IV.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Praktikum kali
ini diawali dengan “Pembuatan Larutan” yang dilakukan pada hari kamis tanggal
17 September 2015, Menurut Utami (2007), larutan merupakan campuran homogen
antara pelarut atau solvent
(jumlahnya lebih banyak) dan zat terlarut atau solute (jumlahnya sedikit). Zat-zat pembentuk campuran homogen
bercampur secara merata, tidak dapat dibedakan, serba sama, tidak memiliki
bidang batas, dan mempunyai sifat yang sama di seluruh bagian. Komposisi solvent dan solute dalam larutan dinyatakan sebagai konsentrasi larutan, dan
untuk proses pencampuran solvent dan solute dalam larutan disebut proses solvasi.
Sedangkan
menurut Brady (1999), larutan adalah campuran molekul (atom atau ion dalam
beberapa hal), biasanya molekul-molekul pelarut agak berjauhan dalam larutan
dibanding dalam pelarut murni. Pembuatan larutan pada praktikum kali ini, nantinya
dipergunakan untuk keperluan praktikum selanjutnya. Ada beberapa nilai yang
telah diketahui dan yang harus dicari terlebih dahulu untuk menentukan
perbandingan antara volume dan gram dalam larutan. Yaitu dengan mengetahui
beberapa satuan konsentrasi, di antaranya :
a)
Persentase (%)
Persentase menyatakan jumlah gram
terlarut tiap 100 gram larutan.

P : persen berat zat terlarut
w : jumlah gram zat terlarut
w0 : jumlah gram zat pelarut.
b) Fraksi
mol (X)
Fraksi mol
menyatakan perbandingan jumlah mol suatu zat larutan terhadap jumlah mol
seluruh zat dalam larutan.
c)
Molaritas (M)
Molaritas
menyatakan jumlah zat terlarut di dalam tiap 1 L larutan.


Ket :
M :
Molaritas (M)
n : mol
per larutan (m)
V : Volume
(L)
d) Molalitas (m)
Molalitas menyatakan jumlah zat
terlarut dalam tiap 1000 gram pelarut.
m =
x



Ket :
G : berat zat terlarut (gram)
p : berat pelarut (gram)
e)
Normalitas
(N)
Normalitas menyatakan jumlah gram
ekivalen zat terlarut dalam tiap liter larutan (grek).
grek = mol x jumlah H+
atau OH-
f)
Rumus
pengenceran larutan
V1M1
= V2M2
V1M1
+ V2M2 = V3M3
Ket
:
V1
: volume sebelum diencerkan
V2
: volume setelah diencerkan
M1
: konsentrasi sebelum diencerkan
M2
: konsentrasi setelah diencerkan
V3
: volume campuran
M3
: konsentrasi campuran
Pembuatan
larutan asam sebaiknya dilakukan di dalam ruangan asam, karena jika larutan
tersebut tidak dilakukan di dalam ruang asam maka asam-asam dalam wadah akan
menguap yang mengakibatkan larutan tersebut kehilangan asamnya, reaksi yang
seharusnya terjadipun
mungkin akan terbentuk secara tidak sempurna atau mungkin tidak terjadi reaksi
sama sekali. Selama praktikum di dalam ruang asam sebaiknya blower dihidupkan
agar reagen yang dihasilkan tidak terhirup oleh praktikan.
Larutan yang dibuat
pada praktikum kali ini antara lain Nacl
jenuh,
Alkohol 95% netral, NaOH 10%, NaOH 0,1N,
asam asetat 0.1N. dengan terlebih
dahulu dbuat indikator PP 1% dan KOH 0,1N -> 0,14gr
4.1 Pembuatan Alkohol 95% Netral
Senyawa alkohol atau alkanol dapat dikatakan
senyawa alkana yang satu atom H-nya diganti dengan gugus –OH (hidroksil).
