang ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi merah muda pada larutan.
3)      Natrium Hidroksida merupakan ionic sempurna/lengkap karena mengandung ion Natrium (Na) dan ion hidroksida.
4)      Perbedaan dari NaOH 5% dan NaOH 0,1 N dilihat dari persentase berat (%)digunakan untuk menyatakan perkiraan konsentrasi dari reagen laboratorium.
5)      Fenolftalein adalah indikator titrasi yang lain yang sering digunakan, dan fenolftalein ini merupakan bentuk asam lemah yang lain.
6)      Fenolftalein adalah senyawa organik yang mempunyai rumus C20H14O4
7)      Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16,7°C.
8)      Larutan KOH terasa panas karena terjadi reaksi eksoterm (mengeluarkan panas) dalam proses pelarutan tersebut. Larutan KOH bersifat korosif (Corrosive (C)) sehingga harus lebih hati-hati dalam penggunaanya.
9)      Amilum mempunyai Rumus Molekul (C6H10O5)n, Densitas 1.5 g/cm3.
10)  Kalium adalah logam putih-perak yang lunak. Logam ini melebur pada 63,5oC. Ia tetap tak berubah dalam udara kering, tetapi dapat dengan cepat teroksidasi dalam udara lembab, menjadi tertutup dengan suatu lapisan biru.





DAFTAR PUSTAKA

Baroroh,  Umi L.  U.  2004.  Kimia Dasar I.  Universitas  Lambung  Mangkurat.
Banjarbaru.
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas & Struktur. Penerbit : Binarupa Aksara, Jakarta.
Cotton,  F.  Albert  dan  Geoffrey Wilkinson.  1989.  Kimia  Anorganik.  Jakarta : UI Press.
HAM, Mulyono. 2006. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Penerbit : Bumi Aksara, Jakarta.
Kusnandar, Feri. 2010. Kimia Pangan Komponen Makro. Penerbit : Dian Rakyat, Jakarta.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia, Jakarta.
Saito, Taro. 1996. Kimia Anorganik. Tokyo : Iwanami Publisher.
Vogel, A.I. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian 1. Direvisi oleh G. Shevla. Diterjemahkan oleh Ir. L. Setiono dan Dr. A. Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta : PT Kalman Media Pusaka.


No comments:

Post a Comment