Alkohol adalah R-OH dimana R adalah gugus alkil. Golongan senyawa akohol juga
dapat ditulis CnH2n + 1 –OH (Kusnandar, F. 2010
Sifat fisik dan kimia dari alkohol adalah:
1)
Sifat Fisik alkohol:
·
Alkohol
monohidroksi suku rendah (jumlah atom karbon 1-4 ) berupa cairan tidak berwarna
dan dapat larut dalam air dengan segala perbandingan.
·
Kelarutan
alkohol dalam air makin rendah bila rantai hidrokarbonnya makin panjang.
·
Makin
tinggi berat molekul alkohol, makin tinggi pula titik didih dan viskositasnya.
·
Alkohol
yang mengandung atom karbon lebih dari 12 berupa zat padat yang tidak berwarna.
·
Alkohol suku rendah tidak mempunyai rasa, akan
tetapi memberikan kesan panas dalam mulut.
2)
Sifat Kimia Alkohol
· Oksidasi alkohol primer
Oksidasi alkohol primer dengan
menggunakan natrium bikromat dan asam sulfat akan menghasilkan suatu aldehida
dan air.
·
Oksidasi
alkohol sekunder
Oksidasi alkohol sekunder dengan
menggunakan natrium bikromat dan asam sulfat akan menghasilkan suatu keton dan
air.
·
Oksidasi
alkohol tersier
Oksidasi alkohol tersier oleh
oksigen akan menghasilkan campuran asam karboksilat, keton, karbondiokaida dan
air.
·
Reaksi
dengan natrium
Alkohol bereaksi dengan logam
natrium menghasilkan suatu alkoksida. Hasil samping berupa gas hidrogen.
·
Reaksi
dengan asam halida
Alkohol bereaksi dengan asam halida
menghasilkan alkil halida dan air.
·
Esterifikasi
Alkohol bereaksi dengan asam
karboksilat menghasilkan ester dan produk samping berupa air. Reaksi yang
terjadi merupakan reaksi kesetimbangan
·
Dehidrasi
alkohol
Dehidrasi alkohol dengan suatu asam
sulfat akan menghasilkan alkena dan air.
Selama
pembuatan larutan terdapat perubahan fisik yang terjadi. Perubahan fisik yang
terjadi adalah perubahan warna larutan alkohol 95% dengan alkohol 95% netral
menjadi berwarna pink. Perubahan menjadi warna pink inilah indikator bahwa
alkohol tersebut sudah bersifat netral. Sifat netral ini dikarenakan diketahui
KOH dapat menetralkan karena terjadi reaksi antara alkohol yang sedikit asam
bertemu dengan KOH yang bersifat basa.
Berikut merupakan sifat fisik dan kimia alkohol 95%.
Bentuk fisik : Cairan
Bau : khas alcohol
Rasa : Terbakar, tajam.
Berat molekul : Tidak dipakai
Warna : tak berwarna
pH : Netral
Titik didih : > 760C
(168,80F)
Titik baku : -113,840C
(-172,90F)
Masa jenis : 0,789 – 0,806
Tekanan uap : 5.7 kPa
Densitas : 1,59 – 1,62
Tingkat penguapan : 1,7
Solubilitas / kelarutan : larut
dalam air dingin, air panas, methanol, dietil eter, dan aseton.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Proses Pembuatan Alkohol 95% Netral
Warna
|
Suhu
|
Bentuk
|
Bau
|
Endapan
|
Kejernihan
|
|
Alkohol 95%
netral
|
Bening
|
Ruang
|
Cair
|
Menyengat +++
|
-
|
Jernih +++
|
Alkohol 95%
netral +PP
|
Bening
|
Ruang
|
Cair
|
Menyengat ++
|
-
|
Jernih +++
|
Alkohol 95%
netral +PP+KOH
|
Pink bening
|
Ruang
|
Cair
|
Menyengat ++
|
-
|
Jernih +++
|
(Sumber: Data Hasil
Praktikum Kelas TIP A 2015)
Pembuatan Alkohol 95% netral dilakukan dengan menambahkan indicator PP 1%
sebanyak 3 tetes atau setara dengan 0,15 ml (1ml=20 tetes) PP 1 %, ketika
penambahan PP 1 % dilakukan, tidak terjadi perubahan warna namun aroma
menyengat sedikit berkurang. Setelah itu dilakukan sedikit demi sedikit
penambahan KOH hingga terjadi perubahan warna pink pada alkohol yang tadi
diberi indicator PP 1%, setelah penambahan dilakukan, warna pink terjadi ketika
KOH yang ditambahkan mencapai 2,65 ml.
Alkohol 95% mempunyai formula CH3 - CH2 – OH, berbentuk cair, berwarna bening, dan
mempunyai bau menyengat. Mempunyai berat molekul 46,07g/mol, mempunyai titik
didih 78,3oC, tekanan uap 59,3 mmHg pada 25°C, larut dalam air, dan
tidak larut dalam minyak.
Dalam pembuatan alkohol 95 % netral digunakan alkohol yang bersifat stabil.
Alcohol 100% bersifat tidak stabil dan mudah menguap sehingga tidak cocok untuk
digunakan. Sehingga digunakan alcohol 95% yang bersifat lebih stabil.
Fungsi penambahan PP 1 % pada pembuatan alkohol 95 % ini yaitu sebagai
indikator yang menunjukkan KOH yang ditambahkan pada alkohol sudah mencukupi
untuk pembuatan alkohol 95 % netral yang ditandai dengan adanya perubahan warna
menjadi merah muda pada larutan.
4.2 Pembuatan NaCl jenuh
Tabel 2. Hasil Pengamatan Proses Pembuatan NaCl jenuh
Reagen
|
Warna
|
Bau
|
Endapan
|
keterangan
|
NaCl
|
Bening
|
-
|
-
|
-
|
NaCl jenuh + aquades
|
keruh
|
-
|
ada
|
-
|
(Sumber: Data
Hasil Praktikum Kelas TIP A 2015)
Untuk membuat NaCl jenuh pertama
timbang NaCl dengan berat awal 20,00000017gr kemudan setelah di larutkan dalam
akuades 25ml sisanya 15,981gr jadi 20,00000017-15,981= 4,0917gr yang terpakai.
Sebelum dilarutkan sifat fisik serbuk NaCl berwarna putih namun setelah
dilarutkan yang terjadi padatan agak sulit larut
dalam akuades dan sifat dari larutan NaCl adalah berwarna bening dan
suhu meningkat. Sebab
terjadinya reaksi menggunakan sepatula dan gaya yang diberikan lewat tangan
praktikan yang membuat suhu dalam wadah tersebut meningkat.
4.3 Pembuatan NaOH 5%
dan NaOH 0,1N
Tabel 3. Hasil Pengamatan Proses Pembuatan NaOH 10%
Reagen
|
Warna
|
Bau
|
Endapan
|
keterangan
|
NaOH 5%
|
Bening
|
Menyengat
|
-
|
Jernih
|
NaOH 0,1N
|
Bening
|
-
|
-
|
Jernih
|
(Sumber: Data Hasil
Praktikum Kelas TIP A 2015)
Untuk
membuat NaOH 0,1 N (100 ml) timbang 4
gram NaOH lalu masukkan ke dalam akuades
25 ml yang sebelumnya telah dipanaskan sampai mendidih lalu didinginkan, aduk.
Lalu pindahkan ke labu ukur dan diisi akuades sampai tanda batas . Larutan yang
dimasukkan dalam labu ukur tidak semuanya langsung dimasukkan, sisakan sedikit,
lalu tambahkan perlahan-lahan larutan tersebut hingga tanda batas.
Sebelum
dilarutkan sifat fisik padatan NaOH adalah berwarna putih dan berbentuk
bangkahan. Pada saat dilarutkan yang terjadi padatan agak sulit larut dalam
akuades dan sifat dari larutan NaOH 0,1 N adalah berwarna bening dan suhu
tetap.
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida
terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air.
Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air.
Ia digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai
basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum,sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum
digunakan dalam laboratorium kimia.
Natrium hidroksida
murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran
ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam
air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalametanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil
daripada kelarutan KOH. Ia
tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda
kuning pada kain dan kertas.
Untuk membuat NaOH 5 %
(50 ml), timbang NaOH 5 gram lalu masukkan ke dalam akuades 25 ml . Lalu pindahkan ke labu ukur.
Larutan yang dimasukkan dalam labu ukur tidak semuanya langsung dimasukkan,
sisakan sedikit, lalu tambahkan perlahan-lahan larutan tersebut hingga tanda
batas.
Sebelum dilarutkan
sifat fisik padatan NaOH adalah berwarna putih keruh dan cepat meleleh. Pada
saat dilarutkan yang terjadi adanya gelembung asap, tidak mudah larut panas dan
sifat dari larutan NaOH 5 % adalah berwarna bening, terdapat sedikit serbuk
yang belum larut.
Perbedaan
pembuatan, perhitungan, dan penggunaan NaOH 5 % dan NaOH 0,1 N yaitu Pada
pembuatannya perbedaan terletak pada berat NaOH yang digunakan untuk membuat
larutan tersebut, terlihat bahwa NaOH yang digunakan untuk membuat NaOH 0,1 N
lebih sedikit daripada NaOH 5 %. Pada perhitungan terlihat dari rumus yang
digunakan pada NaOH 5 % rumus yang digunakan yaitu pengenceran/perbandingan,
sedangkan NaOH 0,1 N digunakannya rumus normalitas. Pada penggunaannya NaOH 5 %
biasa digunakan untuk pelarut (tidak memerlukan ketelitian), sedangkan NaOH 0,1
N biasa digunakan untuk titrasi atau pengukuran yang memerlukan ketelitian.
Natrium adalah logam putih-perak yang lunak, yang melebur
pada 97,5 oC. Natrium teroksidasi dengan cepat dalam udara lembab,
maka harus disimpan terendam seluruhnya dalam pelarut nafta atu silena. Logam
ini bereaksi keras dengan air, membentuk natrium hiroksida dan hidrogen :
2Na + 2 H2O à 2Na+ + 2OH- + H2 ↑
Sama
halnya dengan KOH, NaOH (Natrium Hidroksida) juga merupakan basa tinggi atau
basa kuat. NaOH dibentuk dari larutan
alkali kuat yang dilarutkan dalam pelarut seperti air. Bahan ini digunakan
dalam beberapa industri, sebagai kimia basa kuat di pabrik seperti bubur kayu
dan kertas, tekstil, air minuman, sabun dan deterjen, serta pembersih saluran.
NaOH bersifat korosif dan tidak terbakar. Suhu Titik leburnya adalah 318 oC
sedangkan titik didihnya adalah 1390 oC. Natrium Hidroksida
merupakan ionic sempurna/lengkap karena mengandung ion Natrium (Na) dan ion
hidroksida. Sama pula halnya dengan KOH, Bahan kimia ini biasanya dilarutkan
dengan akuades yang telah dipanaskan lalu didinginkan. (Kusnandar, F. 2010).
Tujuannya adalah agar pelarut (akuades) yang digunakan
terbebas dari ion-ion logam sehingga tidak terjadi reaksi-reaksi saat dilakukan
pelarutan. Pada saat pelarutan
terjadi reaksi eksoterm yaitu larutan mengeluarkan panas.
NaOH
berwarna putih atau praktis putih, berbentuk pellet, serpihan atau batang atau
bentuk lain. Sangat basa, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur. Bila
dibiarkan di udara akan cepat menyerap karbondioksida dan lembab. mudah larut
dalam air dan dalam etanol tetapi tidak larut dalam eter.
NaOH membentuk
basa kuat bila dilarutkan dalam air, NaOH murni merupakan padatan berwarna
putih. Senyawa ini sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan
hidroksida.
Sifat
fisik dan kimia yang di miliki oleh NaOH adalah sebagai berikut:
1)
Sifat fisik:
·
Rapuh (mudah hancur)
·
Asin (garam dapur)
·
Larut dalam air (air laut)
·
Tidak bisa melewati selaput
semipermeable
2)
Sifat kimia
·
Bisa didapat dari reaksi NaOH dan HCl
sehingga pHnya netral
·
Ikatan ionik kuat (Na+) + (Cl-) selisih
elektronegatifnya lebih dari 2
·
Larutannya merupakan elektrolit kuat
karena terionisasi sempurna pada air
NaOH (Natrium Hidroksida) padatan memiliki sifat fisik
berupa berwarna putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet,
serpihan atau batang atau bentuk lain. Sangat basa, keras, rapuh dan
menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap
karbondioksida dan lembab. Kelarutan mudah larut dalam air dan dalam etanol
tetapi tidak larut dalam eter. Titik leleh 318°C serta titik didih 1390°C. (Vogel, A. 1985)
NaOH larutan dan padatan membentuk basa kuat bila dilarutkan
dalam air, NaOH larutan memiliki densitas NaOH adalah 2,1 . Senyawa ini sangat
mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida (Keenan dkk., 1989).
Perbedaan dari NaOH 5% dan NaOH 0,1 N
dilihat dari persentase berat (%)digunakan untuk menyatakan perkiraan
konsentrasi dari reagen laboratorium.
Berikut merupakan sifat fisik dan kimia
NaOH.
Rumus molekul :
NaOH
Massa molar :
39.99711 g/mol mol
Penampilan :
putih solid, hidroskopis
Kepadatan : 2.13
g/cm 3
Titik lebur :
318 °C, 591 K, 604 °F
Titik didih :
1388 °C, 1661 K, 2530 °F
Kelarutan dalam
air : 1110 g/L (20 °
Kelarutan dalam
etanol : 139 g/L
Kelarutan dalam
metanol : 238 g/L
Kelarutan dalam
gliserol : Larut
Keasaman (pKa)
: ~13
4.5 Pembuatan Asam Asetat 0,1 N
Tabel
5. Hasil
Pengamatan Proses Pembuatan Asam Asetat 0,1 N
Warna
|
Suhu
|
Bentuk
|
Bau
|
Endapan
|
Kejernihan
|
|
Asam Asetat 0,1 N
|
Bening
|
Ruang
|
Cair
|
Asam ++++
|
-
|
Jernih ++
|
Asam Asetat 0,1N+ Aquades
|
Bening
|
Ruang
|
Cair
|
Asam +++
|
-
|
Jernih ++
|
Asam Asetat 0,01 N
|
Bening
|
Ruang
|
Cair
|
Asam +++
|
-
|
Jernih ++
|
(Sumber:
Data Hasil Praktikum Kelas TIP A 2015)
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa
kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam
makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2.
Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH,
atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat
glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku
16,7°C. Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah
asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya
hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-.
(Khopkar, S. 1990)
Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku
industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti
polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai
macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai
pengatur keasaman. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5
juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang,
sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati.
Pembuatan asam asetat 0,1 N dilakukan dengan pengenceran
asam asetat 1 N yang sudah terlebih dahulu dibuat. Jumlah Asam asetat yang
diperlukan didapat dari perhitungan berikut:
N1.V1
= N2.V2
1.V1
= 0,1. 25
V1
= 2,5 ml
Mula-mula diambil 2,5 ml larutan asam asetat 1 N kemudian
dimasukkan ke dalam labu ukur. Setelah itu diamati sifat fisik dan kimianya dan
terlihat bahwa larutan tersebut tidak berwarna, berbau asam, berada pada suhu
ruang dan tampak jernih. Setelah ditambahkan aquades sampai batas 25 ml,
larutan asam asetat 0,01 N telah berhasil dibuat dengan sifat fisik dan kimia
yang tidak jauh berbeda dengan asam asetat 1 N.
Asam asetat merupakan salah satu asam
karboksilat paling
sederhana, setelah asam format. Larutan
asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya
hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-.
Asam asetat merupakan pereaksi
kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan
dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa
asetat, dan polivinil
asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam
industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah
tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air.
Berikut merupakan sifat fisik dan kimia asam asetat
Sifat fisik :
Rumus Kimia :
CH3COOH
Kadar : 99,8%
Bentuk : cairan
tidak berwarna
Berat molekul :
60 kg/kmol
Titik didih :
117,87oC
Titik lebur :
16,6oC
Densitas (25oC)
: 1,049 kg/L
Ø
Spesifik gravitasi: 1,05
Ø
Berat jenis uap air 2.07
Ø
Tekanan uap 11 mm Hg pada 20 C, 20 mmHg pada 30
C
Ø
Titik nyala: 40 C
Ø
Ledakan batas: 4% - 16%
Ø
Suhu penyalaan 426 C
Sifat Kimia
·
Reaksi penyabunan
Asam asetat bila
direaksikan dengan caustic soda menghasilkan Na asetat.
CH3COOH(l) +
NaOH(S) CH3COONa + H2O ........ (9)
Asam asetat
caustic soda Na Asetat air
·
Esterifikasi
Asam asetat bila
direaksikan dengan alkohol menghasilkan ester
CH3COOH +
C5H11OH CH3COOC5H11 + H2O........(10)
Pada
pembuatan 50 ml CH3COOH 0,1 N, yang harus dicari terlebih dahulu adalah volume
dari CH3COOH yang dibutuhkan, yaitu



V. KESIMPULAN
Dari praktikum
yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1) Larutan
merupakan campuran homogen antara pelarut atau solvent (jumlahnya lebih banyak) dan zat terlarut atau solute (jumlahnya sedikit).
2) Fungsi penambahan PP 1 % pada pembuatan alkohol 95 % ini
yaitu sebagai indikator yang menunjukkan KOH yang ditambahkan pada alkohol
sudah mencukupi untuk pembuatan alkohol 95 % netral yang ditandai dengan adanya
perubahan warna menjadi merah muda pada larutan.
3) Natrium Hidroksida merupakan ionic sempurna/lengkap
karena mengandung ion Natrium (Na) dan ion hidroksida.
4) Perbedaan
dari NaOH 5% dan NaOH 0,1 N dilihat dari persentase berat (%)digunakan untuk
menyatakan perkiraan konsentrasi dari reagen laboratorium.
5) Fenolftalein
adalah indikator titrasi yang lain yang sering digunakan, dan fenolftalein ini
merupakan bentuk asam lemah yang lain.
6) Fenolftalein
adalah senyawa organik yang mempunyai rumus C20H14O4
7) Asam
asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak
berwarna, dan memiliki titik beku 16,7°C.
8) Larutan KOH terasa panas karena terjadi reaksi eksoterm
(mengeluarkan panas) dalam proses pelarutan tersebut. Larutan KOH bersifat korosif (Corrosive (C)) sehingga harus lebih hati-hati dalam penggunaanya.
9) Amilum mempunyai
Rumus Molekul (C6H10O5)n, Densitas 1.5 g/cm3.
10) Kalium
adalah logam putih-perak yang lunak. Logam ini melebur pada 63,5oC. Ia tetap
tak berubah dalam udara kering, tetapi dapat dengan cepat teroksidasi dalam
udara lembab, menjadi tertutup dengan suatu lapisan biru.
DAFTAR PUSTAKA
Baroroh, Umi L.
U. 2004. Kimia Dasar I. Universitas
Lambung Mangkurat.
Banjarbaru.
Brady, James
E. 1999. Kimia Universitas Asas & Struktur. Penerbit : Binarupa Aksara,
Jakarta.
Cotton, F.
Albert dan Geoffrey Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik. Jakarta : UI Press.
HAM, Mulyono. 2006. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium.
Penerbit : Bumi Aksara, Jakarta.
Kusnandar, Feri. 2010. Kimia Pangan Komponen Makro. Penerbit
: Dian Rakyat, Jakarta.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas
Indonesia, Jakarta.
Saito, Taro. 1996. Kimia Anorganik.
Tokyo : Iwanami Publisher.
Vogel, A.I. 1985. Analisis
Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian 1. Direvisi oleh G.
Shevla. Diterjemahkan oleh Ir. L. Setiono dan Dr. A. Hadyana Pudjaatmaka.
Jakarta : PT Kalman Media Pusaka.
No comments:
Post a Comment